Awesome Guy - Bab 748 Selanjutnya Ia Adalah Kawan Aliansiku

Galvin Bai terdiam cukup lama sampai akhirnya ia bertanya: “Aku ingin merokok, apa kamu punya rokok?”

Dengan melontarkan kata-kata ini, artinya Galvin Bai menerima situasinya. Oleh karena itu Aldi Liang pun kembali tersenyum, bahkan sepertinya senyumnya kali ini terlihat lebih tulus, “Aku tidak merokok, rokok bukan hal yang baik. Kusarankan kamu kurangi merokok.”

Galvin Bai kemudian berbalik badan dengan santai dan berkata: “Kalau begitu aku akan mencarinya di kamar.”

Sekarang ia sama sekali tidak ingin berduaan saja dengan Aldi Liang. Wanita itu mampu menerawang pikiran orang dan dapat membuat strategi jitu, membuat Galvin Bai merasa takut.

Galvin Bai kembali ke kabin kapal untuk melihat kondisi Vania Liang dan Fiona Zhou, ia sama sekali tidak mencari rokok. Setelah melihat dengan seksama ekspresi mereka berdua, Galvin Bai merasa sepertinya mereka tidak terkena racun.

Tapi Galvin Bai tidak berani mencoba dan mengambil resiko, karena Aldi Liang tidak memiliki alasan untuk berkata bohong.

Yang sekarang lebih ia khawatirkan adalah setelah menemukan brankas emas itu, bagaimana mereka harus menawar racun itu?

......

Pagi hari ketiga jam 10 pagi, mereka pun sampai di Pulau Biru.

Dan tempat mereka berlabuh adalah tepat di pelabuhan Pulau Biru yang keempat.

Yang juga merupakan tempat idaman dimana begitu banyak orang menggantungkan harapannya, karena disinilah pelabuhan dimana mereka bisa membeli tiket kapal untuk kembali pulang ke rumah mereka.

Aldi Liang dan rombongannya turun dari kamar dan berjalan keluar dari pelabuhan.

Baru saja ia turun, Galvin Bai sudah dapat melihat beberapa orang yang ia kenal dekat.

Yaitu Ketua Dao dan beberapa juniornya, bahkan juga beberapa ahli dari aliansi bisnis kota C.

Hati Galvin Bai tersentak kaget.

Kemudian ia melihat Ketua Dao menyapa Aldi Liang dengan sikap yang sangat penuh hormat. Saat itulah Galvin Bai mengerti bahwa Ketua Dao adalah orang dari kubu Aldi Liang.

Sekarang jika dipikir-pikir lagi, benar juga. Bagaimanapun juga, Ketua Dao yang pada dasarnya adalah seorang petarung malah berkecimpung di aliansi bisnis Kota C yang pada awalnya diduduki oleh Santy Liang. Terlihat jelas bahwa ini semua diatur oleh Aldi Liang.

Dan Ketua Dao sama sekali tidak sudi melirik Galvin Bai walau hanya sekilas karena di matanya, Galvin Bai bukanlah siapa-siapa yang pantas untuk ia sebut.

Ditambah lagi, mereka berdua adalah musuh bebuyutan.

Saat Galvin Bai melihat Ketua Dao pun, suasana hatinya menjadi sangat buruk.

Tidak lama berselang, datanglah sebuah mobil komersial kelas bisnis dari mulut pintu pelabuhan.

Aldi Liang lebih dulu naik ke mobil dan orang-orang lain mengikutinya naik.

Galvin Bai berjalan di paling belakang. Setelah ia naik ke mobil, raut wajahnya terlihat sangat tidak alami.

Karena tempat duduk yang tersisa satu-satunya hanyalah posisi di samping Ketua Dao.

Suasana canggung apa ini, sialan!

Mereka berdua adalah musuh bebuyutan, mungkinkah mereka bisa duduk nyaman bersama?

Tentu saja tidak mungkin.

Galvin Bai sangat tidak senang melihat Ketua Dao. Kalau bukan karena ia tidak mampu mengalahkannya, sekarang juga rasanya ia ingin menghajar Ketua Dao karena pria itulah yang telah membunuh Yosep.

Ada satu hal yang membuat Galvin Bai mau tidak mau merasa kagum, yaitu hubungan antara Ketua Dao dengan Avel Qin. Walaupun pada awalnya Ketua Dao dihajar habis-habisan di depan umum seperti itu, ternyata ia sama sekali tidak dendam pada Avel Qin. Ia bahkan menyapa pria itu.

Galvin Bai merasa kesal untuk sesaat, ia mengeratkan giginya kuat-kuat dan pada akhirnya tetap naik ke mobil.

Setelah ia duduk, Ketua Dao langsung bergeser sedikit ke samping seakan ia sangat jijik dengan Galvin Bai.

Ketua Dao bergerak dengan sangat samar, namun di mata Galvin Bai, gerakan ini seolah sengaja dilakukan supaya ia melihatnya. Galvin Bai pun menjadi marah: “Hei brengsek, memangnya kenapa kalau aku menyentuhmu?”

Aku bahkan merasa jijik padamu, berani-beraninya kamu menyentuhku?!

Ketua Dao hanya menatap dingin Galvin Bai sekilas, kemudian dengan tatapan yang sedikit menghina dan merendahkan berkata, “Idiot!”

“Idiot? Dasar bangsat!” Galvin Bai meraung geram.

Tatapan Ketua Dao yang menghina itu membuat Galvin Bai sangat tidak senang hati, ia sangat marah karena ia merasa seolah ia benar-benar seorang idiot.

DUAAK!

Tiba-tiba Ketua Dao menggerakkan tangannya dan melayangkan sebuah tinju yang membuat Galvin Bai langsung terlempar keluar, diikuti dengan suara gebrakan karena dirinya membentur kaca jendela mobil.

PRRAANGG!

Kaca jendela mobil pun pecah.

Gerakan ini sama sekali bukan gerakan kecil, semua orang melihatnya.

Setelah melihat hal ini, senyum di wajah Aldi Liang pun sirna. Ia lalu berujar datar: “Tenang sedikit.”

“Ya.” Karena Aldi Liang sudah bertitah, tentu saja Ketua Dao tidak berani mengabaikannya.

Sedangkan begitu Aldi Liang melihat Ketua Dao yang begitu patuh padanya, ia pun langsung mengangguk puas. Di wajahnya kembali terukir senyum tipis yang sedari tadi menghiasi wajahnya.

Mereka semua pun menarik kembali pandangan mata mereka.

Hanya Vania Liang dan Fiona Zhou yang dengan khawatir menatap Galvin Bai.

Sudut bibir Galvin Bai mulai mengeluarkan darah, ia terjungkal di tanah dan sedang menutup dadanya sendiri yang sedang kesakitan.

Karena mereka saat ini adalah sebagai sandera, situasi mereka pun berada dibawah ancaman. Mereka sama sekali tidak memiliki daya untuk adu mulut dan hanya ada satu kata yang tersisa: ‘tahan’.

Galvin Bai juga sebenarnya adalah orang yang bisa menahan diri, namun dalam beberapa hal ia benar-benar tidak bisa menahan diri.

Contohnya seperti sekarang.

Galvin Bai duduk kembali, ia menggunakan tangannya untuk menyeka darah pada sudut bibirnya dan mendengus dingin: “Sudah? Begitu saja?”

“Sudah selesai?”

“Sia-sia saja dong aku menahan satu tinjuan ini?”

“Kerja sama yang sudah disepakati bagaimana?”

“Si brengsek satu ini sembarangan memukulku dan kalian biarkan begitu saja?”

“Baiklah, mau menghajarku sampai mati, bukan? Ayo! Ayo bunuh aku!”

Galvin Bai meraung marah dengan sangat geram.

Sikap Galvin Bai sekarang ini sangat melebih-lebihkan, ia sengaja meraung kuat-kuat dan ia lontarkan itu kepada semua orang di dalam mobil.

Mereka semua pun mengernyitkan alis dengan tidak senang hati.

Apalagi Ketua Dao, ia menatap Galvin Bai dengan tatapan dingin. Tersirat samar dalam tatapannya keinginannya untuk membunuh Galvin Bai, lalu ia berujar dingin: “Kamu yang cari mati!”

Tapi setelah ia mengatakannya, tiba-tiba ia merasa ada sebuah tenaga yang terlampau kuat langsung menyerang jitu ke arahnya.

BOOM!

Terdengar suara yang begitu nyaring layaknya petir yang menyambar, jauh lebih nyaring dan kuat suaranya dibanding dentuman yang tadi.

Karena Ketua Dao ternyata terhajar sampai keluar dari jendela mobil, ia terhempas keluar dari jendela dan terbang melayang belasan meter baru setelah itu terjatuh di jalanan.

Semua orang melihatnya dengan sangat jelas, yang memukul Ketua Dao adalah Aldi Liang.

Melihat hal itu, Galvin Bai pun merasa terkejut.

Orang-orang Aldi Liang ini juga memang sangat terhenyak kaget, namun setelah mereka mengatasi keterkejutannya itu, mereka semua pun menundukkan kepala dan berpura-pura tidak melihat kejadian itu.

Dari sini bisa terlihat, seberapa menakutkannya Aldi Liang di mata orang-orang.

......

Setelah beberapa saat berlalu, Ketua Dao kembali merangkak bangkit berdiri dari tanah. Darah segar juga mengalir di sudut bibirnya, namun ia langsung mengelapnya dengan acuh tak acuh. Dengan raut yang kelam, ia pun kembali masuk ke dalam mobil.

Aldi Liang berujar dingin pada Ketua Dao: “Kedepannya Galvin bai adalah kawan aliansiku, sikapmu terhadapnya harus sama seperti kepadaku. Kuanggap kali ini kamu masih belum mengerti, akan kuampuni untuk kali ini. Tapi kalau terjadi lagi lain kali, hanya ada kematian untukmu!”

“Baik.” Ketua Dao mengangguk hormat, seperti seorang pelayan yang sangat setia kepada tuannya.

Mereka semua yang melihat kejadian ini pun terhenyak kaget. Di mata mereka, Ketua Dao adalah pemimpin aliansi bisnis kota C, ia juga seorang ahli tingkat satu. Di mata mereka, Ketua Dao adalah seorang yang besar dan berkuasa.

Aldi Liang pun lalu mengangguk datar dan berujar: “Duduk yang baik, kita berangkat.”

Dan semua orang pun kembali duduk di posisinya masing-masing.

Galvin Bai melirik Ketua Dao sekilas kemudian mendengus, “Hei brengsek, jangan lihat aku kalau memang tidak mau lihat. Aku benar-benar tidak suka kamu melihatku dengan tatapan seperti itu!”

Selesai bicara, Galvin Bai lalu kembali duduk di tempat duduknya.

Sepasang mata Ketua Dao menatapnya dengan apatis, ia memelototi Galvin Bai lurus-lurus namun hatinya menahan semua rasa kesal. Tidak sehembus napas berisi amarah pun ia denguskan keluar.

Seberapa pun marahnya ia, ia tetap tidak berani untuk bertingkah lagi.

Karena Galvin Bai duduk terlebih dulu, ia sekarang duduk di posisi luar. Ketua Dao harus lewat di depan Galvin Bai terlebih dahulu jika ingin duduk.

Oleh karena itu saat Ketua Dao berjalan menghampirinya, Galvin Bai langsung mengaum dengan suara lantang: “PERGI! Aku tidak ingin duduk bersama denganmu!”

“KAMU!” Ketua Dao menatap Galvin Bai lurus-lurus, urat nadi di dahinya menonjol keluar dan tinjunya terkepal kuat-kuat. Ia ingin bertindak, namun hanya bisa menahan.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu