Awesome Guy - Bab 479 Balap Mobil

Mereka yang ingin membunuh Galvin Bai pun merasa bingung, begitu pula dengan Galvin Bai dan orang-orangnya. Mereka semua tidak mengenal siapa pria itu, tapi barusan ia menyelamatkan hidup Galvin Bai.

Apa ia datang untuk membantu Galvin Bai?

Tapi siapa ia?

Kenapa ia mau membantu Galvin Bai?

Orang-orang yang ingin membunuh Galvin Bai itu pun berseru kepada si pria itu, “Siapa kamu? Sebutkan identitasmu!”

Begitu mendengarnya, pria itu hanya melangkah maju selangkah demi selangkah namun sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Galvin Bai dan yang lain saling bertatapan, tidak mengerti apa yang terjadi.

Orang-orang itu pun menjadi tidak sabar, “Sialan, sebodo amat siapa ia, bereskan urusan kita dulu! BUNUH GALVIN BAI!”

Ketika kata-kata itu terucapkan, orang-orang itu pun kembali menyerang Galvin Bai.

DOR! DOR! Tepat pada saat itu, pria yang memegang pistol itu pun melepaskan tembakannya dan membunuh semua orang yang mendekati Galvin Bai.

Gerakan semua orang pun kembali berhenti.

Mereka akhirnya mengerti. Orang itu ternyata datang untuk membantu Galvin Bai!

Orang itu akhirnya berjalan ke depan Galvin Bai, tangannya yang memegang pistol teracung pada kerumunan musuh.

“Si brengsek itu orang Galvin!”

“BUNUHH!”

“Tapi tangannya memegang pistol!”

Bagaimanapun juga lebih menguntungkan memegang pistol daripada senjata lainnya, peluru dari pistol bisa melesat cepat dan bisa digunakan untuk bertarung jarak jauh. Selama jarak mereka terlalu dekat, maka mudah saja kepala mereka ditembus peluru.

Itu sebabnya para musuh menjadi ragu.

Galvin Bai berdiri di belakang tubuh orang itu, lalu dengan suara dalam bertanya: “Siapa kamu?”

“Itu tidaklah penting, yang penting aku datang untuk membantumu.” jawab pria itu tenang.

Galvin Bai memicingkan matanya menatap pria itu, “Apa tujuanmu?”

Bagaimana mungkin ia bisa percaya bahwa seseorang yang tidak ia kenal akan membantunya tanpa alasan?

Galvin Bai hanya bisa menarik kesimpulan bahwa orang ini memiliki tujuan tertentu, atau mungkin ia malah ingin memanfaatkan Galvin Bai.

Jika ia bisa menangkap Galvin Bai, maka Eddy Bai bisa dipaksa untuk keluar dari persembunyiannya. Kalau bisa membunuh Eddy Bai, maka ia bisa mendapatkan hak untuk mengembangkan Pulau Biru.

Begitu mendengarnya, si pria itu pun tertawa tipis: “Aku benar-benar datang untuk membantumu, tidak ada tujuan yang lain.”

Galvin Bai sama sekali tidak mempercayai ucapan orang itu, tapi ia juga tidak mengucapkan apapun. Yang jelas saat ini pria itu datang untuk membantunya, Galvin Bai tidak akan menjadi bodoh dan menolaknya.

Dari kerumunan musuh, terdengar seseorang berseru: “Ia hanya memiliki satu pistol dan pelurunya terbatas. Jumlah kita banyak dan begitu ia sudah kehabisan peluru, giliran kita menghabisi mereka!”

Begitu ucapan itu terdengar, para musuh pun menjadi yakin kembali. Hanya ada satu pistol dan orang itu sudah menembakkannya beberapa kali, paling-paling hanya tersisa 10 peluru. Jumlah mereka masih ada 50 sampai 60 orang, mana mungkin mereka gagal menghabisi lawan belasan orang?

Itu sebabnya para musuh tidak peduli lagi dan kembali menerjang maju.

Begitu melihatnya, pria itu pun bereaksi dengan cepat. Ia menarik Galvin Bai dan berlari pergi, sambil menembakkan pistolnya beberapa kali ke belakang.

“DOR! DOR!”

Suara tembakan itu terdengar beberapa kali dan beberapa orang pun tumbang.

Galvin Bai yang diseret pun ikut berlari beberapa langkah, lalu kesadarannya kembali dan ia berhenti, “Berani-beraninya kamu membawaku kabur?!”

“Lalu? Kamu tidak mungkin mengalahkan mereka!” jawab si pria itu dengan tegas.

Galvin Bai menyentakkan tangan si pria, “Aku bukan tipe orang yang meninggalkan orang-orangku demi diriku sendiri! Nyawa mereka juga adalah nyawaku!”

Setelah berujar, Galvin Bai pun kembali menyerang tanpa mempedulikan apapun.

“Kamu...!” Pria itu tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti Galvin Bai kembali sambil menembak mati beberapa orang.

Galvin Bai bergegas kembali dan menyerang, tenaganya sudah mulai kembali karena jeda barusan sehingga ia bisa berkelahi lagi.

Pria itu menghampirinya dan melindungi Galvin Bai sambil berujar: “Kalau kamu tetap ada disini, orang-orangmu hanya akan ikut terlibat!”

“Kalau kamu pergi, orang-orang itu tidak akan mungkin tetap menyerang mereka!”

Begitu mendengarnya, Galvin Bai sontak termangu.

Hal ini tidak terlintas dalam benaknya sama sekali. Ia hanya berpikir bahwa ia tidak bisa meninggalkan orang-orangnya yang sudah seperti saudaranya sendiri ini, namun sama sekali tidak terpikir bahwa apa yang ia lakukan justru hanya akan membahayakan mereka.

Sekarang semuanya sudah berada di titik terakhir tenaga mereka, mereka tidak akan bertahan lama. Tidak lama lagi, mereka pasti tinggal nama.

Tapi kalau ia pergi, orang-orang itu tidak akan mempedulikan Macan Putih dan yang lain karena target mereka hanyalah ia seorang.

Tepat pada saat itu, Galvin Bai pun mengerti.

Melihat Galvin Bai yang sudah paham akan maksudnya, si pria itu pun berujar, “Pergi! Aku akan melindungimu!”

Galvin Bai mengangguk, lalu berseru pada Macan Putih dan yang lain, “Bertahanlah hidup!”

Setelah menyerukan itu, Galvin Bai pun berlari pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.

Pria itu melindungi Galvin Bai dari belakang dan mereka berdua keluar bersama dari kerumunan itu. Mereka langsung naik ke sebuah mobil komersial yang terparkir paling luar. Si pria duduk di kursi pengemudi, sedangkan Galvin Bai duduk di sebelahnya.

Begitu melihatnya, para musuh pun segera menuju mobil-mobil komersial mereka untuk mengejar.

Macan Putih dan yang lain yang tetap di tempat mereka pun akhirnya memahami maksud Galvin Bai. Begitu rasa terharu merayapi, hati mereka pun menjadi mantap.

“KEJAR!”

Orang-orang itu pun sontak menaiki mobil masing-masing dan melaju mengejar.

Di dalam mobil, Galvin Bai pun menarik napas dengan puas, “Untuk siapa kamu bekerja?”

“Maaf, aku tidak bisa mengatakannya.” Pria itu menjawab sambil menambah kecepatan.

Galvin Bai tidak banyak bereaksi begitu mendengar jawaban itu. Kalau pria itu bisa mengatakannya semudah itu, tentu situasinya tidak mungkin sesederhana ini.

Galvin Bai melihat ke arah mobil-mobil komersial yang mengejar melalui kaca spion, lalu mengernyitkan alisnya, “Apa kamu bisa mengecoh mereka?”

“Aku tidak bohong. Sebenarnya, aku adalah pembalap.” jawab si pria dengan bangga.

Galvin Bai sedikit bingung mendengar respon pria itu.

Mengetahui bahwa Galvin Bai tidak percaya, si pria pun memutuskan bahwa ia hanya bisa membuktikannya dengan perbuatan.

Mobil di belakang mereka mengejar dengan semangat dan posisinya hampir terkejar. Si pria tiba-tiba menambah kecepatan dan memutar kemudi, menikung mobil dengan tajam dan berpindah lajur ke jalan lain.

Selama penikungan ini, si pria sama sekali tidak menurunkan kecepatan dan malah menambahnya. Setelah bagian belakang mobil sudah berbelok sempurna, ia kembali memutar kemudi dan melesat pergi. VROOOM!

Walaupun sabuk pengamannya terpasang, tetap saja tubuh Galvin Bai ikut terayun. Untung saja ia berpegangan pada pegangan diatas kepala sehingga tubuhnya tidak terlempar keluar dari mobil.

“Apa julukanmu ‘Si Pembalap’?”

Si pria tertawa, “Tenang saja.”

Setelahnya, Galvin Bai melihat sendiri bagaimana seorang pembalap melakukan balap mobil meskipun mobil yang digunakan adalah mobil komersial.

Mobil yang ada di belakang mereka tidak bisa menikung seperti itu. Mereka pun menurunkan kecepatan dan berbelok, kemudian langsung menginjak gas untuk kembali mengejar.

Tapi, kecepatan yang digunakan oleh si pria itu benar-benar ekstrim layaknya dijalan tol. Dengan kecepatan penuh ia berbelok ke kanan dan ke kiri, membuat mobil-mobil di belakang mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbelok sehingga mobil-mobil itu entah menabrak lampu merah atau melaju keluar dari jalan.

Yang jelas dalam waktu singkat, suara decit rem dan bunyi tabrakan terdengar terus-menerus dari belakang.

Setelah melaju beberapa saat, mau tidak mau Galvin Bai pun berujar: “Aku percaya kamu adalah pembalap.”

“Coba percaya dari awal.” jawab si pria sambil tersenyum.

Galvin Bai balas menatapnya, “Kalau dari awal aku percaya kamu tidak akan menyetir seperti itu?”

“Tentu saja tidak. Ini harus dilakukan untuk mengecoh mereka.”

Galvin Bai tidak mengucapkan apapun lagi.

Menurut si pria, semua beres saat mereka berhasil menghentikan pengejaran dari belakang. Tapi, mereka meremehkan napsu membunuh orang-orang itu.

Karena tidak bisa mengejar, orang-orang itu pun mengatur segerombolan yang lain untuk menghadang Galvin Bai dari depan.

Begitu melihat ini, si pria pun menjadi lebih serius, “Duduk yang manis.”

Begitu kata-kata itu terlontar, si pria langsung menginjak gas dan menerjang maju dengan kecepatan yang hebat. Diantara dua mobil yang menghadang, ia mengangkat setengah badan mobil dan menyetir dalam arah yang diagonal.

Hati Galvin Bai serasa akan melompat keluar, “Apa ini cara bermain para pembalap?”

“Tenang saja.” jawab si pria. Ia lalu memainkan kemudi mobil lagi dan melaju melewati mobil yang menghadang.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu