Too Poor To Have Money Left - Bab 413 Beritahu Aku Mengapa

Setelah mendapatkan persetujuan, Pria paruh baya itu tidak terburu-buru.

Dan di waktu paling pertama, dia membalikkan badan, “Semuanya dengar dengan baik, untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, aku akan mengikuti kedua Sesepuh untuk melihat ke atas.”

“Kalian tunggu di sini, jika tidak ada kejadian aneh, maka kita sama-sama masuk ke dalam untuk menyelamatkan orang, bagaimana?”

“Baik, ikuti katamu saja!”

“Kalau begitu cepatlah pergi!”

......

Dengan cepat, ada orang yang menanggapinya.

Hal yang bisa dipastikan adalah pasti terjadi sesuatu di dalam Aula Pemujaan Leluhur.

Namun apa yang sebenarnya terjadi, tidak ada orang yang tahu.

Semua Keluarga Wu, yang harus datang sepertinya sudah datang semua, banyak juga dari mereka yang merupakan generasi lebih muda.

Saran yang diberikan Pria paruh baya tersebut, paling aman.

“Aku pergi!”

“Aku pergi bersamamu!”

Dua Sesepuh di antara mereka, sangat cemas, buru-buru menyebutkan nama diri sendiri, di dalam tersebut semuanya merupakan saudara tua dari satu Keluarga.

Ada beberapa yang merupakan teman seperjuangan.

Mereka tidak cemas, siapa yang cemas?

6 orang Sesepuh di antara mereka, melihat sudah ada orang yang membuka mulut, mereka pun tidak memperebutkan lagi.

Mereka juga merupakan orang dari generasi tua, selain itu juga tidak kekurangan waktu yang sedikit itu juga.

“Ayo!”

Pria paruh baya tersebut berteriak.

Bayangan mereka, langsung terbang ke udara!

Lebih dari seribu anggota keluarga Wu yang tersisa, wajah mereka terlihat sangat serius dan berat, semuanya sambil mengangkat kepala dan melihat ke atas.

Ketiga orang tersebut terbang hingga di ketinggian 20 meter dan berdiri di udara.

Tetapi semua orang melihat pada saat berikutnya, badan mereka, tiba-tiba tertegun.

Tadinya, suara teriakan histeris dari Aula Pemujaan Leluhur sudah membuat orang merinding, cemas dan takut!

Mereka semuanya tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi di dalam!

Lalu melihat sikap aneh dari mereka bertiga, semua menjadi semakin cemas hampir lepas kendali, hendak ingin naik ke atas untuk melihat!

“Ya Tuhan! Ini sebenarnya apa yang terjadi!”

Terdengar teriakan yang hendak mengetarkan langit~ menggunakan jurus transmisi suara.

Dari merupakan Jindan Dzogchen, teriakan yang sangat histeris!

Suara ini, seperti guntur yang meledak di tanah.

“Mengapa!”

Terdengar lagi teriakan emosi dari seorang Sesepuh.

Orang yang di bawah mengangkat kepalanya ke atas, beberapa anak laki-laki Keluarga Wu dengan pelatihan yang kurang mendalam, badan mereka pun bergoyah, langsung terjatuh.

Orang yang di bawah, juga sudah tidak sanggup menahan lagi!

Perasaan bingung pun dengan cepat memenuhi kerumunan.

“Sesepuh! Beritahu kami, apa yang terjadi!” Ada orang yang berteriak dengan kuat!

Orang yang berteriak ini, Ayahnya, merupakan salah satu Sesepuh yang berjalan masuk ke dalam Aula Pemujaan Leluhur.

“Iya! Cepat beritahu kami!”

“Kalau tidak kita naik ke atas, lihat sendiri!”

......

Suara teriakan ini, terdengar seperti ombak yang bergelombang.

Mereka berteriak, tetapi tidak menggerakkan badannya, karena peraturan Keluarga Wu yang sangat ketat.

Dari kecil sampai besar, mereka tumbuh di dalam lingkungan seperti ini, banyak gagasan seperti ini, sudah tertanam kuat.

Di tengah udara, seorang Sesepuh berteriak, “Semuanya diam! Siapapun tidak boleh naik! Jika melanggar perintah, langsung dibunuh di tempat!"

......

Detik sebelumnya, Anak-anak dari Keluarga Wu yang masih sangat emosional.

Detik selanjutnya, langsung terdiam.

Tertegun, bingung, kaget ... dan emosi lainnya, muncul di wajah mereka.

Sesepuh, tidak berkualifikasi juga tidak memiliki hak juga.

……..Bunuh ditempat? Apakah ini bercanda?

Keluarga Wu, juga tidak pernah ada orang yang mengatakan hal seperti ini.

Namun, setiap Sesepuh di dalam Keluarga masih memiliki hak tertentu.

Hanya saja mereka tidak bisa mengerti mengapa Sesepuh tersebut mengeluarkan perintah yang mengancam seperti ini.

“Saudara tuaku! Kamu mengapa berkata demikian!”

Salah satu Sesepuh yang menjaga, berteriak dengan curiga.

Pria paruh baya, dan kedua Sesepuh itu turun ke bawah.

Mereka bertiga, terlihat pucat, tatapannya terlihat sangat ketakutan.

“Jika menganggap aku adalah Saudara tua, maka tidak perlu ditanya, kalian, juga tidak perlu melihatnya! Bantu aku, jaga mereka!”

Sesepuh yang naik ke atas untuk melihat sekilas, membentak dengan badan yang ketakutan, hendak pergi melihat 6 orang Sesepuh.

“Mengapa, beritahu aku mengapa!”

“Jangan banyak bertanya!”

Tubuhnya bergetar untuk beberapa saat, dan selain kepanikan yang tak ada habisnya di dalam hati, sisanya adalah rasa amarah yang tidak bisa dihentikan.

Tadi dia melihat, di dalam halaman Aula Pemujaan Leluhur, dipenuh dengan darah merah yang sampai menjadi hitam!

Lebih dari seratus Sesepuh, meringkuk bersama, terus-menerus bertahan dan menggeliat, daging dan darah di tubuh mereka, seolah-olah mereka telah menjadi sol, meleleh dengan perlahan.

Namun mereka tidak mati, namun berteriak dengan histeris dan tidak berdaya, adegan seperti ini, seperti nereka yang ada di atas bumi!

......

Tidak ada orang yang berani bersuara lagi, juga tidak berani memberi saran untuk naik ke atas dan melihat apa yang terjadi.

Mereka bukan takut, tapi hormat kepada Sesepuh, hormat kepada anggota keluarga sendiri, dan hormat kepada orang tua.

Tapi, setiap orang, sudah memilik firasat, sebenarnya apa yang terjadi.

......

Jam 5 subuh.

Suara teriakan histeris di dalam Aula Pemujaan Leluhur sudah berkurang.

Jam 6 subuh.

Sudah menjadi hening.

Terbang ke udara, dua Sesepuh yang telah melihat situasi tragis di Aula Pemujaan Leluhur mengepalkan tangan mereka, gigi mereka terkatup.

Badan mereka berdua, pun masih gemetar.

Dan Pria paruh baya tersebut juga sama.

“Sesepuh, kita……apakah kita pergi mencari Kepala Keluarga, untuk mendapatkan penjelasan darinya?” Pria paruh baya tersebut bertanya dengan suara gemetar.

Wajahnya tetap terlihat pucat, tapi ketakutan di matanya sudah menghilang, dan digantikan oleh amarah yang kuat.

Dia ingin mencari tahu, sebenarnya ada apa dengan ini.

“Baik, kalau begitu……”

Namun, Sesepuh tersebut belum selesai ngomong.

Sudah ada orang yang berteriak dengan terkejut, “Sesepuh, matamu sedang berdarah!”

“A, apa?”

Dia tertegun sebentar, lalu dengan bingung melihat anggota Keluarga Wu yang ada di depan matanya, dia juga merasa matanya terasa lembab.

Lalu dengan spontan, ia mengusap matanya.

Tangannya langsung menjadi merah hitam.

Dia langsung melototi matanya yang ketakutan itu.

Lalu mengangkat kepala melihat ke Sesepuh dan Pria paruh baya yang bersama dengan dia terbang ke udara untuk melihat para Sesepuh yang ada di dalam Aula Pemujaan Leluhur tersebut.

Mata mereka sama-sama mengeluarkan darah.

Dan di saat yang sama, ia juga merasakan setiap sel di dalam tubuhnya, mulai merasa sakit.

Tiba-tiba, dia ingat.

Tadi dia melihat ke dalam Aula Pemujaan Leluhur, selain teriakan histeris tersebut, ia selalu merasa di depan mata juga terlihat merah, yang tersamar-samar…..

Itu adalah?

......

…….Itu adalah?

Dia mengusap matanya.

Tidak benar.

Perasaan merah yang tersamar-samar tersebut, setelah dia terbang ke atas, sampai turun ke bawah, selalu ada.

Dan belum ada saat sebelum ia terbang ke atas…..

Dia membalikkan badan dengan bingung, dan melihat ke dalam Aula Pemujaan Leluhur.

Sebenarnya jarak dia dan delapan Sesepuh lainnya paling dekat dengan Aula Pemujaan Leluhur, karena perintah Berly Wu.

Saat ini dia melihat, di luar Aula Pemujaan Leluhur seperti tertutupi oleh kabut merah yang tipis.

Lalu ia menolehkan kepala dan melihat ke kerumunan orang, kabut tersebut terlihat lebih ringan.

Tiba-tiba, dia seperti teringat sesuatu.

Langsung menolehkan kepala, melihat ke Sesepuh yang naik ke atas bersamanya.

Dan di saat yang sama, mereka melihat ketakutan yang ada di dalam tatapan masing-masing!

Dan juga…….tekad yang kuat!

Hanya Pria paruh baya tersebut, masih terlihat bingung.

Dia benar-benar tidak paham, mengapa matanya akan berdarah.

“Chiiiii!”

“Chiiiii!”

Dua suara aneh terdengar dalam saat yang sama.

Kemudian, lubang darah muncul di perut bagian bawah Pria paruh baya itu, dan kepalanya terpisah dari tubuhnya.

Salah satu Sesepuh berteriak dengan tragis, "Saudara tuaku, kita tidak bisa hidup lagi! Selama mereka yang berlumuran kabut darah, tidak akan bisa bertahan hidup!"

Sesepuh, mengapa Sesepuh.

Bukan hanya karena umurnya tua, bisa mentang-mentang.

Nikmati pemujaan dari anggota Keluarga.

Menikmati nama baiknya.

Ada banyak alasannya, dan penyebab lainnya.

Contohnya, mereka dalam 100 tahun ini, pengalaman mereka yang terakumulasi.

Contohnya, jasa mereka yaung terakumulasi.

Contohnya, seiring dengan bertambahnya umur, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan.

Delapan Sesepuh yang bertugas untuk menjaga para Sesepuh, mata mereka juga mengalirkan darah hitam saat ini.

Walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi, tapi rasa sakit yang samar-samar ditransmisikan dari seluruh tubuh sampai ke benak mereka, membuat mereka teringat akan teriakan histeris di dalam Aula Pemujaan Leluhur.

Lalu mereka mendengar kedua saudara tua yang pernah melihat situasi di dalam berkata demikian.

Dengan tegas menganggukkan kepala.

Mereka, melihat kabut merah, juga merasakan keanehan.

"Tapi, anakku juga ada di sini!" Teriakan salah satu Sesepuh dengan sedih.

"Aku akan membantumu! Akan terlambat jika tidak buru-buru!"

Anggota Keluarga Wu lainnya tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.

Tapi mereka merasakan ada yang tidak beres, wajah mereka terlihat takut dan panik, mulai mundur.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu