Too Poor To Have Money Left - Bab 120 Malam Di Lembah Pegunungan

Teknik Eksternal Horizontal Keluarga Hong bisa dibilang tak ada tandingannya, jika tidak tak mungkin Keluarga Hong termasuk dalam 8 keluarga super.

Terutama para praktisi yang telah mencapai tahap ketiga, hanya dengan satu pukulan, dengan kekuatan menghancurkan yang mematikan, membuat hanya genangan darah yang akan tersisa dari tubuh lawan.

Tapi teknik yang begitu hebat ini bukannya tak memiliki kelemahan, selama kekuatannya belum sempurna, Achiles’ heels akan masih ada.

Tapi hanya orang itu sendiri yang mengetahui letak Achiles’ heels nya, dan letak Achiles’ heels di setiap anggota Keluarga Hong berbeda-beda.

Ada sangat banyak titik akupuntur di tubuh manusia, maka hampir tidak mungkin seseorang bisa mengetahui letak Achiles’ heels lawannya saat sedang bertarung.

Hanya ada dua kemungkinan, pertama, ia telah mengetahuinya sebelumnya, atau kedua, ia asal memukul dan beruntung menemukannya.

Tapi Paul Hong melihat sendiri pertarungan ini, dan ia melihat, dengan suatu teknik rahasia, Julien Lu berhasil menemukan titik Achiles’ heels lawannya.

Sungguh licik!

Dan ini bukanlah sesuatu yang bisa diperbaiki dengan banyaknya Reiki maupun tingginya kemampuan bela diri.

Paul Hong sangat memahami apa akibatnya jika Achiles’ heels diketahui oleh lawan.

Maka setelah memikirkannya, ia tak lagi berencana bertarung secara sehat.

Maka rencananya adalah menangkap Enelisa Zhang dan menanyainya dari keluarga mana Julien Lu berasal dan bagaimana bisa ia menguasai teknik yang begitu licik dan mematikan itu.

Saat mereka merangsek maju, Julien Lu segera bertindak.

Ia menyadari bahwa Paul Hong menuju ke arah Enelisa Zhang, ia segera merentangkan tangannya di depan Enelisa Zhang.

Melihat sikap Julien Lu ini, Paul Hong sudah tak sempat lagi mengubah rencananya, ia hanya bisa menggertakkan gigi dan menggunakan seluruh tenaganya.

“Buk!”

Tinjunya mengenai dada Julien Lu, dan ia segera terpental, sementara Enelisa Zhang, saat melihat Julien Lu terpental ke arahnya, dengan spontan ia mengulurkan tangannya untuk menangkap Julien Lu.

“Ah!”

Tapi mana mungkin Enelisa Zhang mampu menahan kekuatan serangan ini.

Setelah ia memeluk Julien Lu, mereka berdua terpental menabrak pagar pembatas jalan dan sambil menjerit terjatuh ke jurang.

....

Jalan pegunungan yang curam itu menjadi sunyi, bahkan pemuda yang tadi Achiles’ heels nya diserang berhenti berteriak.

Paul Hong dan kawan-kawan menatap ke arah jatuhnya Julien Lu dan Enelisa Zhang.

Setelah cukup lama, baru mereka tersadar dari lamunan.

Ini sungguh di luar rencana mereka.

Ia tanpa sengaja telah membunuh 2 orang, dan ia masih belum tahu dari keluarga mana mereka berasal.

Salah seorang pemuda itu mengangkat bahu, dengan wajah memucat ia berkata, “Kak Paul, bagaimana jika mereka adalah...”

“Tak mungkin! Mana mungkin ada teknik seaneh itu dalam 8 keluarga super! Ia pasti berasal dari keluarga kecil!”

Paul Hong segera menemukan alasan untuk menghibur diri, lalu ia bergegas berjalan ke pagar pembatas tempat Julien Lu dan Enelisa Zhang terjatuh, hanya tampak awan dan kabut tebal menutupi dasar jurang itu, tak tampak sosok Julien Lu maupun Enelisa Zhang yang terjatuh ke jurang itu.

“Kejadian hari ini jangan sampai tersebar keluar! Jika tidak jangan salahkan aku jika aku memusuhi kalian!”

Untuk keamanannya, Paul Hong memberi peringatan.

Salah 1 alasan kenapa 8 keluarga super bisa hidup dengan damai adalah karena mereka telah berjanji untuk tak saling melukai satu sama lain.

Jika hal ini terjadi, ini akan dianggap sebagai provokasi!

Tentu saja Paul Hong tak merasa Julien Lu adalah anggota 8 keluarga super, tapi ia belum pernah melihat master bela diri sehebat itu dalam sebuah keluarga kecil.

Maka, kemungkinan besar Julien Lu adalah anggota sebuah keluarga tersembunyi.

Keluarga tersembunyi...

Paul Hong mengernyit, jika begitu, begitu mereka mengetahui bahwa ia telah membunuh Julien Lu, para keluarga tersembunyi pasti akan membalas dendam padanya.

Mereka mungkin takkan bisa mengalahkan Keluarga Hong, tapi jika mereka hanya ingin membalas dendam pada seorang cucu luar...

Mudah saja!

“Ayo! Kita harus pergi dari sini secepat mungkin!”

Paul Hong menggertakkan giginya dan mengenyahkan rencananya untuk turun memeriksa, bahkan jika Julien Lu dan Enelisa Zhang berhasil bertahan hidup, mereka juga akan tetap memusuhinya, maka sebaiknya biarkan saja mereka berusaha menyelamatkan diri sendiri.

Dan terjatuh dari tempat setinggi ini, bahkan meski mereka tetap hidup, mereka pasti akan cacat. Dan ini sudah hampir malam, mungkin mereka akan dimangsa hewan-hewan buas di pegunungan malam ini.

Dan jika ini terjadi, Paul Hong akan sangat gembira, dengan begitu takkan ada bukti. Bahkan jika ada orang yang hendak mencari mereka, mereka takkan mungkin menemukannya.

Maka, melihat tak ada seorang pun di sekitar situ, ketiga orang itu segera kabur.

...

Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuat Julien Lu tersadar dari pingsannya.

Sambil mengerang kesakitan, tangannya meraba sekujur tubuhnya, dan saat menyadari tak ada tulangnya yang patah, ia menghembuskan nafas lega.

Ia mengingat-ingat saat ia terjatuh ke jurang.

Jika bukan karena sebatang pohon pinus yang menjulang tinggi, ia dan Enelisa Zhang pasti akan jatuh dan patah tulang.

Untunglah!

Tunggu... Enelisa Zhang...

“Enelisa Zhang?”

Panggil Julien Lu, tapi tak ada jawaban.

Saat ini matahari sudah terbenam dan area pegunungan ini ditutupi kabut tebal, membuat pemandangan di sekelilingnya menjadi kabur.

Ia memandang ke sekeliling dan mendapati Enelisa Zhang berbaring tak bergerak di rerumputan sekitar 2 meter jauhnya darinya.

Sambil berusaha menahan rasa sakitnya, Julien Lu merangkak ke arahnya.

Tanpa mempedulikan batas kesopanan antara pria dan wanita, ia meraba tubuh Enelisa Zhang dari atas sampai bawah untuk memastikan tak ada luka yang parah, kemudian mengguncang-guncang pundak Enelisa Zhang sambil berseru pelan.

“Enelisa Zhang, Enelisa Zhang!”

Saat mereka terjatuh ke jurang, Julien Lu berbalik dan memeluk Enelisa Zhang untuk menghindarkannya dari terluka.

Selain beberapa luka lecet di tangan dan wajahnya, semuanya baik-baik saja.

Setelah Julien Lu memanggilnya berulang kali, akhirnya Enelisa Zhang kembali tersadar.

“Julien Lu, kita masih hidup?” bisik Enelisa Zhang dengan lirih.

“Iya, kita belum mati, kita masih hidup, tapi kita harus segera meninggalkan tempat ini,” kata Julien Lu.

Lembah ini terlalu rendah dan ditutupi kabut tebal, jika mereka tinggal di sini semalaman, udara dingin dan kelembabannya akan membuat mereka sakit.

Baru saja, ia menyadari bahwa ponselnya dan ponsel Enelisa Zhang rusak, maka mereka tak bisa menelepon untuk meminta bantuan. Mereka harus mengandalkan diri mereka sendiri untuk keluar dari lembah ini.

Dengan bantuan Julien Lu, Enelisa Zhang bangkit berdiri, dan setelah memastikan ia masih kuat mendaki, atas usulan Julien Lu, mereka berjalan mendaki ke arah mulut lembah.

Matahari telah terbenam, maka lembah itu sangat gelap.

Meskipun belum sampai gelap pekat hingga tak bisa melihat apapun, tapi berada di tempat asing dan terpencil seperti ini tentu membuat orang ketakutan.

Enelisa Zhang mendekat ke arah Julien Lu agar merasa lebih aman.

Ia masih ingat, saat mereka terjatuh, Julien Lu memeluknya sehingga ialah yang banyak terluka.

Dan saat mereka hendak mendarat di tanah, Julien Lu memutar tubuhnya sehingga tubuhnya yang berada di bawah.

“Bodoh, tidak tahukah ia jika ia melakukan hal itu ia bisa-bisa mati tertimpa?”

Suatu perasaan yang tak bisa dijelaskan muncul di hati Enelisa Zhang, ia diam-diam menatap Julien Lu dan tiba-tiba merasa tak begitu takut lagi.

Tak ada jalan setapak di lembah itu, hanya rerumputan, dan di bawah rerumputan itu terdapat banyak bebatuan yang tak rata.

Jika tidak berhati-hati, mereka bisa-bisa terkilir.

Maka Julien Lu meminta Enelisa Zhang memegangkan ranselnya, sementara ia berjalan di depan untuk membuka jalan.

Setelah berjalan seperti ini selama setengah jam, mereka berdua telah tiba di titik tertinggi di lembah itu. Di atas sebuah batu besar dengan sebuah lekukan masuk, tak bisa dianggap sebuah gua, tapi cukup untuk menjadi tempat bersembunyi untuk mereka berdua.

“Malam ini kita tidur di sini...” kata Julien Lu sambil menyentuh rerumputan yang basah dan tersenyum getir.

Bukannya ia tak bisa mengumpulkan kayu bakar dan membuat api, bahkan meski ia bisa pun, karena kelembabannya sangat tinggi, apinya tak mungkin menyala.

“Kita pakai seluruh baju yang ada agar tetap hangat, saat malam suhunya akan sangat dingin.”

Sambil berkata, Julien Lu mengeluarkan seluruh baju dan celana yang ada di ranselnya dan memakainya.

“Iya,” Enelisa Zhang mengangguk dan dengan patuh melakukan apa yang dikatakan Julien Lu.

Setelah mengenakan pakaian-pakaian itu, mereka berlindung di dalam lekukan batu itu.

Begitu mereka diam, mereka segera merasakan dinginnya hembusan angin yang menusuk.

Untuk mengenyahkan ketidaknyamanan ini, Enelisa Zhang berusaha mencari topik pembicaraan, “Julien Lu, menurutmu, mungkinkah akan ada hewan buas di tempat seperti ini...”

Inilah yang paling dikhawatirkannya.

“Hmm, kudengar ada lebih dari 200 jenis hewan liar di Jianmen Pass, mamalia, burung, amfibi, ikan...”

Julien Lu mendekatkan tubuhnya dan berbisik, “Dan tentu saja macan tutul, tapi tenanglah, kemungkinan kita bertemu seekor macan tutul sangatlah kecil, jika mereka ada banyak, mereka tak mungkin termasuk dalam daftar hewan yang hampir punah dan dilindungi...”

“Krak...”

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu