Too Poor To Have Money Left - Bab 114 Jika Tidak Ditepuk Masih Enak

Ini sudah hampir tengah malam.

Masuk ke apartemen Enelisa Zhang, di malam selarut ini sepasang pria dan wanita berada di satu ruangan.

Rasanya kurang pantas.

Julien Lu tentu memahami hal ini.

“Ah... ini, baiklah!”

Tapi entah kenapa, saat tiba di ujung bibirnya, perkataannya berubah.

Enelisa Zhang juga tak menyangka Julien Lu akan segera menyetujuinya, wajah cantiknya memerah.

“Kalau begitu, bukakan pintu, kuberitahu di mana tempat parkirnya.”

Enelisa Zhang merasa sangat gugup hingga tak tahu harus berbuat apa.

Tahun ini Enelisa Zhang berusia 25 tahun.

Tapi selama ini, ia belum pernah berpacaran.

Ibunya meninggal saat ia masih sangat kecil.

Dan lingkungan rumah dan hubungan keluarganya yang rumit membuat kepribadiannya menjadi keras bahkan sejak ia masih remaja. Tak peduli bagaimanapun, ia harus menjadi yang terbaik!

Hanya dengan cara itulah ayahnya akan menyayanginya dan ia bisa menghindari cemoohan Amelia Chen.

Jika nilainya bagus, Peter Zhang akan memujinya.

Jika ia bekerja dengan tekun, Peter Zhang akan lebih menghargainya.

Dengan begitu, Amelia Chen takkan bisa menyalahkannya, dan ia bisa terus menekan Amelia Chen dan putranya.

Maka ia terus bersikap seperti ini selama bertahun-tahun.

Sebagian besar waktu dan tenaganya dicurahkan untuk pekerjaannya.

Ia berbuat seperti ini tak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk menjaga posisinya dan ayahnya di Hongtu’s Property.

Ia sangat memahami kondisi internal Hongtu’s Property, terutama dua tahun terakhir, saat kesehatan Peter Zhang mulai memburuk.

Ia juga mengerjakan hampir semua pekerjaan Peter Zhang, maka ia semakin memahaminya.

Hongtu’s Property didirikan oleh Peter Zhang dan ibunya, tapi sejak dulu, pemegang saham terbesarnya bukanlah Peter Zhang, melainkan Kanen Ma.

Maka untuk mempertahankan hasil kerja keras ibunya, ia harus berusaha ekstra keras untuk membuktikan kemampuannya.

Maka ia tak punya waktu untuk hal lainnya, apalagi untuk berpacaran.

Awalnya, malam itu di Hotel Paradise, sikap keras dan kasar Julien Lu membuatnya sangat geram.

Tapi saat ia tahu Julien Lu mengatakannya untuk mencegahnya bunuh diri dengan cara melompat dari gedung, meskipun bukan seperti itu kejadiannya...

Ia segera tertarik pada ketulusan dan kepolosan Julien Lu.

Selama ini, ada begitu banyak pria yang mengejarnya, tapi Enelisa Zhang hanya melihat nafsu dalam tatapan mereka.

Karena itulah ia menutup hatinya rapat-rapat.

....

Enelisa Zhang mengajak Julien Lu masuk ke lift dan naik ke lantai 12.

Apartemennya berada di lantai 12.

Ia mengeluarkan kunci dan membuka pintunya, lalu berjalan masuk dan berkata dengan canggung, “Masuklah.”

Apartemen ini luasnya lebih dari 150 meter persegi.

Minimalis.

Inilah kesan pertama yang ditangkap oleh Julien Lu.

Hanya ada sebuah sofa dan sebuah meja kecil di ruang tamu yang sangat luas itu.

Ini membuat Julien Lu ingin melihat-lihat.

Sebetulnya tak ada yang bisa dilihat.

Tapi Julien Lu penasaran, bagaimana bisa seorang wanita tinggal di apartemen seperti ini? Tidak ada perabotan sama sekali.

“Duduklah dulu, akan kubuatkan kopi dulu!”

Enelisa Zhang berusaha menekan rasa gugupnya dan bergegas masuk ke dapur.

Sebenarnya ia hanya bisa membuat kopi dan mi instan...

Julien Lu berjalan mengelilingi apartemen itu.

Setiap kali ia menemukan sebuah pintu, ia membukanya untuk melihat-lihat, dan kosong seperti yang diperkirakannya, benar-benar tak ada apa-apa.

Ada 4 ruangan, 2 di antaranya kosong, 1 lagi berisi meja dan rak buku yang penuh tumpukan buku. Bisa ditebak ini adalah ruang kerja Enelisa Zhang.

Sebagai seorang yang tinggal sendirian, sebenarnya ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan, tapi ruang kerja ini sangat tertata rapi.

“Sungguh tak kusangka, rupanya Eneliza seorang yang workaholic!” gumam Julien Lu saat berjalan masuk untuk melihat-lihat.

Buku-buku yang tersusun di rak buku itu adalah buku finansial, manajemen, trik bernegosiasi, dan sebagainya.

Di atas meja terdapat sebuah laptop.

Tentu saja Julien Lu tak bermaksud mengganggu privasi orang lain.

Ia berjalan keluar.

Dan tiba di pintu yang terakhir.

Pemikiran Julien Lu sangat sederhana, sampai-sampai ia melupakan suatu hal penting.

Seminimalis apapun rumah seseorang, bahkan meskipun sampai tak ada dapur, pasti tetap ada tempat untuk tidur.

Saat menemukan pintu yang letaknya agak tersembunyi itu, tanpa banyak berpikir ia segera berjalan menghampirinya.

“Hei, ruangan ini sangat wangi...”

Lalu ia membuka pintunya dan menyalakan lampunya...

Kemudian, Julien Lu tertegun.

Sepasang baju dalam dari sutra dan sebuah gaun tidur tipis tergeletak begitu saja di lantai...

“Damn! Aku tak boleh!”

Julien Lu segera menutup pintu dan berbalik, dan terkejut saat mendapati Enelisa Zhang telah berdiri di belakangnya.

“Woah!”

“Ah!”

“Aw!”

...

Tak sampai 10 menit yang lalu, Enelisa Zhang masuk ke dapur untuk membuat kopi, dan ia melihat Julien Lu mengelilingi apartemennya untuk melihat-lihat.

Dan masuk ke ruang kerjanya sejenak.

Ini bukan masalah besar, Enelisa Zhang hanya berpikir apakah Julien Lu menyukai perabotan-perabotannya atau tidak.

Enelisa Zhang juga merasa perabotannya terlalu simpel dan minimalis.

Saat ia telah selesai membuat kopi dan membawanya keluar, ia melihat Julien Lu menyalakan lampu kamarnya.

Tiba-tiba ia teringat tadi saat berganti pakaian, karena terburu-buru ia...

Ia hendak menghentikannya, tapi terlambat.

Kemudian Julien Lu berbalik, dan mereka terkejut melihat satu sama lain.

Dan kedua tangan Enelisa Zhang masih memegang dua cangkir kopi.

Karena tangannya bergetar, kopinya tumpah mengenai Julien Lu dan ia berseru kesakitan.

“Ah, Julien Lu? Kau kenapa? Kau kenapa?”

Dengan cepat Enelisa Zhang segera menyadari bahwa Julien Lu kesakitan tersiram kopi panas itu, maka dengan terburu-buru tangannya segera menepuk-nepuk bagian tubuhnya yang tersiram kopi.

“Ah! Jangan kau tepuk di sana!”

Julien Lu segera berseru saat bagian terlarang itu tersentuh.

“Baiklah, tidak kutepuk, tidak kutepuk! Sakitkah? Kubantu kau mengusap...” Enelisa Zhang merasa sangat panik.

“Jangan! Jangan diusap...”

Seru Julien Lu sambil menghindar, tapi gerakan tangan Enelisa Zhang lebih cepat.

Begitu ia selesai berkata, ia segera mengulurkan tangannya.

Dan saat mereka berdua merasa ada sesuatu yang janggal...

Mereka tertegun.

Julien Lu sangat jarang mengenakan jeans, ia merasa celana jeans terlalu ketat dan tidak nyaman.

Ia lebih menyukai celana training yang berbahan lebih lembut.

Enelisa Zhang tertegun dan tanpa sadar meremas...

Jika tidak ditepuk, mungkin masih enak...

Tiba-tiba terjadi suatu perubahan yang mengejutkan...

“Percayalah, aku hanya ingin memastikan...”

Enelisa Zhang mendongak, sekujur wajahnya memerah dan ia hampir tak bisa berkata-kata, “Memastikan... apakah bagian ini juga tersiram air panas.”

“Sepertinya, sedikit... seharusnya masih bisa berfungsi,” Julien Lu hampir menangis.

“Aku ingat di dapur masih ada sebotol kecap asin, maukah kubawakan agar kau bisa... mengusapnya?”

“Iya...” kata Julien Lu sambil meringis.

Enelisa Zhang berdiri dan berjalan dengan cepat sambil menundukkan kepala, terdengar suara perabot berklontangan, lalu ia segera kembali.

Ia memegang sebotol kecap asin di satu tangan.

Dan semangkok penuh berisi es batu di tangan satunya.

“Kamar mandinya... di sana.”

Wajah dan leher Enelisa Zhang memerah, tapi ia sangat khawatir, dua cangkir kopi panas itu... hampir semuanya tumpah ke bagian itu.

Bagaimana jika benda itu terbakar!

Julien Lu menerimanya tanpa berpikir panjang.

Begitu menutup pintu kamar mandi, ia segera melepaskan pakaiannya dan menggunakan kecap asin dan es batu itu untuk menghilangkan rasa panasnya.

Hingga akhirnya rasa panas itu mereda.

Untunglah tak apa!

Saat ini, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu