Too Poor To Have Money Left - Bab 134 Jangan Takut, Ada Aku

mendengar perkataan Enelisa, Julien menjadi lega.

Jika hanya terserah saja, maka itu sungguh bagus bagi Julien.

Julien tidak pernah benar-benar berpacaran namun dia juga banayk merasakannya.

Ketika wanita meminta hadiah, itu adalah saat paling ribet.

Dan pengalamannya........

Dipelajarinya dari Rayne.

Dia tidak lupa dulu setiap tahun ketika menjelang ulang tahun Rayne, dia perlu berpikir keras hanya untuk sebuah hadiah saja.

Tetaplah Enelisa yang membayar.

Seusai makan kenyang, mereka berdua berjalan santai kembali ke tempat mobil Enelisa.

"Kalau begitu begini saja malam ini, waktu sudah malam, aku juga sudah harus pulang." Kata Julien sambil melihat jam tangannya.

Sudah hampir jam 12 pagi, dia berjanji kepada Dexter, mulai besok dia harus menjalankan latihan tarung bersamanya, oleh karena itu, Julien ingin pulang istirahat terlebih dahulu.

"Kamu tidak mengantarkan aku pulang?" Didalam hati Enelisa terasa sedikit kecewa.

"hmm, baiklah kalau begitu."

Julien berpikir, lagipula juga tidak kurang waktu sedikit ini.

Mendengar Julien setuju, wajah Enelisa terlihat senyuman lagi, dia mengeluarkan kunci mobilnya dan melemparkannya kepada Julien, "Kamu yang nyetir."

Julien mengiyakan, dia lalu menekan tombol buka dann ketika dia bersiap untuk membuka pintu mobil dan naik keatas mobil, dia mendengar suara langkah yang banyak yang berasal dari belakangnya.

Dia adalah praktisi tingkatan langkah ketiga, pendengarannya sangatlah tajam, dia tentu saja tidak akan melewatkan suara sebesar ini.

Sekali memutarkan kepalanya, dia langsung melihat ada 16 orang yang sedang menuju kearahnya.

Orang-orang ini jelas terlihat bukanlah orang baik, dan Julien menyadari bahwa tatapan mereka semua menuju pada Enelisa.

Disaat itu, Julien langsung tahu bahwa mereka datang untuk Enelisa!

Disaat ini, Enelisa kaget, dia juga menyadarinya.

Julien memutarkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Jangan takut, ada aku."

Seusai itu, dia berjalan maju.

Waktu itu Dexter berada di Haicheng university dan melawan 16 murid ahli kungfu dengan seorang diri, itu membuat Julien sangatlah kagum.

Saat ini, Julien penuh percaya diri, dengan kemampuannya sekarnag, untuk melawan 16 orang preman ini sungguh mudah sekali.

Para preman ini disuruh oleh Henley untuk datang menculik Enelisa.

Dan saat ini Henley sudah kembali ke cafe dan tengah duduk bersama Max ditempat duduk dekat jendela, mereka melihat adegan ini dari atas.

Sebenarnya, dia tidak menyangka bahwa Julien akan bersama dengan Enelisa.

"Keparat! Bajingan ini, ada dimana saja, kemanapun pergi bisa bertemu dengannya........tapi bagus juga, sekaligus ditangkap saja." Henley berpikir dalam hati sambil mengerutkan keningnya.

Setiap kali Henley melihat Julien, hatinya terasa tidaklah enak, karena awalnya dia adalah menantu dari Henley.

Siapa sangka bahwa bajingan yang berada dimata Henley malah tiba-tiba beruntung sekali, dia tiba-tiba berubah menjadi orang kaya.

Henley sudah mulai mempertimbangkan jika menculik Julien dan apakah bisa dengan nama Kanen untuk meminta uang.

"Ketua, orang itu sepertinya adalah....." Tanya Max secara tiba-tiba.

"Iya, dia." Henley tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Mendengar perkataan Henley, Max langsung merasa gawat, dia langsung punya rencana untuk kabur.

terlihat bahwa Max bekerja untuk Peter, namun sebenarnya dia adalah bawahan tulus dari Kanen, dia sangatlah jelas mengenai Julien.

Dia juga sangatlah merasa beruntung bahwa pilihan untuk kabur hari itu adalah pilihan yang baik.

Anak muda yang bernama Julien itu tidak hanya menyinggung Peter, dan juga secara tidak langsung menyinggung Kanen.

Namun sampai hari ini dia masih sehat-sehat saja, ini menandakan apa?

ini menyatakan bahwa dia adalah orang yang tidak sanggung disinggung olehnya!

Ketika Max sedang ragu-ragu, diseberang sana sudah terliaht heboh, Julien maju dan bertarung dengan 16 preman itu.

Semenjak sudah memasuki praktisi langkah ketiga, tidak ahnya badan dan Reiye Julien yang mengalami perubahan besar saja.

Dia juga bisa mengeluarkan Sweeping Leaves dengan mudah sekali, seolah secara tidak sadar dia mengerti semuanya.

Tentu saja mungkin juga karena pengalaman dua kali sebelumnya ketika dia dikeroyok.

Ketika melangkah tiga kali, reikinya dkeluarkan, sebagai praktisi level dia, dia bahkan bisa memetik daun dan melukai orang.

Julien masih jauh dari tingkatan kedua namun tidak jadi masalah baginya untuk mengeluarkan reiki.

Seluruh tinju dan tendangannya sangatlah mulus, semua preman berteriakan dan jatuh dilantai, dan Julien bagaikan seekor kupu-kupu yang berterbangan dengan santai.

Tidak sampai waktu satu menit, Julien sudah mengatasi mereka semua.

Julien menepuk tangannya, dia tersenyum kearah Enelisa, "Ayo pergi, aku antar kamu pulang."

Mereka berdua masuk kembali kedalam mobil, seterusnya mobil dinyalakan, dan menyetir menjauh.

Henley kaget.

Kopi yang berada digelas yang dipegangnya jatuh keluar dan mengenai celananya barulah dia sadar kembali.

"Keparat!" Henley berkata kasar, untuk melampiaskan ketidakpercayaan dalam hatinya.

Max juga melototkan matanya, dia melongo menatapi bawahannya yang masih terbaring jatuh dilantai.

................

Julien tidak tahu pemikiran dari Henley.

Tentu saja jika dia tahu bahwa semua ini karena suruhan dari Henley, maka waktu itu Henley berada dilantai dua dari cafe seberang sana.

Julien pasti akan pergi mencarinya dan memperhitungkan semua masalah dari dulu dan yang baru ini juga.

Setelah tiba dibawah apartemen.

"Kalau begitu sampai disini saja hari ini." Julien tersenyum, dia berkata dengan serius, "Kamu belakangan ini sebaiknya berhati-hati dulu, sebaiknya selidiki dulu saja, siapa yang ingin mencari masalahmu, jika ada hal yang tidak bisa kamu selesaikan, kamu boleh datang mencariku."

Enelisa menganggukkan kepalanya.

Jika bukan karena Julien, dia mungkin sudah diculik, sekarang sekali dipikir ulang, dia masih merasa takut.

"Oh iya, kamu tidak menyetir mobil kemari?" Enelisa tiba-tiba bertanya kepadanya.

"Tidak."

"Kalau begitu begini saja, kamu bawa pulang mobilku saja, sudah semalam ini, tidaklah aman jika naik taksi."

"Tidak perlu, tadi bukankah kamu lihat sendiri juga, mereka semua bukanlah lawanku, sekalipun lebih banyak orang lagi, aku juga tetap bisa menghajar habis mereka semua."

Julien mengerakkan tinjunya seolah melawan.

"Tidak boleh, kamu harus dengar kataku!" kata Enelisa dengan tegas.

Dia benar-benar khawatir.

Entah siapa orang-orang itu, dia juga tidak tahu apakah Julien sekali keluar akan ditangkap atau tidak.

Memang benar dia adalah seorang praktisi, namun jika lawannya punya senjata api, sepertinya setinggi apapun kungfunya juga tidak akan berguna.

Julien mengaruk kepalanya dengan pusing, dia berkata, "Aku bawa pergi mobilmu dan kamu mau nyetir mobil apa? Besok pagi hari aku mungkin tidak akan punya waktu."

"Besok pagi aku akan menyuruh orang untuk menjemputku pergi kerja." Enelisa terhenti sejenak dan wajahnya merah, "Setelah pulang kerja aku akan menyuruh supir mengantar aku kerumahmu untuk mengamil mobil."

"Uhm! ini, tentu saja bisa!"

Julien tersenyum.

Tidak bermasalah.......masalahnya besar sekali, bagaimana caranya menjelaskannya kepada Nancy dan Sophia?

Tapi Julien tidak bisa menolaknya.

"Baiklah kalau begitu, besok malam aku suruh ibuku memasak nasi untukmu."

Ketulusan Julien membuat wajah Enelisa berubah merah.

Hingga setelah melihat Julien menyetir menjauh, barulah Enelisa menarik nafas dalam-dalam dan berjalan kembali kedalam apartemen.

...........

Subuh, jalanan di kota G sudah tidak terlihat lalu lalang.

Mobil menyetir keluar dari area kota, dan berjalan mengikuti pinggir laut.

Dijalan ini, kendaraan dipagi hari banyak namun ketika malam hanya ada sedikit orang yang lewat saja.

Pagar yang dibuat oleh Marmer akan ada sebuah lampu jalan setiap sebuah jarak tertentu, lampu yang terang menerangi jalanan.

Ketika menyetir, melihat kebelakang adalah tindakan otomatis, baik jalanan ini lancar ataupun tidak.

Julien juga melakukannya.

Dia hanya melihat sekilas saja dan dia gemetaran dan merinding.

Ada sesaat dimana dia bertemu dengan setan.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu