Too Poor To Have Money Left - Bab 290 Tamu Yang Misterius

Vitalitasnya dengan cepat menghilang.

Bagaimana pun jika seseorang tidak memiliki darah, maka kematian adalah satu-satunya jalan terakhir.

Dada Julien Lu berhentii bergelombang.

Seluruh dadanya turun kebawah sama seperti dengan mumi.

Ketika angin laut bertiup, membuat daun-daun bergemericing, aroma darah yang kuat juga ikut terbawa oleh angin.

Puncak gunung itu mulai kembali hening.

Hanya tersisa tubuh yang kering dan genangan darah yang kental dan terlihat menakutkan.

Paling tidak kelihatannya seperti ini.

Waktu berjalan dengan cepat.

Ketika darah-darah itu mulai berubah menjadi merah gelap, berarti ini adalah sebuah tanda darah itu akan mongering.

Tiba-tiba.

“Ahh!”

Suara aneh yang kuat keluar secara bersamaan keluar bersama dengan deru nafas Julien Lu.

Rasanya seperti orang yang sudah lama berada dalam air dan akhirnya bisa mulai bernafas lagi.

“Ah!”

Julien Lu langsung membuka besar kedua matanya.

“Ahh!”

Dia langsung berdiri duduk, dan memegang dadanya yang tersentak keras.

Setiap deruan nafasnya seperti tidak memiliki tenaga, tapi setiap deru nafasnya membuat tubuhnya yang kering itu penuh dengan energy.

“Ah! Ah! Ah!...”

Julien Lu terengah-engah, wajahnya menunjukkan rasa sakit dan tidak sesuai di wajahnya.

Tapi tubuhnya perlahan-lahan mulai terisi.

Ekspresi yang sakit padanya perlahan-lahan mereda.

Kekosongan pada tatapan matanya juga berubah menjadi terkejut dan tidak bisa dipercaya, lalu tiba-tiba telihat beberapa pencerahan di wajahnya.

“Ternyata…… ternyata….. seperti ini!”

Seluruh tubuhnya terus bergetar naik turun.

Ini bukan gemetar yang sedang bersemangat, tapi tubuhnya sedang beradaptasi.

“Aura langit dan bumi!”

Seperti sebuah kilat yang tiba-tiba muncul di kepala Julien Lu.

Ini adalah Tahap Keempat, Tahap Jindan yang legendaris!

Dan frekuensi dan deru nafasnya semakin cepat.

Angin bertiupan.

Datangnya angin ini sangatlah aneh.

Datang tanpa alasan.

Setiap Julien Lu menarik nafasnya, hal itu membentuk satu pusaran yang tak terlihat dan masuk ke dalam mulut dan hidungnya.

Daun-daun jatuh beterbangan dan berputar mengelilinginya.

Aura itu sudah menggantikan Reiye yang menggeras menjadi Qihai.

Setiap Dantian bisa melihat sekumpulan kabut yang berputar-putar.

Ketika diendapkan ke bawah, kabut itu berubah menjadi seukuran mata jarum yang berwujud dan kualitatif, dengan membawa seperti aura warna hijau.

Darah itu mulai membasahi auranya dan hidup kembali.

Dan darah yang baru hidup kembali itu berbeda dengan sebelumnya.

Julien Lu sedang menjalani baptisan dan transformasi langit dan bumi, dia perlahan-lahan menutup matanya dan merasakan perubahan yang besar.

Tubuhnya bahkan sudah kembali menjadi seperti semula.

Aliran darah yang bergelombang ini kembali hilang.

Dia membuka matanya, melihat kearah dasar danau.

Langit dan bumi sudah berubah.

Dia melihat pohon dan dedauan mengeluarkan nafas kehidupan yang berbeda.

Rasa sensitifnya berubah menjadi semakin tajam dan luar biasa, Segala sesuatu yang berdiameter 100 meter dengan bentuk tiga dimensi, direproduksi secara akurat dalam pikirannya.

“Ternyata ini adalah Tahap Jindan!”

“Pantas saja mengapa Tahap Keempat parit alami bagi Praktisi!”

“Setelah melewati Tahap Ketiga, hidup dengan Aura Langit dan Bumi, beserta dengan energy lainnya, barulah bisa menjadi praktisi sesungguhnya!”

Kedua mata Julien Lu penuh dengan pencerahan.

Jika kata-kata ini dilontarkan keluar, Praktisi dibawah Tahap Ketiga pasti tidak akan mengerti.

Ini adalah sebuah tembok yang tak terlihat dan tidak bisa disentuh.

Karena dia adalah master yang hebat, jadi dia bisa melompati Tahap Setengah Jindan dan langsung menuju ke Tahap Jindan.

Tahap Setengah jindan hanyalah sebuah energy yang bisa mengendalikan kekuatan langit dan bumi dengan pendalaman kultivasi.

Misalkan……

Kepalan tangan yang lembut seketika langsung bergerak tanpa terlihat.

Bekas darah kering yang menempel di pakaiannya telah berubah menjadi debu dan terguncang satu demi satu.

“Dengan ini membuatku sudah memiliki rasa percaya diri.”

Julien Lu menghelakan nafas panjang.

Draco Lei tidak akan menjadi bahaya tersembunyi di dalam hatinya lagi.

Ketika teringat dengan danau besar yang berada di Manor Keluarga Lei, Julien Lu tersenyum dan mulai duduk bersila lagi.

Dia harus lebih mengerti Tahap Jindan.

……

Disaat bersamaan.

Danau besar di Manor Keluarga Lei sedikit bergetar, ombak yang tidak teratur mulai bergelombang.

Villa Keluarga Lei.

Ruang tamu.

Orang tua yang sedang berbaring diatas sofa kulit sambil memejamkan matanya.

Tiba-tiba membuka kedua matanya dengan terkejut.

……

Di pegunungan.

Seorang wanita yang mengenakan pakaian dan celana bewarna abu-abu yang tidak mengenakan alas kaki itu tiba-tiba menghentikan llangkah kakinya.

Dia perlahan-lahan tersenyum, berkata sendiri “Anak ini…… selalu tidak terduga oleh orang……”

Kota G.

Hongtu’s Property.

Kanen Ma yang sedang duduk di dalam ruang kantornya yang sambil menyesap anggur merah, tiba-tiba tersentak.

Dia memicingkan kedua matanya, senyum di wajahnya hilang, berkata “Waw, benar-benar tidak disangka, aku sudah salah melihat orang……”

……

Sebuah hembusan angin yang tidak bersuara sudah menyapu DUnia Praktisi.

……

Julien Lu tidak merasakan apapun akan hal ini.

Sekali duduk, dia sudah duduk selama satu hari satu malam.

Setelah subuh barulah dia turun dari gunung.

Setelah berjalan di tengah jalan, Julien Lu menghubungi nomor Jhonson Cheng.

“Kak Jhonson, selama beberapa hari ini aku benar-benar sudah merepotkanmu, sekarang kamu sudah bisa mengantar ibu dan adikku kembali kesini lagi.”

“….. Kenapa?’

Tapi Jhonson Chen tertawa “Di Kota G hanya ada tidak banyak orang yang bisa menyuruhku, hanya kamu seorang.

“Sekalian panggil Aldo kemari, aku berencana ingin masak.” Julien Lu juga tertawa.

“Kalau begitu aku akan membawa dua botol bir yang baik kesana!”

“Baiklah, aku tunggu kamu.”

Julien Lu menaruh ponselnya kembali ke dalam saku, lalu pergi menyusuri jalan pengunungan yang berkelok-kelok.

Dia memiliki wawasan yang lebih dalam terhadap berjalan.

Mengapa Naila Shangguan menggunakan jalan sebagai salah satu cara latihannya.

Sebelumnya dia mengira dia sudah mengerti, tapi sebenarnya dia hanya mengetahui sedikit saja.

Hidup di Aura Langit dan Bumi bersama energy lainnya.

Cara latihan ini sangat memiliki manfaat untuk Tahap Jindan.

Julien Lu tapi tidak kembali ke villa, namun dia terus turun kebawah dan menuju ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa sayur.

Baru kembali ke rumah.

Dexter Li masih berada di dalam kamar.

Julien Lu sedang membuat makanan.

Dia bisa memasak, dulu ketika keadaan Sophia Liao tidak baik, dialah yang bertugas untuk memasak.

Sekarang sudah siang hari.

Waktu yang tepat untuk makan siang.

Dia sudah membuat 10 jenis makanan, campuran sayuran dan daging adalah keahlian yang dimiliki olehnya.

Pukul enam sore pintu besar villa terbuka.

Sebuah mobil berjalan masuk ke dalam, lalu keluarlah lima orang dari dalam mobil itu.

Jhonson Cheng, Aldo Chen, Sophia Liao, Nancy Lu dan Christina Chu.

Julien Lu baru saja menaruh sayuran keatas meja makan.

“Bagus, bagu! Suasana seperti ini sangat bagus!”

Jhonson Cheng tertawa, sebelum melihat orangnya Julien Lu sudah tahu suasana hatinya saat ini sedang baik.

Julien Lu juga iktu tersenyum dan berjalan keluar menyambut mereka.

“Ma.”

“Sudah sudah, kamu jamu saja boss Cheng terlebih dahulu, aku dan adikmu akan memindahkan koper terlebih dahulu.” Sophia Liao tersenyum.

Nancy Lu memasang wajah yang seram, mendengus pelan dan yang diikuti oleh Christina Chu dan Sophia Liao di belakang.

“Kak Jhonson, maaf sudah merepotkanmu.” Julien Lu berkata dan menganggukkan kepala.

“Haha, apa maksud kata-katamu ini, jelas-jelas hari ini aku datang kemari untuk minta makanan, merepotkanku apa?” Jhonson Cheng tersenyum berkata.

Senyum di wajah Julien Lu hilang, bertanya “Kak Jhonson, sulit untuk melihatmu senang.”

Dia bisa melihat kalau Jhonson Cheng senang dari dalam hatinya.

Jhonson Cheng menepuk pundak Julien Lu, tersenyum berkata “Tidak ada, aku juga merasa senang untukmu! Mulai hari ini kakak bisa dijaga olehmu!”

Julien Lu terkejut.

Jhonson Cheng tertawa dan berjalan ke dalam ruang tamu.

Dia melihat kearah sekitar, tersenyum berkata “Sepertinya, tamu kamu baru kami berdua yang datang.”

“Kak Jhonson, hari ini aku hanya mengundang kalian berdua saja.” Julien Lu tersenyum pahit.

Jhonson Cheng menggelengkan kepala, berkata “Aku masih belum lapar, bagaimana kalau kita duduk terlebih dahulu, nanti baru kita makan.”

Julien Lu diam, lalu hanya bisa berkata “Baiklah, sayurnya tinggal di panaskan saja, hanya saja rasanya terasa sedikit tidak segar.”

“Apa yang kamu katakan? Apa kamu datang kemari untuk perhitungan dengan hal ini?”

Jhonson Cheng memutarkan matanya, nada bicaranya terdengar seperti mengurnya, lalu berjalan sendiri menuju ke ruang tamu.

Melihat ini Julien Lu merasa sedikit terharu.

Jhonson Cheng menaruh bir yang dibawa olehnya diatas meja, lalu berjalan mengelilingi villa.

Julien Lu hanya bisa mengikutinya dari belakang, meskipun dia merasa curiga.

Karena sikap Jhonson Cheng hari ini berbeda seperti biasanya.

Dia sudah berkeliling satu putaran selama setengah jam.

Sebenarnya ukuran villan ini tidak terlalu besar, hanya saja Jhonson Cheng berjalan sambil berkomentar.

Sampai Jhonson Cheng melihat jam tangannya.

Setelah itu dia tersenyum dengan misterius “Ayo, kita keluar untuk menyambut tamu kita.”

Julien Lu tercenggang, bertanya “Siapa?”

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu