Too Poor To Have Money Left - Bab 138 Hanya Membeli Sebuah Hadiah Saja

Pintu halaman rumah perlahan terbuka.

Koenisegg ghost melaju masuk dan masuk kedalam parkiran bawah tanah lewat sebuah tunnel.

Supirnya adalah Nancy, yang duduk bersamanya adalah Christina.

Beberapa hari sebelumnya ketika mereka bermain ke JianMen pass, Nancy masih tidak puas bermain.

hobi main adalah sifat dari anak muda.

Jadi setiap hari sekali ada waktu, Nancy langsung menyetir mobil Koenigsegg yang diberikan oleh Julien kepadanya untuk membawa Christina pergi jalan-jalan.

Nancy sangatlah menyukai mobil.

Jika tidak ketika Julien akan membeli Land Rover, dia juga tidak akan menelepon Nancy untuk ikut melihat mobil.

Enelisa yang berdiri diatas balkon tersenyum, gadis yang susah diurus ini akhirnya kembali.

Dia merapikan rambutnya dan turun.

"Ibu, kami lapar!"

Orangnya belum sampai dan suaranya sudah sampai, dia lalu menarik tangan Christina dan muncul didalam ruang tamu.

Disaat ini, Sophia masih sedang memasak didalam dapur.

Nancy sekali mendengar suara, dia lagnsung membawa Christina masuk kedalam dapur.

Christina melirik sekilas, dia lalu membantunya, dan ketika Nancy dan Sophia mengobrol, dia tiba-tiba berteriak.

"Astaga! Ini adalah Patek Phillipe, kakak yang memberikannya kepadamu kah?"

Sophia tidak tahu harga Patek Philippe, dia melirik kearah Christina, dan berkata sambil tersenyum, "Enelisa datang bertamu, ini hadiah darinya untukku."

"Enelisa?" Nancy tercengang, dia lalu memutarkan badannya dan melihat Enelisa yang tengah berjalan kearahnya.

"Kamu!"

"Iya, aku." Kata Enelisa sambil tersenyum.

Meskipun Nancy sedikit manja, namun dia masih tidak manja hingga karena dirinya suka atau tidak dan mengusir tamu.

Namun dia memutarkan matanya dan berkata, "Enelisa Zhang, kamu memberikan hadiah untuk ibuku, lalu bagaimana dengan punyaku?"

Sesuai pemikiran Nancy, Enelisa membeli hadiah untuk Sophia, maka tentu saja akan ada punya dia juga.

Asalkan orang yang tahu dikit saja, jika ingin mendekati Julien, maka harus melewati dia dulu.

Tentu saja dia juga tidak peduli dengan hadiah yang diberikan oleh Enelisa.

Namun sebaliknya, Nancy ingin mengambil hadiahnya dan sengaja mengkritik dan membiarkan Enelisa tahu diri dan mundur.

"Tidak, uang yang aku bawa tidaklah cukup, aku hanya membeli sebuah hadiah." Wajah Enelisa tetaplah tersenyum, dia berkata dengan santai, "Jika kamu mau, bilanglah padaku, nanti kedepannya ketika aku datang, aku akan membelikannya untukmu."

Nancy adalah seorang gadis, Enelisa juga pernah mengalaminya, dia tentu saja sangatlah mengetahui pemikiran Nancy saat ini.

Bahkan sebelum dia datang, dia sudah berpikir akan semua masalah yang mungkin muncul jika dia datang kemari.

Masalah Nancy sudah dia perhitungan paling awal.

Dia sudah terpikiran bahwa jika dia membelikan hadiah untuk Nancy, maka pasti akan disindir olehnya.

Namun jika Nancy membuka mulut sendiri, dan meminta, maka semua akan berbeda, sekalipun mau menyindir, dia juga susah, karena mengambil hadiah pemberian.

Namun jika tidka diterima, dia juga bisa membuat Nancy tidak bisa melakukan apapun.

Enelisa sebagai general manager Hongtu's Property, semua hal yang harus diurusnya setiap hari tidak hanya dibidang bisnis saja, semua jenis perubahan karyawan juga harus dia urus.

Setelah bertemu dengan banyak dan telah berpengalaman, dia tentu saja punya caranya sendiri.

"Kamu........." nancy sampai bingung harus menjawab apa.

Nancy tahu bahwa jam tangan yang dipakai oleh Sophia itu tidak kurang dari 400 juta.

Sedangkan perkataan Enelisa uangnya tidak cukup itu membuatnya tidak bisa membantah.

Namun membuatnya membuka mulut untuk meminta hadiah, dia tidak mungkin melakukannya.

".........hitungannya kamu hebat!"

Kata Nancy dengan tidak ikhlas, dia lalu pergi keruang tamu.

Dia kalah, dan sampai tidak bisa melawan, orang yang bisa membuatnya kalah dibidang bahasa selain daripada Martha yang jahat, hanya ada Enelisa ini saja.

Sedangkan Martham, dia adalah wanita yang tidak menepati aturan, semua hal bisa dia katakan.........

Nancy marah dan juga malas untuk membalas wanita itu.

Namun berbeda dengan Enelisa, semua perkataannya berhubungan dan tidak ada celah, itu membuatnya langsung diam.

"Enelisa, kamu jangan keberatan, sifat si gadis gila itu memang begitu, kamu pergi duduk dulu saja diluar, didalam dapur asap dan minyak banyak."

Sophia berkata sambil tersenyum, dia tahu bahwa Enelisa adalah anak orang kaya, biasanya dia tidak pernah bekerja didapur.

Jika berdiri disini, dia juga tidak bisa membantu, jika dia terkena air panas atau apa, maka itu akan gawat.

"Baiklah, terima kasih tante Liao." Enelisa menganggukkan kepalanya dan keluar.

Enelisa bukanlah wanita yang takut, dia tahu bahwa Nancy punya pandangan jahat terhadapnya, namun dia tetaplah tersenyum dan berjalan kearahnya.

Dia duduk disofa disebelah kanan Nancy.

Melihat teh yang belum selesai diminum, dia lalu mengambilnya dan meminumnya.

Bersamaan dengan itu, dia melirik kearah Nancy.

Ketika Enelisa kemari, Nancy sudah mulai melihat Enelisa.

Sebelumnya dia terus saja sedang marah dan terus merasa tidak adil bagi Christina.

Namun sekarang dilihat-lihat, Enelisa ini memang lumayan cantik.

Sama saja seperti.......seekor siluman rubah!

Sekali terpikiran hingga disini, Nancy tersenyum, "Orang lain baik-baik saja, tapi ada saja orang yang suka ikut campur."

Dia tidak mengatakannya dengan jelas.

Namun maksud diantara itu bisa didengar jelas oleh orang.

Enelisa tetaplah bersikap biasa, seolah tidak mendengar perkataan Enelisa.

Ketika Nancy masih ingin mengatakan sesuatu, terdengar saura sapaan dari pintu, sekali dilihat, ternyata Julien pulang.

"Eh, Enelisa, mengapa kamu datang sepagi ini?" Kata Julien dengan kaget.

"Aku tidak menyangka punya waktu, dan aku datang pagian." Enelisa berdiri dan menyapa Dexter.

Dia sudah melakukannya dengan sopan, hingga membuat orang tidak bisa mengkritik.

Namun Enelisa langsung menyadari keanehan, "Ada apa dengan wajahmu ini?"

"Hmm, ini, tidak sengaja tertabrak." Julien bergegas menyembunyikannya.

Sebenarnya biru-biru diwajahnya dikarenakan karena tinju dari Dexter.

Pagi hari ini, dia dan Dexter prgi ke puncak gunung dan tidak disadari mereka latihan seharian penuh.

Tinju Tiangang keluarga Li memang hebat, terutama ketika sudah mempelajari jarlur meridian Tian Gang.

Meskipun terkadang Dexter mengalah beberapa tinju kepada Julien, namun jika sekali mendapatkan tinju dari Dexter, diaa akan gawat.

Biru-biru diwajahnya ini sudah karena Julien menggunakan Reiye untuk menghilangkannya, jika tidak akan terlihat lebih parah lagi.

"Ayo, kita pergi, kita pergi makan." Julien berkata sambil tersenyum.

Dia melihat Sophia, saat ini Christina tengah mengambil masakan dan keluar dari dapur.

Dia membantu mengambilkan nasi dan mereka berlima duduk bersama dimeja makan.

Tatapan Enelisa terus berada pada piring besar dihadapan Christina, ekspresi diwajahnya terus terlihat aneh.

Ini.......sungguh hebat makan!

"Enelisa, ayo makan, cobalah daging angsio dari ibuku, dan udang ini!" Julien mengambikan lauk untuk Enelisa.

Dia bisa datang kesini, Julien juga lumayan senang.

Enelisa baru sadar kembali dan mengambil daging angsionya dan mencobanya.

"Hmm, enak."

Pujian dari Enelisa membuat Sophia tersenyum, "Enelisa, jika enak makanlah banyakan."

Setengah hari penuh ini, Julien juga tidak makan sama sekali, dia sudah kelaparan parah.

Dia mengambil sumpit dan mengambil lauk, dan menghabiskan satu mangkok nasi.

Dexter menggunakan sebuah mangkok besar.

Nancy juga tidak mau kalah, dia juga mengunyah terus.

Tentu saja ini semua tidak bisa menandingi Christina, baru sebentar saja setengah isi nasi didalam kompor sudah habis........

Enelisa terlihat tidak terbiasa dengan cara makan mereka sekeluarga, namun entah kenapa dia tiba-tiba muncul pemikiran lomba makan cepat.

Dia juga mulai mencoba untuk makan dengan melahap..........

Malam ini yang makannya paling cepat adalah Dexter dan Julien.

Sebenarnya, sebelumnya mereka berdua biasanya makan paling lambat.

Dexter memakan tiga mangkok besar barulah meletakkan mangkok dan sumpit, dia berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda, apakah sudah kenyang?"

"Hmm.........tunggu sebentar........." Julien bergegas mengambil seekor udang dan sesumpit sayur.

Dia bergegas memakannya dan berdiir sambil berkata, "Aku sudah kenyang, kalian makan pelan-pelan saja."

Tindakan aneh mereka berdua tentu saja tidak lepas dari tatapan Sophia, sebelum Sophia bertanya, Nancy sudah langsung berkata, "Kalian baru saja pulang, mau kemana lagi? Aku beritahu kalian, jika pergi main dan tidak membawaku, aku akan berurusan terus dengan kalian."

Dexter berkata sambil tersenyum, "Nona Nancy, kami bukan pergi bermain, dirumah masuk seekor tikus besar, kami pergi menangkap tikus."

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu