Too Poor To Have Money Left - Bab 211 Gerombolan Ternak Di Kejauhan

Wanita tua itu menggumamkan sesuatu.

Keana segera berkata, “Julien Lu, nenekku memberi salam padamu.”

“Oh, terima kasih, sampaikan padanya, aku merasa sangat berterimakasih,” kata Julien Lu sambil membungkukkan badan.

Ia tidak mengenal adat istiadat daerah ini, dan bahasanya juga lumayan susah.

Ia tahu semakin banyak ia bicara, semakin mungkin ia akan membuat kesalahan.

Keana menyampaikan perkataan Julien Lu, wanita tua itu tersenyum dan memberi isyarat dengan tangannya, lalu berbalik dan berjalan memasuki tenda.

Dengan pimpinan wanita tua itu, Julien Lu dan Rayne Chen berjalan masuk.

Di dalam tenda, terdapat sebuah api unggun dan sebuah kuali tergantung di atasnya, tercium bau makanan dari uap yang mengepul keluar darinya.

Rayne Chen yang selama beberapa hari ini hanya makan dendeng segera menelan air liurnya.

Sikap langsung dan terus terang orang Tibet mengejutkan Julien Lu.

Begitu ia duduk, wanita tua yang telah mengetahui maksud kedatangan Julien Lu dari Keana itu segera bertanya pada Julien Lu, apa yang bisa dibantunya.

“Keana, katakan pada nenekmu, kami hendak pergi ke Lhasa, tapi mobil kami rusak di tengah jalan, kami ingin membeli 2 ekor kuda,” kata Julien Lu.

Saat ia berjalan ke tenda ini tadi, ia melihat sebuah pickup dan sebuah mobil SUV.

Tapi ia tak berencana membeli mobil lagi.

Bukan karena ia tak rela mengeluarkan uang, tapi jika di tengah jalan mobil itu rusak atau kehabisan bahan bakar, ceritanya akan kembali terulang.

Jika ia membeli kuda, hal ini akan berbeda, karena tempat ini penuh rerumputan.

Saat kudanya lelah mereka bisa beristirahat, setelah mereka segar dan kenyang mereka bisa melanjutkan perjalanan.

Wanita tua itu mengerutkan kening, Soren dan Keana juga mengerutkan kening setelah mendengar perkataan Julien Lu.

Kemudian Soren berkata, “Kawan, kuda sangatlah penting bagi kami, kami tak bisa meminjam ataupun membelinya.”

Julien Lu tertegun, kemudian segera mengerti.

Kuda memang sangat penting bagi keluarga nomaden, dan sama seperti anjing, setelah memeliharanya cukup lama, mereka pasti memiliki ikatan batin.

Maka wajar ia menjawab seperti ini.

Tapi Julien Lu juga telah menyiapkan mentalnya.

“Kalau begitu, apakah ada ponsel? Sebuah ponsel, makanan kering, dan air,” tanya Julien Lu.

Inilah yang paling diperlukannya saat ini.

Walaupun tak ada kuda, ia memerlukan ponsel untuk navigasi perjalanan, air bersih, dan makanan.

Sementara lainnya, mereka akan mencari cara lain.

“Kawan, kau hendak berjalan kaki ke Lhasa?” tanya Soren memastikan.

Sebenarnya Julien Lu tak terlalu mempedulikan tentang hal ini, tadi ia hanya asal menjawab bahwa ia hendak pergi ke Lhasa.

Sebenarnya pergi ke manapun tak masalah baginya, yang penting adalah mengantarkan Rayne Chen ke sebuah kota agar ia bisa pulang.

“Iya.”

Soren, Keana, dan wanita tua itu berdiskusi sejenak.

Tak lama kemudian, mereka segera setuju.

Soren berkata, “Julien Lu, tak perlu bersusah payah seperti ini, dua hari lagi kami akan pergi ke Kota MZ, kita pergi bersama-sama saja.”

“Benarkah? Bagus sekali,” Julien Lu tersenyum.

Julien Lu tahu MZ adalah sebuah kota di Lhasa, setibanya di sana, ia bisa membeli persediaan makanan.

“Tapi dalam hal waktu, kau akan sedikit tertunda, menginaplah di rumahku dulu,” kata Soren.

“Tak masalah, terima kasih sebelumnya.”

Julien Lu menghembuskan nafas lega, masalah ini akhirnya terselesaikan.

Ia tak terburu-buru, ia punya banyak waktu.

Menunggu 2 hari bukan masalah baginya.

Saat mereka sedang mengobrol, sepasang pria dan wanita paruh baya masuk.

Mereka tampak agak terkejut saat melihat 2 orang asing ini. Keana bergegas menghampiri mereka untuk membantu menurunkan barang-barang mereka.

Soren memperkenalkan mereka sebagai orangtuanya.

Keramahan orang Tibet sangat mengejutkan Julien Lu.

Mereka makan malam dengan daging dan teh, dan setelah makan, orang tua Soren menyiapkan sebuah tenda untuk Julien Lu dan Rayne Chen.

Setelah makan dan minum, Julien Lu bangkit dan berpamitan, lalu ia dan Rayne Chen menuju tenda mereka dan tidur lebih awal.

Julien Lu terus memfokuskan diri pada kultivasi.

Setelah dihajar hingga cacat, ia samar-samar mulai mengerti.

Ia telah menjadi praktisi, maka pemikirannya sebelumnya sangatlah salah.

Karena ia telah menempuh jalan ini, ia harus menjadi yang terbaik.

Buktikan pada dunia bahwa ialah yang terkuat!

Ia telah melihat betapa kejamnya dunia spiritual.

Dan ada orang yang harus dijaganya, ada orang yang dicintainya.

Jika ia ingin mencapai tujuan itu, ia harus bisa membuat orang-orang itu tak lagi berkata bahwa ia berlatih sihir.

Dengan kata lain, membuat mereka menghormati kemampuannya!

Sebelumnya, Julien Lu sama sekali tak berpikir seperti ini, tapi kini ia tahu ia mampu melakukan hal ini.

Jika ia hanya punya 1 Dantian, bahkan meskipun ia berlatih keras sepanjang hidupnya, ia tetap takkan bisa mengalahkan mereka.

Tapi kini situasinya telah berbeda.

Ia telah mempelajari Teknik Guntur Petir Ungu dan telah menguasai cara untuk meningkatkan jumlah Dantian nya.

Dan cara ini takkan bisa ditiru para praktisi lain.

Meskipun hanya sebagian kecil meridiannya yang terhubung, ia sudah bisa merasakan bagaimana kuatnya jika seluruh meridiannya telah terhubung.

Jika setiap titik akupuntur mempunyai 1 Dantian yang terus mengitarinya.

Tak diragukan lagi hal ini menambah sangat banyak pusaran energi di dalam tubuhnya.

Julien Lu sudah mempertimbangkan, apakah sebaiknya ia memutuskan meridiannya yang baik-baik saja, lalu menumbuhkan sebuah Dantian?

Pemikiran untuk melukai diri sendiri ini timbul karena Terrence Lei mencampakkannya dan Draco Lei berusaha membunuhnya.

Ia harus cukup kuat untuk membalikkan situasi ini.

Ia tak ingin terus menerus berada dalam bahaya dan terus dikejar untuk dibunuh seumur hidupnya.

Satu malam berlalu.

Julien Lu terbangun karena suara seruan.

Saat ia keluar dari tendanya, Soren dan Keana telah membawa ternaknya merumput.

Ia tersenyum lebar dan menghampiri mereka.

“Karena tak ada kegiatan, kurasa aku bisa membantu kalian,” kata Julien Lu.

Soren menoleh padanya dan tersenyum, lalu mencambuk kudanya dan melesat dengan cepat.

Rayne Chen belum bangun.

Dan sepertinya juga tak ada gunanya mengajaknya, beberapa hari ini ia juga sangat kelelahan.

Maka Julien Lu juga menaiki seekor kuda, dan mereka bertiga berangkat menuntun kawanan sapi dan domba itu.

Rute kali ini berbeda dengan yang kemarin, mereka menuju ke arah yang berlawanan.

Julien Lu tak pernah belajar menunggang kuda, tapi karena ia memiliki dasar dalam bela diri, maka menjaga keseimbangannya di atas kuda bukanlah hal yang sulit.

Dan juga, kuda yang ditungganginya adalah seekor kuda tua yang telah dijinakkan.

Dan ia tak merasa bosan.

Keana terus mengikutinya dan menanyakan berbagai hal padanya, bertanya padanya seperti apakah dunia luar.

Saat ini Julien Lu juga baru tahu, bahwa Keana, gadis kecil ini, baru berusia 16 tahun.

Mungkin anak-anak yang hidup dengan alam tampak lebih dewasa dibandingkan anak-anak pada umumnya.

Sedangkan Soren seusia dengannya.

Rasa ingin tahu Keana sangatlah besar, ia sangat penasaran tentang dunia luar.

Ia juga memberitahu Julien Lu tentang dirinya.

“Julien Lu, namaku memiliki arti kebaikan hati dan keberuntungan, bagaimana denganmu?”

Julien Lu menggaruk kepalanya, “Kami memberikan nama hanya sebagai cara untuk memanggil, tak ada arti lainnya.”

“Ah... kalian terlalu sembarangan,” Keana terkejut.

“Haha, iya memang terlalu sembarangan,” Julien Lu tertawa.

Keana sangat bersemangat, ia hendak mengatakan sesuatu lagi, tapi tiba-tiba terdengar suara siulan Soren.

Julien Lu terkejut dan menoleh, dan melihat di kejauhan, tampak segerombolan besar domba.

“Ah, Julien Lu, aku pergi dulu!”

Melihatnya, Keana menjadi panik dan segera memacu kudanya ke arah Soren.

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu