Too Poor To Have Money Left - Bab 401 Ia Bersiap Menolongnya

Julien Lu menundukkan kepala dan berpikir sejenak, lalu berkata, “... tapi, tidak enak juga menolak kebaikanmu, sebaiknya cukup sampai di sini.”

Akhir-akhir ini, Julien Lu merasa pikirannya sangat membantunya.

Contohnya saat berbincang dengan Dilan Wu ini.

Setelah memikirkannya sejenak, ia langsung memahami rencana Dilan Wu.

Bukan karena ia tiba-tiba menjadi lebih cerdas.

Mungkin karena ia telah melalui berbagai pengalaman buruk, ia jadi lebih mudah mengenali maksud buruk seseorang.

Maka ia mengenyahkan prinsipnya yang dulu, bahwa masih banyak orang baik di dunia ini, kini ia bisa melihat sifat orang lain dengan lebih intuitif.

Maka pemikirannya menjadi jauh lebih sederhana.

Contohnya...

Jika bukan orang baik, berarti orang jahat...

Tentu orang baik ataupun jahat tak ada hubungannya dengan dirinya.

Tapi jika ia terlibat dalam suatu hubungan dengan mereka, tentu beda cerita.

Dian Wu tersenyum, jika tak berhasil menahannya, mungkin ia sudah akan tertawa.

Ia mengira Julien Lu sudah tahu bahwa ia takkan bisa menandingi dirinya, maka sejak awal ia langsung menolak, tapi ia tak dapat menyembunyikan ekspresinya, maka ia mencari alasan untuk tak membicarakannya.

Tapi sebenarnya, ini karena Julien Lu tak ingin bertukar pikiran dengannya.

Ia tak ingin menimbulkan perselisihan.

Jika bisa diselesaikan baik-baik, kenapa harus bertarung.

Ditambah lagi Jenisa Wu telah menjadi istrinya.

Tapi saat ia melihat ekspresi Dian Wu dan Dilan Wu, ia mengubah pikirannya.

Pengalaman masa lalu telah mengajarkannya, bahwa menyerah begitu saja takkan membuatnya dihormati.

Hanya dengan menunjukkan kekuatan, barulah ia bisa membuat orang lain menghormatinya.

Ia merasa bicara baik-baik takkan bisa menggerakkan hati Dilan Wu untuk membebaskan Jenisa Wu lebih awal.

“Hehe, ikutlah denganku.”

Dian Wu tersenyum, lalu terbang menuju ke puncak gunung.

Dilan Wu menuang teh, lalu menyisipnya.

Karena ia melihat Julien Lu masih berdiri diam di tempatnya.

Menyisip teh di saat seperti ini bisa diartikan sebagai diam-diam mendesaknya pergi.

Melihatnya, Julien Lu segera terbang melesat.

Mereka berdua tidak mendarat di puncak gunung, melainkan melayang di udara dengan jarak 10 meter.

“Kau ingin membicarakan apa?” tanya Julien Lu.

Tampak ekspresi mencibir di wajah Dian Wu, ia berkata dengan acuh tak acuh, “Tingkat kultivasi masing-masing.”

“Baiklah,” Julien Lu mengangguk, langsung menyetujuinya.

Ia telah membuat rencana.

Karena Dian Wu adalah seorang Jindan Dzogchen, ia akan menggunakan kekuatan yang setara untuk bertarung dengannya.

Dengan begitu untuk saat ini, tingkat kultivasinya yang sebenarnya takkan terbongkar.

Saat ini rumor pasti telah tersebar.

Jika tingkat kultivasinya juga terbongkar, bukankah ini sama saja memberitahukan ke seluruh penjuru dunia spiritual bahwa Julien Lu telah mencapai tahap jiwa yang baru lahir.

Saat nanti ia menemui Keluarga Hong, ia akan menerima perlawanan yang tak dapat dibayangkannya.

Bisa-bisa ia akan diperangkap di dalam guci.

Mereka takkan mungkin membiarkannya hidup.

Dian Wu membuka telapak tangan kirinya, dan sebuah pedang Qi yang disimpannya di sabuknya keluar dari sarungnya.

Dan setelah pedang Qi itu mengitari seluruh tubuhnya, ia mendarat di cengkeraman telapak tangannya.

“Kupersilahkan kau menyerang 3x dulu,” kata Dian Wu dengan ekspresi mencibir.

“Tak perlu.”

Julien Lu menggeleng.

Hal ini mengingatkannya pada kejadian saat Naila Shangguan dan Kepala Keluarga Li, ayah Dexter Li, bertarung.

Ia juga mempersilahkan Naila Shangguan menyerang duluan.

Hasilnya, Naila Shangguan menyerah padanya.

Ini hanyalah sebuah perundingan, kenapa harus mempertaruhkan nyawa?

Pengalaman itu memberikan suatu pelajaran bagi Julien Lu yang terus terpatri dalam hatinya, ia tak boleh melakukan hal bodoh yang akan menimbulkan masalah.

Demi gengsi mempertaruhkan nyawa, ini tidak sepadan.

Senyuman mencibir Dian Wu berubah menjadi ekspresi kesal.

Tak mau?

Benar-benar tak menghargai.

Tapi sudahlah, hari ini aku akan memberi pelajaran pada anjing yang tak tahu aturan ini.

Setelah membulatkan keputusan, ia juga tak menunda-nunda.

Ia akan memperhatikan nasihat Dian Wu... tapi tidak dengan pedangnya.

Menghancurkan Jindan bisa dianggap tindakan yang keliru.

Dian Wu menjentikkan tangan kirinya.

Pedang Qi itu tiba-tiba menjadi tegak dan menusuk ke arah Julien Lu.

Julien Lu sudah pernah melihat pedang Keluarga Wu, sangat unik dan indah.

Seberapa uniknya, tergantung kemampuan kultivasi kedua belah pihak.

Dengan cepat.

Ujung pedang itu telah berjarak 10cm dari jantung Julien Lu.

Begitu Dian Wu menyerang, Julien Lu segera melangkah mundur.

Dian Wu tak terkejut melihatnya, sebaliknya malah aneh jika ia langsung berhasil dalam serangan pertama.

Itu hanya angan-angan belaka.

Karena pedang itu masih baru, tangan Dian Wu bergetar.

“Wow!”

3 bilah pedang terlepas dari gagangnya dan melayang menuju jantung Julien Lu.

“Ting! Ting! Ting!”

Julien Lu segera menjentikkan jarinya 3x, dan setiap jentikannya sangat tepat mengenai ketiga bilah pedang itu.

Ia berhasil mementalkan ketiga bilah pedang itu.

Dilan Wu memicingkan matanya.

“Sepertinya rumor yang tersebar itu benar, bocah ini benar-benar keturunan Keluarga Lei, hanya sayangnya ia lahir di saat yang tidak tepat...”

Setelah terdiam sejenak, ia kembali meraih cangkir tehnya dan menyisipnya.

Ia masih percaya diri akan kemampuan Dian Wu.

Tak ada yang lebih mengenal seorang anak dibandingkan ayahnya sendiri.

Ia tahu tingkat kultivasi Dian Wu, sebentar lagi ia akan mencapai tahap jiwa yang baru lahir.

Melihat gerakan Julien Lu yang lambat, ia mengira serangan itulah yang terlalu cepat.

Tapi Dilan Wu tak terpikirkan bahwa bukan gerakan Julien Lu lah yang lambat, tapi ia telah melampaui alam itu.

Seharusnya ia merasa curiga.

Setelah melihat Julien Lu hanya menghindar dan menjentikkan ketiga belah pedang itu, ia menjadi tenang.

Ia tak tahu bahwa Julien Lu sengaja melakukan ini.

Dalam pertarungan ini, ia harus menang, tapi ia tak boleh melewati batas. Sebaiknya ia membuat kemampuannya tampak satu tingkat di bawahnya.

Maka saat menangkis pedang Dian Wu, ia sengaja melambatkan gerakannya dan berpura-pura hampir tak bisa menghindarinya.

Meskipun pedang Keluarga Wu sangatlah cepat, tapi teknik bela diri Keluarga Lei juga cukup bagus.

Maka Julien Lu terus menghindari serangan demi serangan, berusaha menunda perundingan itu.

Bahkan dengan 9 pedang, Dian Wu tetap tak bisa mengalahkan Julien Lu.

Akhirnya emosinya mereda.

Teknik bela diri Keluarga Lei cukup bagus, jika ia melanjutkannya, sepertinya ia takkan mendapatkan kesempatan.

Tapi keangkuhannya terus mendorongnya untuk tak menunda-nunda.

Dan ia tahu Dilan Wu sedang menonton pertarungan ini.

Karena ingin segera memenangkannya, Dian Wu memutuskan untuk menggunakan Teknik Fortune Lotus dan menggabungkan 9 pedang menjadi 1.

Ini adalah teknik pedang untuk menghancurkan tubuh.

Begitu kesembilan pedang itu melesat, takkan ada tempat bagi lawan untuk menghindar.

Dian Wu berubah menjadi bayangan dan menghampiri Julien Lu.

“Teng!”

Tiba-tiba terdengar dentingan pedang.

Dian Wu mengayunkan pedangnya ke leher Julien Lu.

Tapi kemudian, pedang itu terurai menjadi 9.

“Akan kulihat bagaimana kau menghindarinya!” dengus Dian Wu dalam hati.

Dilan Wu berdiri dan menonton pertarungan itu sambil mengatupkan kedua tangannya.

Teknik bela diri Julien Lu telah mencapai tingkatan tertinggi, tidak berlebihan jika ia disebut dewa bela diri.

Ia bisa memprediksi sabetannya.

Lagipula ia telah mencapai tahap jiwa yang baru lahir.

Dan ia sangat mengenal Teknik Fortune Lotus Keluarga Wu.

9 pedang bergabung menjadi 1, tak peduli sehebat apapun teknik bela diri Keluarga Lei ataupun Keluarga Cheng, mereka takkan mampu menghindarinya.

Karena Teknik Fortune Lotus tak hanya menggunakan Qi, ia juga sangat kuat.

Ia akan membunuh musuh tanpa meninggalkan jejak darah, bagaikan angin yang bertiup tapi tak kasat mata.

Ia tak mungkin kembali sebelum menebas kepala musuh.

Meskipun banyak praktisi Jindan menggunakan teknik ini, tapi kekuatannya terlalu besar, lebih dari cukup untuk menghabisi Julien Lu.

Dilan Wu sangat khawatir Dian Wu tak dapat menahan diri.

Jika Julien Lu mati terbunuh oleh Keluarga Wu...

Selain ia akan menjadi bahan tertawaan di dunia spiritual, ia juga takkan bisa menjelaskannya pada putrinya.

Bagaimanapun juga, Julien Lu adalah menantunya.

Seorang ayah mertua dan kakak ipar bekerjasama untuk membunuh seorang menantu?

Reputasi Keluarga Wu yang telah dibangun selama ribuan tahun akan hancur dalam semalam.

Mereka juga takkan punya muka untuk menghadapi para leluhur Keluarga Wu.

Maka ia bersiap untuk menolong Julien Lu.

Siapa sangka.

Apa yang terjadi berikutnya sangat mengejutkannya.

Matanya terbelalak.

Sebelum ia sempat melakukan rencananya, Dilan Wu mengangkat tangan dan menghujamkan pedang itu dengan secepat kilat.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu