Too Poor To Have Money Left - Bab 117 Keributan Di Pintu Masuk Restoran

Sebenarnya Julien Lu tidak marah, ia hanya tak ingin mengganggu yang lainnya.

Jika sepanjang perjalanan nanti Nancy Lu terus menerus marah padanya, maka tujuan awal liburan ini untuk bersenang-senang akan sirna.

Lagipula ini hanya sehari, nanti sore mereka akan kembali berkumpul di Jiange untuk mendiskusikan tujuan wisata selanjutnya.

Karena liburan kali ini tidak hanya ke 1 tempat, melainkan akan berlangsung selama 10-15 hari.

Maka Julien Lu berpikir, setelah bersenang-senang hari ini, perlahan emosi Nancy Lu pasti akan mereda.

Ia sangat mengenal watak adiknya.

“Tuan Muda, kau dan Nona Enelisa Zhang berjalan-jalanlah, jika ada masalah segera hubungi aku,” seru Dexter Li pada Julien Lu.

“Iya, aku tahu, tolong bantu aku mengawasi mereka,” Julien Lu mengibaskan tangan dengan acuh tak acuh.

Melihat Julien Lu berjalan pergi, Nancy Lu menghentakkan kakinya dengan jengkel, “Huh, pria tak berperasaan!”

“Jangan berkata begitu, kakakmu orang yang sangat baik...” kata Christina Chu dengan lirih.

“Kak Christina, di saat seperti ini, kau masih saja membelanya!”

Nancy Lu merasa sangat jengkel, ia membuat keributan besar ini demi Christina Chu, tapi akhirnya Christina Chu malah membela Julien Lu, bukankah jadi seperti ia yang terlalu ikut campur.

“Sebenarnya kurasa tak ada apa-apa...”

“Tak ada apa-apa apanya, kurasa Enelisa Zhang itu pasti ingin merebut cintanya, Kak Christina, kau terlalu meremehkannya. Aku masih berharap kaulah yang akan menjadi kakak iparku!”

Wajah Christina Chu memerah, “Jangan asal bicara...”

....

“Jadi, kau meninggalkan adikmu demi aku?” tanya Enelisa Zhang sambil tersenyum tipis.

“Gadis itu memang sangat mudah marah, tapi dengan cepat melupakannya juga. Bukan masalah besar, seharusnya saat kita bertemu lagi nanti malam, emosinya pasti sudah mereda,” kata Julien Lu sambil mengelus dagunya.

“Tidakkah kau takut akan terjadi sesuatu pada mereka?” tanya Enelisa Zhang.

Sebenarnya ia merasa terharu akan keputusan Julien Lu, tapi ia juga merasa bersalah. Kehadirannya membuat kakak beradik Keluarga Lu ini bertengkar.

“Tak perlu khawatir tentang hal ini, Dexter Li adalah master bela diri yang tak ada tandingannya, dengan perlindungannya, takkan terjadi apapun pada sekelompok bocah itu.”

Julien Lu sangat percaya diri akan hal ini.

“Apakah itu berarti ia bisa terbang dan menembus dinding?”

Enelisa Zhang mengatakan ini dengan maksud bercanda, master bela diri yang tak ada tandingannya, seperti film-film kungfu saja.

Ia mengira Julien Lu sedang bercanda.

“Meskipun aku belum pernah melihatnya, tapi aku yakin Dexter Li bisa melakukannya. Mungkin ia menguasai teknik untuk meringankan tubuh hingga bisa berjalan di atas air.”

Enelisa Zhang hanya tersenyum dan mengangguk, lalu mengganti topik pembicaraan. Ia ingin tahu lebih dalam tentang keluarga Julien Lu.

“Oh ya, selain adikmu ada siapa lagi dalam keluargamu?”

“Ibuku, adikku...” Julien Lu berpikir sejenak lalu terkekeh, “Yang lainnya aku tak terlalu mengenal mereka, seharusnya masih banyak lagi.”

Sebenarnya Julien Lu tak ingin menjawab pertanyaan ini, tapi karena takut ini akan membuat hubungannya dengan Enelisa Zhang menjadi renggang, akhirnya ia menjawab secara singkat.

“Aku adalah anak adopsi, saat aku masih sangat kecil, seorang pria menemuiku dan berkata ia adalah ayahku...”

Saat membicarakan Terrence Lei, Julien Lu baru sadar beberapa hari ini ia sama sekali belum meneleponnya.

“Kalau begitu keluargamu pastilah salah satu keluarga kaya,” kata Enelisa Zhang setelah merenungkannya.

Tapi ia sama sekali tak ingat ada sebuah keluarga kaya bermarga Lu. Mungkin saja pengetahuannya yang kurang, atau mungkin keluarga ini adalah keluarga tersembunyi.

Kadang keluarga kaya memang berusaha menyembunyikan diri.

“Tidak terlalu, mungkin sama sepertimu, keluarga miliuner,” kata Julien Lu dengan santai.

Enelisa Zhang tahu Julien Lu hanya merendah.

Sebenarnya Julien Lu bukannya tak ingin menjawab, tapi ada berbagai alasan, dan yang terpenting adalah ia memang tak terlalu mengetahui tentang keluarganya.

Terrence Lei datang mengaku sebagai ayahnya, lalu hanya memberinya sebuah kartu hitam, juga mengenalkan Barry Wu, tapi sama sekali tak mengatakan apapun tentang keluarganya.

Dan ia juga diangkat menjadi penerus Terrence’s Corp.

Maka Julien Lu merasa tak perlu memberitahu semua orang tentang hal ini.

Kehidupan yang tenang seperti ini sangat cocok baginya.

“Oh, rupanya begitu.”

Enelisa Zhang mengangguk dan tak bertanya lebih lanjut.

Julien Lu bisa memiliki sebuah pesawat pribadi, maka ia tahu kekayaannya pasti jauh di atas Hongtu’s Property.

“Sepertinya aku harus berdiskusi dengan ayahku dan membujuknya untuk tak mencari masalah dengan Julien Lu, jika tidak bisa-bisa Hongtu’s Property akan dimusnahkan...”

Bahkan jika bukan karena alasan ini, Enelisa Zhang juga tak ingin melihat Peter Zhang dan Julien Lu bertengkar.

Tapi karena ini sudah terjadi, yang bisa ia lakukan hanyalah berusaha menemukan solusi untuk menyelesaikannya.

Saat memikirkannya, Enelisa Zhang menoleh menatap Julien Lu, dan tatapan mereka berdua bertemu, Enelisa Zhang segera memalingkan wajahnya, jantungnya berdegup kencang.

Mereka berjalan sambil mengobrol, dan setelah berjalan-jalan cukup lama, tak terasa sudah siang.

Julien Lu mengusulkan untuk makan dulu, baru kemudian pergi ke tempat wisata selanjutnya.

Mereka masuk ke sebuah restoran dan memesan 3 macam masakan.

Saat jam makan, restoran itu sangat ramai. Suasananya sangat kacau dan berisik, tapi juga penuh kemeriahan.

Julien Lu nyaman-nyaman saja dengan suasana ini, tapi Enelisa Zhang tampak tak terbiasa.

Ia menghabiskan makanannya dengan cepat, lalu hanya duduk memandangi Julien Lu sambil tersenyum.

“Oke, aku sudah selesai,” sambil tersipu Julien Lu mengelap bibirnya dengan tangannya.

“Kalau begitu ayo kita bayar.”

Enelisa Zhang menutup mulutnya dan terkikik, ia merasa makan siang ini sangat menyenangkan, lalu ia mengangkat tangan dan menjentikkan jarinya.

“Kau pasti belum pernah makan di tempat seperti ini, cara ini takkan berguna,” Julien Lu menggeleng lalu berkata, “Harusnya seperti ini...”

Kemudian Julien Lu berseru dengan nyaring, “Pelayan! Bayar!”

Enelisa Zhang terkejut mendengar seruannya, lalu dengan malu segera menatap ke sekeliling, tapi ia mendapati rupanya tak ada yang menoleh ke arah mereka karena teriakan Julien Lu.

“Caramu cukup berguna di restoran mewah, tapi di tempat seperti ini, kau harus berseru dengan nyaring, jika tidak kau harus menunggu sampai ada pelayan yang lewat,” Julien Lu menjelaskan.

Pelayan menatap mereka dengan heran saat melihat Julien Lu hanya duduk sambil mengulik giginya dengan tusuk gigi, dan setelah Enelisa Zhang selesai membayar, mereka bangkit dan berjalan keluar.

Saat itu Enelisa Zhang berkata ia ingin mentraktirnya, maka Julien Lu membiarkannya membayar makanan ini.

Saat mereka berdua sedang berjalan keluar.

3 orang pria berusia sekitar 28 tahun berjalan memasuki restoran. Salah satu dari mereka rambutnya dicat kuning. Tubuh dan lengan mereka dipenuhi tato, sekilas sudah terlihat mereka sepertinya bukan orang baik-baik.

Julien Lu melihat mereka berjalan ke arahnya, maka sebelum jarak mereka semakin dekat, ia meraih tangan Enelisa Zhang dan menariknya ke dekatnya.

Tapi tak lama kemudian.

“Damn!”

Julien Lu menoleh dan melihat pimpinan geng itu menghampiri Enelisa Zhang dan tersenyum licik, “Nona, kau baru saja menabrakku, kenapa kau tak berhati-hati!”

“Maaf.”

Enelisa Zhang tahu pria itulah yang sengaja menabraknya, maka ia hanya minta maaf ala kadarnya dan ingin segera pergi setelah mengatakannya.

Tapi pria itu menghalanginya.

Dan lanjut menggodanya, “Minta maafmu terdengar tidak tulus, bagaimana kalau begini, aku akan memaafkanmu jika kau bersedia makan denganku?”

Ketiga orang ini benar-benar menganggap Julien Lu tidak ada.

Tapi melihat mereka menggoda Enelisa Zhang di hadapannya tentu membuat hati Julien Lu terasa panas.

Tapi para pria itu sama sekali tak mengacuhkannya.

Maka Julien Lu mengulurkan tangannya dan menekan dada pria itu, lalu menggandeng Enelisa Zhang dan mengajaknya keluar.

“Hah?” pria itu mundur beberapa langkah, ekspresinya tampak terkejut.

Seorang kawannya memeganginya dan mengoloknya, “Kak Paul, apakah kemarin malam kau terlalu banyak bermain sampai hari ini menjadi lemas?”

“Diam!” bentak pria itu sambil menatap sosok Julien Lu dari belakang, “Pria itu juga berasal dari dunia spiritual, tapi aku tak tahu ia berasal dari keluarga mana...”

“Kak Paul, bagaimana kalau kita hampiri dan tanyakan?” desak pria yang satunya.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu