Too Poor To Have Money Left - Bab 225 Petualangannya Yang Tidak Terduga (1)

Semakin cemas dan semakin takut perasaannya.

Semakin kuat ia menginjak pedal gasnya.

Mobil off-road itu juga tentu saja melaju semakin kencang!

Keadaan perlahan-lahan menjadi datar dan sedikit miring, seakan-akan mengarah naik.

Jalan! Jalan! Jalan!

Pikiran Rayne Chen sudah dipenuhi dengan kata-kata ini!

Dia tidak tahu apa yang dia takuti, mungkin tidak mengetahui tujuan terakhirnya adalah ketakutan terbesarnya saat ini.

Semakin curam jalan yang dilalui, tempat yang disinari cahaya bukan lagi rerumputan hijau, melainkan bebatuan.

Rasa takut dan ingin, kedua perasaan ini membuat Rayne Chen terhanyut ke dalam kekacauan.

Seiring dengan jalan-jalan yang mereka lalui, rerumputan hijau terlihat semakin jarang.

Bebatuan yang telah diterpa oleh angin dan hujan selama bertahun-tahun terlihat memutih di bawah cahaya.

Lerengnya kini semakin curam.

Lima puluh meter di depan adalah puncak lereng.

Tapi saat ini, Rayne Chen tiba-tiba menginjak rem.

bilJika bukan karena rerumputan yang mengurangi gesekan antara bebatuan dan ban mobil, moi off-road ini pasti sudah jungkir balik.

Ketika sudah mendekati puncak lereng, Rayne Chen membanting setir.

Akhirnya, mobil off-road pun terpaksa dihentikan.

Dia kembali mengangkat kepalanya, wajahnya benar-benar terlihat ketakutan hingga memucat.

Dalam waktu kurang dari sepuluh detik yang lalu, dia sudah merasakan firasat buruk ketika melihat kondisi jalanannya!

Karena bagian atas lereng terlalu curam hingga tingkatan membuatnya merasa aneh!

Rayne Chen terus merasa ragu dan butuh beberapa saat untuk kembali fokus.

Dia turun dari mobil dan melihat ke sekeliling.

Ia ketakutan hampir hingga hampir saja jatuh ke permukaan tanah.

Ini bukanlah sebuah lereng, melainkan sebuah tebing!

Tebing dengan tinggi mencapai ratusan meter!

Dia hampir saja mati tanpa meninggalkan jejak malam ini!

Dia mulai berpikir untuk kembali mencari Julien Lu.

Karena dia kini sudah tidak lagi mempunyai keberanian untuk mengemudi jarak jauh secara pribadi di tempat berbahaya ini, di tengah malam yang gelap ini!

Namun.

"Ao wu~!"

Saat ini, suara lolongan serigala liar terdengar dari arah kejauhan.

"Ao wu......"

Suara raungan serigala perlahan-lahan memicu lebih banyak serigala liar lainnya.

Rayne Chen ketakutan hingga menutup mulutnya dengan erat, dia melihat ke arah sekeliling dengan perasaan takut, namun lupa bahwa dia berada di tepi tebing.

Perasaan kehilangan kestabilan membuatnya dirinya menghilang disertai jeritan yang tidak bisa dia tahan lagi.

Dia salah menginjak dan terjatuh.

Selama terjatuh, pikirannya pun mengosong.

Ketika sudah kembali fokus, dia menyadari bahwa dirinya sedang tergantung pada pohon yang tumbuh di tebing.

"Aku, aku tidak mati, aku tidak mati......"

Semua anggota tubuh Rayne Chen terlilit erat pada batang pohon, dia tidak berani melepaskannya sedetik pun, terlebih lagi mengeluarkan suara.

Dia kini ketakutan hingga nyawanya hampir saja melayang.

Setelah merasa ketakutan, dia pun merasa kelelahan.

Saat rasa kantuk melanda, dia pun memeluk batang pohon dan jatuh tertidur dengan linglung.

......

Lalu, dia terbangun.

Ketika dia membuka mata, langit juga sudah terang.

Rayne Chen tertegun, namun setelah sekejap, dia menyadari apa yang telah terjadi tadi malam dan mengapa dia tergantung di sini.

"Julien Lu...... Julien Lu, Julien Lu, aku ada di sini, tolong cepat datang dan selamatkan aku!"

Rayne Chen terus bergumam pada dirinya sendiri, pada akhirnya, dia sudah tidak bisa menahan rasa takut di hatinya lagi dan berteriak dengan suara yang meninggi.

Namun disayangkan sekali, dia dan Julien Lu tidak memiliki koneksi batin seperti yang selalu dibicarakan.

Julien Lu tidak bisa mendengar pikirannya saat ini, termasuk teriakannya dalam meminta tolong yang melengking, tidak dapat mendengarnya sama sekali.

"Huhu...... Berakhir sudah, berakhir sudah, apa aku akan segera mati......”

Rayne Chen pun menangis.

Dia tidak pernah merasa menyesal seperti ini sebelumnya, dia kini juga menyadari apa artinya pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menolong dirinya, selain dari pada dirinya sendiri.

Jika tahu bahwa keadaannya akan berakhir seperti ini, dia pasti tetap akan menunggu Soren untuk meluangkan waktu dan membawanya ke LS, atau desa kecil tertentu, kota kecil, tidak peduli bagaimanapun caranya.

"Tidak, aku tidak bisa mati begini saja!"

Rayne Chen bergegas menghapus air matanya, lalu melihat ke arah sekeliling.

Dia terus mencari apakah dia akan menggunakan pengetahuan dalam berusaha untuk bertahan hidup dan beranjak keluar dari kesulitan ini.

Misalnya, dia bahkan dapat menggunakan giginya untuk mengunyah kulit kayu pohon ini dan menyamakannya menjadi seutas tali.

Dengan deimikian, dia pun bisa turun.

Sekalipun ketingginya masih berada puluhan meter dari permukaan tanah, sekalipun ia menggunakan seluruh kulit pohon ini, dia tetap saja tidak akan bisa mencapai permukaannya.

Namun mendapatkan ide lebih baik daripada tidak mendapatkan sedikitpun ide.

Dia melihat ke arah sekeliling sejenak, lalu tiba-tiba menyadari.

Di belakang pohon ini terdapat akar yang menjulur ke arah celah horizontal pada tebing.

Retakan ini sangat panjang, cukup untuk menampung seseorang yang merangkak masuk.

Lebih baik tinggal di celah bebatuan daripada bergelantung di atas pohon.

Rayne Chen juga berpikir demikian.

Jadi, dia berpaling dengan sangat hati-hati dan perlahan mendekati celah batu itu dengan berhati-hati.

Hal yang tidak terduga adalah, dia merangkak ke dalam celah batu.

"Ini adalah sebuah kabar baik, hmm, betul, tenang, Rayne Chen, kamu harus tenang, pasti akan selalu ada jalan."

Saat ini, dia juga hanya bisa menggunakan cara memotivasi dirinya sendiri.

Supaya dirinya merasa tenang, tidak merasa putus asa, hingga akhirnya menyerah terhadap semua kemungkinan sekecil apapun untuk bertahan hidup.

Dia takut mati!

Setelah beberapa kali menghirup nafas dengan sangat mendalam, Rayne Chen akhirnya merasa tenang.

Dia mulai memperhatikan celah itu.

Dengan kata lain, retakan celah ini membuatnya merasa aneh.

Karena tidak peduli apakah itu retakan alami atau bongkahan batu yang retak karena perubahan geologi, umumnya retakan selalu berbentuk vertikal.

Namun retakan batu ini berbentuk retakan horizontal.

Terlihat seperti mulut yang tersenyum.

Lebar di bagian tengah, menyempit di kedua ujungnya.

Ini adalah satu-satunya gambar tiga dimensi yang dapat Rayne Chen bayangkan.

Ruangan di dalam celah batu ini sepertinya sedikit lebih luas.

Namun, Rayne Chen tidak berencana untuk masuk dan mencari tahu.

Dia bukan orang yang memiliki rasa ingin tahu yang berat, dia juga paham akan pepatah yang mengatakan bahwa rasa ingin tahu dapat membunuh seekor kucing.

Siapa yang tahu apa isinya? Tidak ada yg tahu.

Dia tidak mungkin menggunakan nyawanya dan mengambil resiko, apalagi nyawanya hampir saja lenyap tadi malam.

Dia benar-benar sangat beruntung bisa mempertahakannya kembali, hal ini pun membuatnya semakin menghargainya.

Satu jam berlalu......

Dua jam......

Lima jam......

Delapan jam......

Matahari terbenam di sisi barat...

Langit gelap......

Rayne Chen membuat keputusan untuk beranjak ke dalam celah ini dan menjelajah!

Lagipula, sekalipun dia menunggu di sini, kematian yang akhirnya tetap akan menunggunya.

Tentu saja, ini bukanlah alasan utama dia beranjak.

Seiring dengan langit yang semakin gelap.

Angin sempat berhenti bertiup sejenak.

Namun, dia dapat merasakan adanya sepoian angin yang meniup helaian rambutnya dari antara celah ini.

Angin!

Rayne Chen langsung menyadari sebuah hal yang sangat penting.

Jika celah tersebut menghembuskan angin, maka pasti ada jalan yang bisa menembus!

Hal ini menghidupkan kembali harapannya!

Hal yang lebih penting lagi adalah, sepoian angin ini sepertinya disertai....... Aroma bunga!

Rayne Chen tidak tahu apa artinya, namun yang pasti ini adalah sebuah kabar baik, setidaknya lebih baik daripada diam di tempat!

Dia menepis ketakutannya di belakang kepalanya dan merangkak masuk.

Dia tidak lagi bersikap berhati-hati, takut akan kemunculan laba-laba berbisa atau ular berbisa secara tiba-tiba.

Semakin dalam retakan batu tersebut, ruangannya ternyata semakin luas.

Setelah terus merangkak, dia akhirnya dapat menjongkok.

Perlahan-lahan, dia bisa menegakkan tubuh.

Setelah berjalan sedikit lebih jauh lagi, ruang tempat dia berada kini sepertinya telah membentuk gua yang mirip dengan piring terbang yang mencapai ketinggian enam atau tujuh meter!

Dia pergi ke titik pusat gua.

Karena semakin maju ke depan, maka ruangnya akan mulai semakin menyempit.

Orang-orang yang mempunyai sedikit akal sehat tahu pasti tahu bahwa semakin masuk, maka ruangannya akan semakin menyempit.

Jika bersikeras terus beranjak masuk, akhirnya hanya akan terjebak di tengah celah batu.

Rayne Chen merasa aneh.

Langit di luar sudahgelap.

Namun gua ini ternyata memperlihatkan sedikit cahaya, namun dia juga kebingungan untuk sejenak mengenai darimana asal sumber cahayanya itu.

Ada genangan air di tengah gua.

Setelah cahaya lemah ini dibiaskan, keadaan gua menjadi berwarna-warni, memberi sejenis perasaan salah penempatan.

"Aneh, dari mana cahaya ini...... berasal?"

Secara tidak sadar, dia pun melihat ke arah atas gua.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu