Too Poor To Have Money Left - Bab 112 Lebih Mempesona Darimu

Karena minum-minum, pipi Michelle Yao menjadi merah, Julien Lu berusaha menahan diri untuk tak mencubitnya.

“Aku? Aku hendak pulang untuk mengepak barang.”

“Aku sudah minum terlalu banyak, ingin berjalan-jalan mencari angin segar, aku ikut denganmu!”

“Anu... sebaiknya jangan!” kata Julien Lu sambil menggaruk kepalanya.

Di malam selarut ini, jika ia membawa seorang gadis yang tak dikenal pulang ke rumah, ini akan menyebabkan kesalahpahaman.

“Kenapa jangan, aku tak takut kau akan melakukan sesuatu padaku!”

Kata Michelle Yao sambil menggenggam tangan Julien Lu dan menariknya keluar.

....

Enelisa Zhang sedang mengenakan gaun tidur tipis dan berdiri bertelanjang kaki di depan jendela besar.

Angin malam menerpa rambut panjangnya dan menampakkan lekuk tubuhnya yang menawan.

Pikirannya terasa kalut.

Ia telah menegosiasikan proyek itu.

Hari ini ia pergi lagi ke kantor untuk menyelesaikan urusan lain.

Peter Zhang memberitahunya bahwa Ivan Zhang ditusuk orang, untungnya ia masih bertahan hidup.

Enelisa Zhang tak terlalu mempedulikan Ivan Zhang.

Hubungan mereka benar-benar telah memburuk, sejak dulu ia tak pernah menyukai Amelia Chen dan putranya.

Amelia Chen lah yang memaksa ibunya bunuh diri saat itu.

Tapi bagaimanapun, Ivan Zhang adalah adik tirinya.

Ia ikut Peter Zhang kembali ke villa, mereka pergi bersama seorang pria yang dipanggil Guru Besar Halbert.

Tak lama setelah mereka tiba, Ivan Zhang telah siuman. Peter Zhang merasa sangat lega, ia segera menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Ia hanya menjadi pendengar, dan dengan cepat memahami apa yang telah terjadi.

Tapi ia tak menyangka akan mendengar nama yang familiar ini dari cerita Ivan Zhang.

Julien Lu.

Ternyata dia?

Sejak ia berpisah dengan Julien Lu di Hotel Paradise, entah kenapa, sosoknya selalu muncul di pikirannya...

Terutama saat ia memanjat pohon untuk mengambilkan kalungnya...

Dan senyumnya yang cerah.

Dan juga...

Setiap kali ia memikirkannya, jantungnya berdegup kencang.

Lalu ia telah menanyakan pada Peter Zhang, bagaimana mereka harus menyelesaikan masalah ini, tapi rupanya Amelia Chen telah menghubungi Kanen Ma...

Maka ia sedang merenungkan, apakah sebaiknya ia menelepon Julien Lu untuk memperingatkannya agar berhati-hati.

Malam semakin larut, dan angin bertiup semakin kencang.

Setelah menghabiskan segelas wine, akhirnya Enelisa Zhang berjalan ke ruang tamu dan meraih telepon. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia menelepon Julien Lu.

Julien Lu yang mengendarai Karlmann King telah tiba di rumah.

Sophia Liao sejak tadi telah selesai membantu mereka berdua mengepak barang mereka.

Maka Julien Lu hanya berbasa-basi sejenak dengan Barry Wu, berpamitan pada Sophia Liao, lalu tanpa berlama-lama segera pergi.

Michelle Yao tampak kesal.

Julien Lu menyuruhnya menunggu di mobil dan tak membolehkannya pergi ke manapun. Sebenarnya ia ingin mengunjungi villa Julien Lu.

Sebenarnya, malam ini Robert Yao lah yang memaksanya datang ke Hotel Paradise.

Robert Yao hendak membantunya mendapatkan pasangan, jika ia merasa cocok, ia bisa mencoba saling mengenal, dan jika tidak, menjadi teman pun akan sangat bagus untuk masa depannya.

Ayahnya bukan seorang yang matre, tapi ia memiliki selera yang tinggi. Ia menjadi penasaran karena ayahnya bisa begitu menyukainya, maka akhirnya ia memutuskan datang untuk melihatnya.

Dan saat ia tiba, ia menyadari, adik Julien Lu, Nancy Lu, rupanya adalah teman sekelasnya di Haicheng University.

Dan Julien Lu adalah Dewan Sekolah Terhormat Haicheng University.

Ia tiba-tiba jadi tertarik pada Julien Lu.

Dan menurutnya, wajah Julien Lu juga cukup tampan, ia tidak minum-minum, dan juga masih muda dan kaya.

Membuat Michelle Yao tak dapat menolak pesonanya.

Ia tidak berasal dari keluarga kaya ataupun terhormat, tapi sejak kecil ia sudah mengenal orang-orang dari berbagai kalangan.

Maka Michelle Yao merasa menjadikan Julien Lu sebagai cadangan untuk sementara waktu adalah pilihan yang tepat.

Tapi siapa sangka, ia sama sekali tak mengacuhkannya dan malah meninggalkannya di mobil...

Apakah penampilannya seburuk itu?

Dalam hal ini, tidak.

Ia tak hanya cantik, ia juga sangat manis dan imut.

Sejak SMP, setiap semester, ia selalu termasuk salah satu diantara para gadis yang paling banyak menerima surat cinta.

“Mungkinkah... pemuda ini berpura-pura jual mahal? Dengar-dengar banyak anak konglomerat yang menggunakan trik ini...”

“Tapi Julien Lu, jika kau ingin mengejar seorang gadis, kekayaan tidaklah cukup, jika kepribadianmu tidak baik, bye!”

Gumam Michelle Yao, perlahan rasa percaya dirinya kembali, ia sangat percaya diri akan penampilannya.

Tiba-tiba, suara ponsel berdering membuyarkan lamunan Michelle Yao.

“Enelisa Zhang?” tanya Julien Lu.

“Iya, ini aku.”

Jantung Enelisa Zhang berdegup kencang, “Julien Lu, apakah besok kau ada waktu luang?”

“Besok? Tidak bisa,” Julien Lu merasa agak heran.

“Ada sesuatu yang harus kuberitahukan padamu,” Enelisa Zhang menghela nafas lalu berkata, “Bagaimana kalau malam ini, sekarang kau sedang di mana?”

“Aku sedang menuju Hotel Paradise.”

“Baiklah, jangan pulang dulu, aku akan ke sana menemuimu.”

“Baiklah.”

Setelah menutup telepon, Enelisa Zhang merasa sangat senang sekaligus gugup. Ia melamun sejenak, baru kemudian bergegas kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.

“Siapa yang menelepon?” tanya Michelle Yao.

Percakapan tadi terhubung ke jaringan Bluetooth dan suaranya terdengar di speaker mobil itu, maka ia mendengar semuanya.

“Teman.”

“Teman? Bukan kekasih?” tanya Michelle Yao dengan sarkastik.

Kekasih atau bukan, bukan urusanmu!

Julien Lu menatap Michelle Yao, lalu mengatakan yang sejujurnya, “Bukan, hanya teman biasa. Tapi... memang sangat cantik.”

Sebenarnya, Julien Lu merasa, pilihan yang cukup baik jika Enelisa Zhang menjadi kekasihnya, selain cantik, ia juga wanita karir yang mandiri.

Sementara Jenisa Wu, setelah ia mengetahui teknik kultivasinya, ia tak lagi menginginkannya.

Michelle Yao merasa tak percaya saat mendengarnya, “Hah, lebih cantik dariku?”

“Kau juga cantik, tapi ia lebih mempesona darimu... sudahlah, untuk apa aku mengatakan hal ini padamu, kau masih kecil, takkan mengerti.”

Bagi Julien Lu, Michelle Yao adalah teman sekelas Nancy Lu, mungkin ia baru berusia 18 atau 19 tahun.

Mana mungkin ia mengerti tentang hal ini.

“Huh!” Michelle Yao menjadi kesal.

Tapi Julien Lu tak mengacuhkannya, ia hanya memikirkan Enelisa Zhang.

Ia merasa sangat heran, kali ini Enelisa Zhang yang mencarinya, ada masalah apakah, sepertinya terdengar mendesak.

Mereka tiba di parkiran bawah tanah Hotel Paradise.

Julien Lu mematikan mesin mobil, lalu menatap Michelle Yao dengan heran dan bertanya, “Kenapa? Kau kesal?”

“Aku ingin lihat, siapa yang lebih cantik dariku!” kata Michelle Yao dengan jengkel sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Ia bukannya cemburu, ia hanya tak terima ada yang mengalahkan kecantikannya.

Pria ini tak mengacuhkannya dan malah memuji kecantikan wanita lain di hadapannya, mana mungkin ia tidak kesal.

“Ah, terserah kau.”

Setelah berkata, Julien Lu mengirim pesan pada Enelisa Zhang: Kutunggu kau di pintu masuk.

Lalu ia mengajak Michelle Yao naik ke lobi lantai 1.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya Julien Lu melihat sosok Enelisa Zhang.

Ia mengenakan gaun panjang berwarna merah, sepasang high heels, dan rambutnya yang panjang diikat dengan ikat rambut berwarna senada dengan gaunnya.

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu