Too Poor To Have Money Left - Bab 137 Percakapan Dua Wanita

Enelisa sangatlah cantik.

Dan tidak ada orang yang tidak mengakui kecantikannya.

Kecantikan Enelisa berasal dari sifat terangsangnya seorang lelaki.

Dan juga aura nona orang kaya yang dibawanya.

Dia sangatlah sopan santun.

Ini juga mengapa ketika Nancy sedang marah........

Dia mengatakan Enelisa adalah siluman rubah.

Baiklah, Nancy bukanlah gadis yang sangatlah manja.

Dia hanya berada pada posisii Christina.

Dan usianya masih kecil, dia mana tahu tentang masalah cinta.

Dari halaman rumah sampai pintu villa hanya berjarak beberapa puluh meter.

Sophia bahkan lupa, dia terus melihat Enelisa, setiap lirikannya membuatnya memuji dalam hati.

Gadis yang cantik sekali!

Dia lalu sedikit bingung dan......marah.

Julien ini, mengapa sekali kaya, sepertinya menjadi tidak setia.

Masih ada Christina dan baru beberapa hari lagi muncul Enelisa lagi.

Didalam hatinya tidaklah membantu siapapun.

Christina........sangatlah bagus, Enelisa..........juga sangatlah bagus.

Masalah percintaan, bukan semudah dia ingin Julien bagaimana saja sudah bisa diatasi.

Julien suka yang mana yaitu yang mana.

Jika, dia berpikir jika.

Julien memilih Enelisa, dia juga tetaplah senang, dia menganggap Christina sebagai putrinya sendiri.

Benar, Sophia adalah wanita yang begitu penyayang.

Sidatnya ini bukan karena dia kesepian dan menginginkan kepuasan.

Sama seperti orang kaya, mereka sengaja mendonasi sedikit uang dan membuat dirinya sendiri terharu.

Bukan, dia bukanlah wanita seperti itu.

Setiap pemikirannya, setiap keputusannya, semuanya berawal begitu saja.

Didunia ini, memang ada orang yang melakukan kebaikan untuk membuat dirinya sendiri terharu.

Namun juga tidak bisa dipungkiri bahwa didunia ini memang ada orang yang baik hati.

Yang dia pikirkan adalah.

Anak-anak masih pada kecil, Julien dan Christina juga masih berumur 22 tahun, umur mereka sama.

22 tahun, masih adalah usia yang tidak tahu apa-apa, mana mungkin berpikir matang, apa itu cinta apa itu suka.

Dia melirik kearah Enelisa lagi.

Anak ini terlihat berumur 3 tahun lebih besar daripada Julien.

Jangan-jangan anak ini mendekat Julien karena uangnya?

Ini tidak boleh menyalahkan Sophia, sebenarnya baik siapapun, pasti akan punya pemikiran seperti itu.

Namun sangatlah cepat, dia membantah pemikiran seperti itu.

Dia tidka merasa dirinya baik, namun penglihatannya terhadap orang selalu bagus.

Jika tidak dulu dia juga tidak akan menolak begitu banyak orang dan memilih Winson.

Tidak........terlalu jauh dia berpikirnya.

Sophia mengelengkan kepalanya.

Enelisa ini tidak seperti anak yang menginginkan uang Julien.

Dilihat dari aura yang disebarkannya saja, Sophia tahu bahwa dia pasti adalah anak dari keluarga orang kaya.

Ada hal yang tidak bisa dipura-pura kan, terutama ketika berada dihadapan Sophia.

Sophia membuka pintu, dia berkata, "Enelisa, Julien pagi-pagi ini keluar bersama Dexter, apakah kamu kena Dexter? Mereka sampai sekarang masih belum pulang."

"Iya, aku kenal." Enelisa menganggukkan kepalanya.

Panggilan Enelisa membuat Enelisa merasa dekat.

"Julien ini, dia juga tidak memberitahuku ada tamu, untung saja, didalam rumah ada tersedia makanan juga..........."

Enelisa tersenyum, "Tante Liao, aku juga tidak bisa makan banyak."

Memang begitu, 5 orang makan 5 lauk, sudah cukup, 6 orang 5 lauk juga tidak akan terlalu sedikit.

Memang begitu juga.

Namun Sophia tidak merasa begitu.

Dia masih ingat bawha waktu itu Christina tidak seperti begini.

Sekali makan dia langsung menghabiskan dua porsi besar nasi.

Siapa yang tahu juga, apakah nona ini juga sedang sungkan atau tidak.

Dia memutuskannya, nanti harus memasak banyak, jika tidak itu pasti kekurangannya dalam melayani tamu.

Setelah hari itu, Sophia sengaja membeli sebuah kompor nasi besar, yang cukup untuk makan belasan hingga 20an orang.

Sekali Enelisa masuk pintu, dia terus melirik lingkungan divilla.

Masih lumayan.

Tidak banyak barang dekorasi mewah, tenang dan sederhana, ini sedikit sama dengan apartemennya.

Namun lebih bagus daripada apartemennya.

Semua yang harus ada tidak kurang satupun, yang tidak diperlukan juga tidak ada sama sekali.

Dia berpikir, tinggal disini sebenarnya juga lumayan nyaman dan tenang.

"Enelisa, kamu duduk dulu saja, aku ambilkan teh untukmu." Kata Sophie sambil tersenyum, dia lalu pergi keluar.

Enelisa lalu duduk diatas sofa, dihadapannya adalah sebuah meja kaca panjang, diatas meja terlihat tugas milik Nancy.

Dia mengambil dan melihatnya, ternyata nilainya lumayan bagus, hanya saja tulisan ini........sedikit kurang jelas.

Tidak lama kemudian Sophia kembali lagi, ditangannya ada sebuah gelas kaca yang tingginya mungkin ada 20 centimeter yang terus terlihat berasap panas.

Minum teh biasanya menggunakan gelas kecil, cara minum teh seperti ini membuat Enelisa merasa sedikit baru.

"Ayo, Enelisa, minumlah teh dulu."

Enelisa tersenyum, dia lalu mengeluarkan sebuah kotak hadiah yang berwarna pink dari tasnya.

"Tante Liao, ini adalah sedikit hadiahku, aku pertama kali datang, tolong terimalah hadiah ini."

Tadi ketika dia melihat Sophia, dia tahu bahwa hadiah yang dia beli itu benar.

Karena ditangan Sophia juga mengenakan sebuah jam tangan.

"Aduh, kamu sungguh sungkan." Awalnya Sophia ingin menolaknya, namun sekali terpikiran dia sudah membelinya, apakah harus menyuruh orang membalikkan barangnya?

Bukankah itu akan membuat Enelisa kecewa?

Dia menghapus kedua tangannya yang sedikit basah, dan menerima hadiahnya.

Sekali membukanya, kedua matanya bersinar, "Jam tangan yang indah, sepertinya lumayan mahal!"

"Ini tidak seberapa, tante Liao, jam tangan kamu ini juga sudah lama, apakah perlu aku gantikan untukmu?"

Enelisa sudah berbisnis beberapa tahun, dia juga hebat menarik simpati orang.

Namun cara dia terlihat begitu biasa saja, tidak seperti Rayne yang terlihat begitu berakting.

"Ah, hmm....baik." Sophia tersenyum.

Seterusnya, Enelisa melepaskan jam tangan ditangan Sophia dan mengeluarkan jam tangan yang dia beli untuk dipasang ditangan Sophia.

Hubungan mereka membaik, mereka mengobrol lagi.

"Gadis itu sudah keluar, dokter barry ada urusan pulangnya malam, untuk sementara didalam rumah hanya ada aku saja......" Sophia melirik jam tangan yang sangatlah disukainya, dia berkata, "Aku pergi memasak dulu, kamu minum teh sebentar, atau boleh jalan-jalan didalam rumah saja."

"Baik, tante Liao, kamu sibuk dulu saja."

Sophia sebagai seorang wanita tradisional, mungkin yang paling berarti baginya adalah menjaga anaknya dehngan baik, jika masih ada yang lain........

mungkin adaalah seperti sekarang,dirumah kedatangan tamu, karena disaat inilah dia mempertunjukan kemampuan masaknya.

Sophia masuk kedalam dapur dan Enelisa duduk sebentar dan mungkin tidak sampai 3 menit, dia lalu berdiri dan berjalan ketangga lantai dua.

Dia adalah seorang pengamat detail, dia ingin mengenal lebih lanjut mengenai Julien.

Mengenal seseorang harus dimulai dari rumah orang itu.

Tentu saja dia bukan menilai Julien dari harga rumah ini, melainkan dari detail-detail kecil dirumah ini.

Vila ini memang sedikit besar, bahkan lebih besar daripada milik ayahnya, kamarnya juga banyak, namun dekorasai lantai dua juga sangatlah sederhana.

Selain sebuah kamar, selebihnya kamarnya terkunci.

Enelisa tidak tahu ini adalah kamar siapa, dia hanyalah seorang tamu, jika sembarangan jalan dan membuka pintu kamar majikan, itu akan menjadi sebuah hal yang tidak sopan.

Namun ketika dia membuka pintu kamar itu, dia meliriknya kedalam, dia lalu tersenyum,.

Dia lalu masuk kedalam.

Dia tahu bahwa ini adalah kamar Julien, karena dia melihat pakaian Julien.

Sebuah kasur besar dan selimut yang rapi, sebuah lemari baju dan sepertinya tidak ada yang spesial lagi."

Setelah berkeliling, Enelisa keluar dari kamarnya, dan tiba dipinggir pagar sebuah balkon.

Dari sisi ini bisa melihat seluruh halaman rumah vila, dan bisa melirik pemandangan dibawah gunung dan laut yang jauh.

Dan disaat inlah, Enelisa mendengar suara mobil.

Sebuah mobil balap berwarna putih baik keatas tanjakan.

Enelisa mengenal banyak, dia tentu saja tahu bahwa ini adalah sebuah mobil Koenigsegg ghost.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu