Too Poor To Have Money Left - Bab 374 Aku Tunggu Kamu Memimpin Negara

Festival Kue Bulan sudah mau tiba, bulan musim gugur pun semakin membulat.

Langit tampak segar dengan bintang-bintang yang bergantung disana.

Julien Lu tidak sengaja mengangkat kepalanya, tetapi melihat munculnya sebuah bayangan dengan pakaian yang terlayang-layang di bulan yang terang itu.

“…..Dewi Bulan?”

Tidak mungkin!

Julien Lu memikirkan sesuatu, lalu menemukan bayangan orang di langit sana yang pelan-pelan membesar.

Bisa dikatakan juga bahwa orang itu sedang mendekatinya!

Selanjutnya ia sudah melihat jelas.

Tampang Julien Lu yang terkejut semakin menunjukkan kebingungan.

“Aku bilang, bukankah Keluarga Wu sudah memutuskan pernikahan? Apa yang sedang kamu lakukan!”

Saat menunggu bayangan di langit sana melayang turun, berhenti sepuluh meter dari atas rumah, Julien Lu bertanya dengan terkejut.

Bisa-bisanya bayangan itu adalah Jenisa Wu!

Mau menebaknya hingga otak panas, Julien Lu juga tidak menyangka akan terjadi hal yang seperti ini.

Jenisa Wu malam ini memakai busana pengantin tionghua wanita jaman dulu datang.

Meskipun riasannya tipis, tapi hal tersebut semakin membuat Jenisa Wu tampak cantik.

“Suamiku, aku datang kemari, tentu ingin menepati janji untuk menikah denganmu.” ujar Jenisa Wu yang mendarat di atas balkon.

“Mari kita pergi menemui orang tua, jangan sampai waktu baik terlewatkan.”

Julien Lu: “……..”

…………….

Suara tongkat yang mengetuk lantai ringan pelan-pelan menjadi dekat.

“Krekk.”

Pintu kamar terbuka.

Terrence Lei menjulurkan kepalanya dari celah pintu. Sekali melihat Jenisa Wu dengan busana pengantin tionghua, ia seketika tertawa.

“Cucu mantuku yang baik akhirnya datang juga!”

“Kakek.”

Bertemu dengan Terrence Lei, Jenisa Wu mengangguk pelan.

“Hei!”

Wajah Terrence Lei yang tua itu pun senang dan berkerut menjadi setangkai bunga seruni.

Setelah itu, ia pun berteriak kencang, “Bobby, Bobby! Bantu pengantin pria mengganti pakaiannya! Dan Sophia, keluar menyambut pengantin wanita!”

Meskipun mereka semua sebelumnya menganggap pernikahan ini tidak jadi, tapi mereka berpikir untuk baru merobek kertas merah itu setelah hari ini.

Dekorasi rumah ini masih cukup riang dan bahagia.

Sophia Liao juga terbangun dari mimpinya, lagi pula suara Terrence Lei itu sangat besar.

Ia keluar dari kamar, buru-buru naik ke lantai dua. Setelah melihatnya, ia pun terdiam.

“Bukankah katanya tidak jadi menikah?”

“Siapa! Siapa yang mengatakannya! Sophia, cepat bawa pengantin wanita ke bawah!”

Terrence Lei tertawa senang, bagai kemurungan dua hari ini langsung terhapus habis karena kedatangan Jenisa Wu.

Sedangkan dirinya juga bersandar pada tongkat, turun ke lantai bawah terlebih dahulu.

“Tapi, Tuan Besar Terrence, kita belum menyiapkan apapun. Bagaimana kita mengadakan pernikahan ini?” Sophia Liao memandang punggung Terrence Lei dengan panik bertanya.

“Mau bagaimana lagi, tentu saja langsung menjalankan upacaranya. Kita tidak memedulikan itu, semuanya lebih baik dijalankan dengan sederhana. Kalian lebih cepat lagi!”

Terrence Lei bahkan tidak menoleh ke belakang lagi dan berjalan tiba di dekat tangga.

Saat ini, Sophia Liao juga tersadar kembali.

Sepertinya malam ini, Julien Lu sudah mau menikah.

Meskipun ia tidak tahu ada apa yang terjadi, tapi pengantin wanita sudah tiba di rumah. Jika ia terus berdiri diam seperti sekarang, maka ia sangat tidak sopan.

Sophia Liao maju selangkah, melihat penampilan Jenisa Wu malam ini dan tidak tahan untuk termenung lagi.

Setelah itu, ia menunjukkan senyuman yang bahagia.

“N-nona Jenisa Wu, ikutlah bersamaku, aku bawa kamu ke lantai bawah!”

Ia juga kehilangan akal sehat karena kebahagiaan ini.

“Ibu, sejak dini, panggil aku Jenisa saja.” ujar Jenisa Wu dengan rendah hati.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hal ini, ia sungguh melakukannya dengan baik, hingga tidak ada kesalahan yang bisa ditemukan.

Melihat Jenisa Wu yang digandeng Sophia Liao turun.

Bobby Du juga mengambil busana pengantin pria masuk ke dalam.

Sedangkan Julien Lu bagai boneka gantung yang dipermainkan sembarangan, memasang wajah kaku dan membiarkan Bobby Du menggantikan pakaiannya.

“Tuan Muda Kecil, mari kita turun.”

Bobby Du tertawa, lalu menarik Julien Lu meninggalkan kamar, menelusuri tangga turun dari lantai dua.

Sepasang mata Julien Lu kosong dan dirinya ditarik hingga ruang tamu.

Entah kapan, di ruang tamu sudah terdapat dua kursi. Sedangkan di tengah kedua kursi itu terdapat sebuah meja kotak.

Di atas meja kotak terdapat sebuah teko teh dan dua buah cangkir.

Sophia Liao dan Terrence Lei masing-masing duduk di kedua kursi itu.

Sophia Liao tampak agak malu, sedangkan Terrence Lei tampak sangat bahagia.

Jenisa Wu dan Julien Wu berdiri bersama di hadapan kedua orang.

Bobby Du berdiri di samping Julien Wu berkata, “Hormat kepada orang tua….”

Melihat Julien Lu yang tidak berekasi, Bobby Du pun langsung maju, menjulurkan tangan menekan punggung Julien Lu. Sekali ditekan, ia pun menunduk dan menjalani upacara.

“Hormat kepada Tuhan….”

…………

“Suami istri saling hormat….”

………….

Lagi-lagi Terrence Lei dan Sophia Liao berdua, setelah minum teh, mereka pun juga memberi amplop merah.

“Masuk ke dalam kamar!”

…………..

Dengan seperti ini, Julien Lu bagai tersadar kembali dari mimpi.

Wajahnya masih termenung, lagi-lagi tidak dapat percaya, “Bukan, a-apakah aku baru saja menikah?”

“Haha, anak bodoh, tentu saja kamu sudah menikah. Cepat ke atas sana dan masuk ke kamarmu!” ujar Terrence Lei dengan tertawa senang.

Dengan seperti ini, Jenisa Wu menggandeng tangan Julien Lu, kembali ke lantai dua, masuk ke dalam kamar.

Pernikahan ini sungguh membuatnya tidak siap.

Tiba di dalam kamar, Jenisa Wu duduk di tepi ranjang.

Julien Lu berdiri dengan bodoh. Melihat ia yang bereaksi, Jenisa Wu pun mengangkat kerudung merahnya. Mereka berdua saling bertatapan, tanpa mengatakan apapun.

Sangat lama.

Julien Lu tidak tahan lagi, “Aku bilang, bukankah Keluarga Wu memutuskan pernikahan ini?”

“Iya.” Jenisa Wu mengangguk.

“Tapi Keluarga Wu yang memutuskan pernikahan, tidak sama dengan bahwa aku tidak mau menepati janji.” ujarnya lagi.

Julien Lu tersenyum pahit, “Keluarga Lei sudah musnah, untuk apa kamu ikut aku!”

Untuk pertanyaan itu, Jenisa Wu tidak menjawabnya.

Ia bangkit dari tepi ranjang, berjalan ke hadapan Julien Lu, pelan-pelan berkata, “Julien Lu, kita sudah menjadi suami istri, mari kita minum anggur bersama.”

Otak Julien Lu masih pusing.

Melihat Jenisa Wu mengangkat botol anggur, tuang anggur ke dua gelas dengan penuh dan membawa ke hadapannya.

Di bawah isyarat Jenisa Wu, mereka pun menyilangkan tangan mereka dan minum anggur yang terdapat di dalam gelas.

Jenisa Wu melirik sekilas ke arah Julien Lu berkata, “Keluarga Lei tiba-tiba mengalami krisis, kamu dan aku pasti tidak ingin melihatnya. Sayangnya kita tidak mengetahui maksud Tuhan, kemampuan kita berdua pun kurang, sementara tidak dapat mengubah kondisi sekarang.”

“Sejak hari ini, kamu sudah menjadi suamiku, tapi agar Keluarga Wu tidak terlibat dalam masalah, setelah menjalani upacara pernikahan, aku harus kembali dan tidak dapat menghadapi masalah bersamamu.”

“Jika kamu belum mati dan menuju ke tahap yang lebih tinggi, maka itu merupakan suatu hal yang baik. Jika kamu kurang beruntung dan mati…. Aku pasti akan menjanda selama hidup untukmu.”

…………….

Julien Lu membuka mulutnya, tapi tidak dapat mengatakan apapun.

Sedangkan ucapannya ini membuatnya terharu.

Ia sama sekali tidak menyangka bahwa niat Jenisa Wu begitu dalam. Hanya karena janji yang setengah bercanda pun ditepatinya dengan serius.

Dan Jenisa Wu sepertinya dapat menebak apa yang dipikirkan Julien Lu.

“Suamiku, aku tahu kamu tidak sesungguhnya membawa perjanjian itu ke dalam hati. Aku juga berpikir, kata-katamu saat itu hanyalah omong kosong, tapi kamu berhasil melakukannya.”

“Suamiku seharusnya berada di puncak yang tertinggi sana. Kamu harus mengetahui hal itu. Jangan buat aku kecewa.”

Setelah itu, Jenisa Wu melirik sekilas ke Julien Wu dengan dalam.

Lalu ia menunjukkan senyuman tipis, “Suamiku, hati-hati untuk perjalanan nanti. Aku akan menunggumu hingga hari dimana kamu memimpin satu negara ini.”

……………………..

Jenisa Wu tidak berbicara lagi dan berbalik badan berjalan menuju balkon.

Setelah terdiam sesaat, ia menoleh ke Julien Lu sekilas, lalu terbang melayang dan menghilang dalam kegelapan.

Julien Lu juga ikut berjalan ke luar balkon, memandang kepergian Jenisa Wu yang menghilang dari langit.

Ia baru mengusap wajahnya mengeluh, “Pernikahan ini sungguh berjalan dengan mendadak…bahkan belum malam pertama…..”

………………….

Bulan turun dan naik lagi.

Malam kemarin, Sophia Liao tidak pernah tertidur lagi.

Sebenarnya satu rumah Keluarga Lu, tidak ada satupun orang yang tidur.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu