Too Poor To Have Money Left - Bab 24 Wanita Cantik yang Aneh

"Karena masalah ini bukanlah kesalahan Keluarga Lu, tidak ada gunanya aku marah, kalau sampai kesehatanku memburuk karena marah, bukankah akan membuatku mengeluarkan uang untuk berobat."

Sophia Liao tersenyum, mengatakan, "Julien, Mama telah salah paham terhadapmu, berharap agar kamu bisa memaafkan Mama."

Sebenarnya, watak dari Keluarga Chen kurang lebih sudah disadari olehnya dari awal.

Semenjak suaminya Winson Lu telah meninggal, Keluarga Chen mulai menjauhi Keluarga Lu, Sophia Liao tahu terhadap ada apa sebenarnya dengan sekarang.

Julien Lu setiap bulan mentransfer uang kepada Rayne Chen, tapi hubungan di antara keduanya malah tidak semakin erat.

Setelah sering mengamatinya, Sophia Liao dari awal sudah menduga suatu hari nanti pasti akan begini, namun semua anggota Keluarga Chen, malah merupakan hal terakhir yang dikhawatirkan oleh suaminya.

Apalagi, Sophia Liao juga masih berharap.

Tapi, karena awal permasalahannya dari Keluarga Chen, maka dia tidak ingin memaksakan kehendak, kalau Keluarga Chen meremehkan Julien Lu, dirinya tidak akan membiarkan Julien Lu kembali merasa sedih.

"Ma, aku tidak menyalahkanmu."

"Bagus kalau begitu, masalah ini biarkan begitu saja, tidurlah lebih awal, Mama juga ingin kembali ke kamar beristirahat." Sophia Liao menganggukkan kepala, bangun dan kembali ke kamar.

Setelah pintu kamar sudah tertutup, Nancy Lu menjelirkan lidah, "Sudah lihat belum, sama sekali tidak ada masalah."

"Sudahlah, cepat pergi mandi dan tidur, kita besok masih harus keluar."

"Baik!"

Setelah Nancy Lu mengatakannya, langsung kembali ke kamar mengambil baju ganti, lalu masuk ke kamar mandi dengan riang.

Julien Lu berbaring di sofa dengan hati yang puas, dengan tenang mendengar suara aliran air dari dalam kamar mandi, lama kelamaan dia tertidur begitu saja.

......

Saat bangun pada keesokan harinya, waktu sudah jam 6 pagi.

Sang pria pergi mandi, dengan lahap memakan sarapan yang dibuatkan oleh Nancy Lu.

Setelah berpesan pada Sophia Liao, baru Julien Lu membawa Nancy Lu keluar.

Urusan hari ini tidak banyak, hanya pergi berbelanja perabotan, barang elektronik dan lain-lain untuk keperluan vila di gunung.

Julien Lu tidak ahli dalam bidang ini.

Dexter Li juga sama.

Tapi Nancy Lu menguasainya.

Setelah keluar, ponselnya Julien Lu langsung berdering, merupakan panggilan telepon dari Dexter Li.

Dia mengabarkan Julien Lu, 10 menit kemudian dia akan tiba di mana tempat mereka berpisah semalam.

Julien Lu menanggapinya sejenak, lalu turun bersama dengan Nancy Lu, membuka payung, berjalan menuju pintu gerbang komplek.

Cuaca hari ini tidak begitu cerah, turun hujan gerimis.

Di awal musim panas, wajar jika turun hujan.

Tapi suasana hati kedua kakak beradik ini begitu baik.

Kehidupan sengsara telah pergi, kehidupan menyenangkan mulai tiba.

Semalam, Nancy Lu telah menuliskan daftar belanjaan, yang perlu dilakukan sekarang adalah pergi ke mall dan tempat penjualan perabotan rumah, lalu cukup dengan memilih sesuai yang ada di daftar belanja.

Julien Lu memegang payung, menundukkan kepala sibuk membahas apakah masih ada barang yang terlewatkan dengan Nancy Lu.

Jadi sama sekali tidak memperhatikan jalan.

Sebuah sosok yang berjalan buru-buru, juga sedang memegang payung menundukkan kepala dan berjalan cepat, mulutnya bergumam sudah terlambat, sudah terlambat.

Dalam seketika langsung menabrak pelukannya Julien Lu.

"Ah!" Julien Lu mundur beberapa langkah.

Julien Lu masih belum bersuara, orang itu malah mulai membentak keras.

"Dasar! Kenapa kalian berjalan tanpa memakai mata, kalian telah menabrak orang tua sepertiku!"

Julien Lu meninggikan payungnya, agar bisa melihat paras orang ini.

Orang ini sepertinya berumur sekitar 50 tahun lebih, begitu kurus bagaikan monyet, memiliki rambut hitam kilat panjang ala "seniman", tapi malah begitu berantakan bagaikan sarang ayam.

Jenggotnya panjang, terurai hingga bagian dada.

Dengan pakaian yang usang, kakinya memakai sepasang sepatu kain kuno yang sangat jarang ditemui.

"Ah, Kakek, maaf."

Julien Lu tidak ingin memperhitungkannya lebih lanjut, lagipula orang itu sudah berumur tinggi.

Siapa sangka, bapak tua itu malah tidak melepaskannya begitu saja, langsung mencengkram kerah baju Julien Lu, melototi dan memakinya!

"Dasar! Maaf? Kalau kata maaf berguna, untuk apa adanya polisi! Kamu tahu tidak kamu telah menyia-nyiakan berapa banyak waktuku akibat tabrakanmu ini!"

Julien Lu merasa sesak, sedikit kesal.

Karena kedua belah pihak saling buru-buru, bukankah cukup dengan meminta maaf lalu lanjut melakukan kesibukan masing-masing, jadi apa maksud dari sikap dia ini?

Sepasang kakak beradik saling bertatapan.

"Penipu?"

"Mungkin......"

......

Julien Lu berkata dengan berusaha menyabarkan diri, "Kakek, lihat baik-baik, kami berjalan di sebelah kanan, kamu seharusnya berjalan dari sana, benar bukan?"

Sang kakek berpikir sejenak, lalu kembali melototinya, "Memangnya kenapa kalau benar? Kenyataannya kamu telah menabrakku!"

"Kakek, kalaupun kamu berjalan tanpa mengikuti aturan lalu lintas, tapi seharusnya memakai akal sehat!" Nancy Lu tak tertahankan untuk membentaknya.

"Hei! Dasar gadis kecil, bahkan ingin berdebat dengan orang tua sepertiku? Baiklah, mari mari mari, kalian berdua kemari!"

Setelah mengatakannya, sang kakek menarik Julien Lu berjalan ke jalan kecil yang lain.

"Mari kita mendebatkannya sekarang, kalian memang telah menabrakku!"

Sang kakek menengadahkan kepala, membentak dengan arogan.

Julien Lu tertegun, mengacungkan jari jempol.

"Kakek, hebat! Orang tak tahu malu yang kutemui selama ini tidak pernah separah kamu!"

Julien Lu terkesan, menjauhi kakek tua yang tak masuk akal ini sejauh mungkin merupakan pilihan terbaik.

Kemudian, sang kakek mengubah sikapnya, "Ehem ehem, begini saja, dadaku sedikit sakit karena ditabrak olehmu, berikan aku 10 ribu RMB untuk membeli ramuan penutrisi."

"Apa? Lebih baik kamu merampasnya!" Nancy Lu menarik tangan Julien Lu yang satu lagi, berkata, "Kak, mari kita pergi!"

Julien Lu juga ingin pergi, tapi kakek tua ini kelihatannya tidak berniat untuk melepaskan tangannya.

"Dasar kamu kakek tua, lepaskan tidak?"

"Hmph! Tidak, aku tidak akan melepaskannya!"

"Kutanyakan untuk yang terakhir kali, lepaskan tidak?"

"Tidak!"

"Krak!"

"Aduh!"

Sang kakek menjerit histeris bagaikan suara babi yang disembelih, kesepuluh jari yang mencengkramnya dengan erat juga mulai merenggang.

Nancy Lu dengan kuat menendang kaki sang kakek, lalu menarik tangan Julien Lu dan pergi.

......

Sepanjang pagi hari, Julien Lu dan Dexter Li berjalan di belakang Nancy Lu, pertama-tama pergi berbelanja di Drake Plaza, kemudian berbelanja di tempat penjualan perabotan rumah.

Setelah semua perabotan rumah dan barang elektronik telah dibeli, mereka bertiga langsung duluan pergi ke vila.

Setelah menuruni mobil, Nancy Lu menyuruh Dexter Li membawanya masuk, dia ingin menata letak posisi semua perabotan, dan tentu saja juga ingin memilih sebuah kamar yang memuaskannya.

Sedangkan Julien Lu berjaga di pintu, menunggu perusahaan pengantar datang ke sini.

Hujan tetap turun gerimis, cuaca kelihatannya tidak akan menjadi cerah.

Setelah berdiri beberapa saat, Julien Lu melihat sebuah sosok orang yang memegang payung, sedang berjalan ke atas gunung dengan santai, dia merupakan seorang gadis yang tinggi semampai.

Bagian celana di bawah lututnya dan sepatu olahraganya sudah basah kuyup oleh air hujan.

Sebenarnya, tempat ini dekat dengan laut, tempat ini pun berada di pertengahan gunung, angin di sini cukup kuat.

Mungkin karena merasakan tatapan mata dari Julien Lu, sang gadis sedikit meninggikan payungnya.

Julien Lu seketika melamun.

Cantik sekali!

Wajah yang begitu mempesona ini, seakan-akan telah membuat daerah di sekitar telah kehilangan warna.

Tiba-tiba, jantung Julien Lu berdetak kencang.

Karena gadis ini telah berjalan mendekatinya.

Julien Lu berdiri di tempat sambil melamun bodoh, hingga sang gadis telah tiba di hadapannya.

Dia menutup payung.

"Anginnya kuat." Sang gadis berkata dengan datar.

"Hmm, memang sedikit kuat." Julien Lu menganggukkan kepala dengan sedikit kaku.

Keduanya berdiri bersama untuk sesaat.

Terlihat jelas, gadis ini datang untuk berteduh dari angin dan hujan.

Julien Lu diam-diam mengamati gadis ini.

Umurnya sekitar 22 atau 23 tahun, baju kaos putih diselaraskan dengan luaran motif kotak-kotak, mengenakan celana olahraga, memakai sepasang sepatu olahraga, juga memikul sebuah tas mendaki gunung.

Terlihat seperti backpacker.

Sepertinya, dia datang untuk jalan-jalan.

Tapi dalam cuaca yang seperti ini, untuk apa dia mendaki gunung?

Muncul sebuah tanda tanya di lautan pikiran Julien Lu.

Tepat pada saat ini, sang gadis kembali berkata, "Vila ini cukup bagus, rumahmu?"

Julien Lu termenung, lalu berkata, "Benar, ini adalah rumahku."

"Kamu adalah Julien Lu?"

"Hmm...... eh? Kenapa kamu bisa tahu namaku?"

Sang gadis melirik Julien Lu dengan datar, mengerutkan keningnya, kemudian membuka payung dan berjalan pergi.

Arah kepergiannya, adalah menuruni gunung.

Julien Lu kembali sadar, bergegas berkata dengan suara keras, "Hei? Gadis cantik, kamu masih belum mengatakan namamu padaku!"

Tubuh sang gadis berhenti sejenak, lalu sedikit memalingkan kepala, berkata, "Namaku Jenisa Wu, ingat untuk mempersiapkan satu kamar tamu untukku."

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu