Too Poor To Have Money Left - Bab 373 Tidak Ingin Menjadi Bebannya

Bahkan ia juga tidak tahu apakah Christopher Wu ini adalah teman lama Troy Mu selaku Master Suku Pedang dari seribu tahun yang lalu?

Tingkah lakunya ini telah menghancurkan martabat sebuah suku.

Murid-murid Suku Pedang memandangnya penuh amarah, tapi tidak ada satu pun orang yang mau maju.

Bukan tidak berani, melainkan aura Yuanying Mahakuasa bagai sebuah gunung yang terus menindas, hingga mereka cukup kesulitan untuk tetap berdiri.

Tetapi Christopher Wu tidak peduli dan pelan-pelan berkata, “Semoga kamu ingat jaminanmu hari ini. Kalau kamu melakukan kesalahan, terima saja nasibmu.”

Sembari berkata, ia pun menarik kembali auranya. Di bawah pandangan semua orang, dirinya pun menghilang bagai hantu.

Bagai dirinya tidak pernah muncul.

Wanita paruh baya itu maju dan membantu Rayne Chen bangkit.

Sepasang matanya memerah, sambil berkata, “Grand Master, cucu sungguh tidak berguna, membuat Anda dipermalukan!”

Rayne Chen masih ketakutan, tapi di hadapan murid-murid Suku Pedang, ia hanya bisa berusaha untuk bersikap tenang.

“Cucu sungguh tidak berguna, membuat Anda dipermalukan!”

Tak lama kemudian, para senior Suku Pedang pun ikut berlutut.

Perasaan sedih dan kesal pun menyebar luas tanpa suara.

Memaksa Grand Master Suku Pedang berlutut merupakan sebuah penghinaan yang besar. Meskipun Suku Pedang sebelumnya dipanggil sebagai sekte yang tersembunyi, tetapi mereka semua sehati.

Sedangkan saat bertemu dengan kekuatan Yuanying Mahakuasa, satu Suku Pedang bagai sekelompok jangkrik dan semut.

Rayne Chen hampir saja kehilangan nyawa karena terkejut.

Pengetahuannya terhadap dunia praktiksi sangat sedikit, tentu saja di dunia ini hampir tidak ada satu pun orang yang mengerti tahap Jindan dan tahap jiwa yang baru lahir.

Apalagi dirinya.

Tapi aura tahap jiwa yang baru lahir yang ditunjukkan Christopher Wu itu seperti sengaja ditunjukkan.

Setelah merasa ketakutan, Rayne Chen pun tersadar kembali.

Ia tiba-tiba menyadari kejanggalan tahap Jindannya beberapa hari ini, seperti berubah menjadi lembut dan ada tanda-tanda mencair, bahkan juga diam-diam memancarkan sinar merah.

Ia mungkin saja… sudah mau menembus tahap baru!

Karena ia masih bisa merasakan perbedaan yang jauh antar aura tahap jiwa yang baru lahir dan biarawan Jindan.

Sedangkan auranya sendiri memiliki sedikit aura dewa yang seperti Christopher Wu.

Seperti Tahap Super Master dan aura biarawan Jindan. Bukan memiliki perbedaan yang jauh, melainkan memang merupakan dua hal yang berbeda.

Rayne Chen memang bukan orang yang bodoh.

Ia tiba-tiba tersadar kembali dan merasa senang.

Bisa dikatakan juga bahwa ia juga bisa melangkah ke tahap yang lain!

“A-aku mau memisahkan diri untuk berlatih, sekarang juga!”

Setelah mengatakan itu, Rayne Chen langsung terbang menuju Paviliun Pedang yang tertinggi.

Wanita paruh baya mengangkat kepalanya, memandang Rayne Chen masuk ke dalam Paviliun Pedang.

Selanjutnya ia berbalik badan dan berkata dengan tegas, “Grand Master memisahkan diri untuk berlatih, kalian juga harus latihan dengan rajin, agar suatu hari kita bisa membalas penghinaan hari ini. Apakah kalian mengerti?”

“Baik, Master Suku.”

Para senior membalas bersama, lalu pergi satu demi satu.

Wanita paruh baya itu tidak pergi, melainkan menoleh ke Paviliun Pedang yang berada di belakang sekilas, lalu melipatkan kaki dan menjaga Rayne Chen yang melatih diri.

………………….

Sore hari sudah tiba, suasana musim gugur pun sangat terasa.

Cahaya matahari terbenam berada di permukaan laut, bagai terbakar habis oleh sinar matahari, hingga memancarkan rasa takjub yang indah dan menarik perhatian.

Terrence Lei duduk di atas kursi baring, memandang langit yang sudah setengah memerah dengan malas, terkadang dirinya mengangkat cangkir teh di sampingnya dan menyesap pelan.

“Langit sudah mau berubah….” Ia bergumam sendiri.

“Tuan Besar, entah bagaimana berubah, pagi dan malam terus berputar, matahari terbit bulan muncul, hal tersebut tidak akan berubah.”

Bobby Du yang berdiri di samping berkata, sambil mengambil teko teh dan menuangkannya lagi ke cangkir Terrence Lei.

“Kenyataan berkata seperti itu.” Terrence Lei menghembus nafas dalam.

…………………

Di ruangan lain, Sophia Liao tengah membantu Julien Lu membereskan koper.

Jelas sekali kalau ia merasa sangat tidak rela.

Tetapi dirinya juga mengetahui bahwa sayap anak burung yang sudah besar, juga ada suatu hari dimana mereka harus terbang ke luar.

Hanya saja Nancy Lu tidak ada berada di rumah dan Julien Lu juga harus pergi karena ada urusan penting.

Walaupun Enelisa Zhang tiap hari menemaninya, ia juga tidak dapat menahan rasa rindu itu.

Julien Lu belum berangkat dan dirinya sudah ada begitu banyak pikiran.

Setelah membereskan koper, Sophia Liao kembali ke kamarnya, duduk di tepi jendela, mengangkat bingkai foto yang terletak di samping ranjangnya.

Di dalam bingkai foto itu terdapat empat orang, ada Winson Lu, Sophia Liao, Julien Lu dan Nancy Lu.

Itu adalah foto satu Keluarga Lu.

Sophia Liao mengelus bingkai foto pelan dengan raut wajah yang sedih. “Winson, Julien dan Nancy sudah besar….”

“Julien seperti bertemu dengan urusan penting…..”

“Meskipun ia tidak memberi tahu apa yang terjadi, tapi aku juga mengetahui kalau ia mengatakannya, aku juga tidak bisa membantu apapun….”

“Ia menyuruhku untuk pergi dengannya, aku tidak menerimanya, karena… kamu lihat aku sudah begitu tua, aku tidak ingin menjadi beban untuknya…..”

“Kalau kamu yang berada di sana mendengar kata-kataku, berdoa juga untuk anak kita, agar ia bisa menyelesaikan masalah ini. Jika ia baik-baik saja, aku juga merasa tenang…”

Sophia Liao menghela nafas ringan, lalu menaruh bingkai foto kembali dan berjalan ke luar.

Sudah saatnya siap-siap makan malam.

Julien Lu berada di puncak, mengejapkan mata bermeditasi.

Cara penggunaan Aura Langit dan Bumi, ia telah menyempurnakannya, tidak ada kekurangan lagi.

Sedangkan kemampuannya telah meningkat hingga Jindan Dzogchen.

Ribuan pil hijau di dalam tubuhnya dipenuhi dengan aura yang tebal, bagai asap tebal yang kental, sinar kilat yang meluncur.

Ia sudah tiba di puncaknya, sudah mencapai kesempurnaan yang sesungguhnya.

Tapi di atas Jindan masih ada tahap jiwa yang baru lahir. Tahap ini sangat sulit dilewati.

Bagaimana caranya agar ia bisa mencapai satu tahap lagi? Tidak ada yang bisa memberitahunya.

Dengan seperti ini, jika ia terus berlatih, mau ratusan tahun hingga mati, ia masih tidak ada kemajuan.

Julien Lu menghela nafas, membuka kedua matanya. Sepertinya waktu juga sudah mau tiba.

Setelah malam ini, ia dan Terrence Lei berdua harus menyembunyikan identitas mereka untuk pergi mencari seseorang.

Siapakah orang itu, Julien Lu tidak bertanya.

Jika Terrence Lei tidak mengatakannya, bertanya juga tidak berguna. Ia tidak pernah memaksa orang.

Lagi pula kalau nanti ketemu, ia juga akan mengetahuinya.

Sebelumnya ia menghubungi Enelisa Zhang, bermohon kepadanya untuk bantu menjaga Sophia Liao.

Bermohon, benar, ia bermohon kepada orang.

Ia sudah mengerti bahwa hutang budi itu sulit untuk dibalas.

Apalagi….kalau ada orang lain, Julien Lu pasti tidak akan bermohon kepada Enelisa Zhang untuk meminta bantuannya.

Tapi untung saja bahwa Enelisa Zhang menerimanya.

Setelah berpikir lama, ia pun berdiri dan berjalan ke bawah gunung.

Selesai makan malam, Julien Lu kembali ke kamarnya, duduk di balkon bermeditasi, terus memikirkan cara untuk menerobos tahap yang baru.

Ada suatu hal yang sangat baik.

Sekarang satu dunia praktisi sedang mencari murid Keluarga Lei. Kata orang-orang, saat seseorang mengalami kesulitan, maka akan ada banyak orang yang ingin menjatuhkannya. Keluarga Lei sudah tidak dapat bangkit kembali.

Sebenarnya mau Keluarga Lei ada atau tidak, ia tidak begitu peduli.

Sedangkan kondisi sekarang ini adalah munculnya tokoh-tokoh tahap jiwa yang baru lahir dari keluarga besar, ia tidak mungkin mengabaikannya.

Jika ia ditemukan, maka hanya tersisa satu jalan mati.

Perjanjian seribu tahun yang lalu, leluhur Keluarga Lei hanya tidak sengaja melanggar, bisa-bisanya membawa bencana begitu besar bagi Keluarga Lei.

Ia tidak mungkin berdiam begitu saja hingga mati, semakin tidak mungkin dan menjalani kehidupannya hingga selesai dengan dibenci orang-orang.

Satu-satunya cara untuk memecahkannya adalah ia sendiri juga memasuki tahap jiawa yng baru lahir, sehingga dirinya bisa terbebas dari malapetaka. Kalau tidak, bisa menghindar untuk sementara, tetapi tidak dapat menghindar selamanya.

Orang yang dicari Terrence Lei…..

Bisa menyelesaikannya krisisnya jika orang itu berhasil ditemukan?

Julien Lu masih berpikir daripada menaruh harapan pada orang lain, lebih baik menaruh harapan pada diri sendiri, terasa lebih nyata.

Julien Lu bangkit, berjalan ke tepi pagar, memandang bulan di langit, sambil memikirkan Festival Kue Bulan yang sudah mau tiba juga.

Ia sendiri juga tidak tahu apakah hari itu ia bisa kembali sekali untuk menemani Sophia Liao.

Tapi kali ini ia jelas tahu, bahwa idenya ini sama sekali tidak nyata.

Entah mengapa, ia tiba-tiba teringat akan Jenisa Wu.

“Jika tidak ada kemunculan tahap jiwa yang baru lahir, mungkin sekarang sudah waktunya menjalankan upacara malam pertama pernikahan.”

Julien Lu tertawa.

Sedangkan detik selanjutnya, senyumannya membeku di wajah yang penuh kejutan.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu