Too Poor To Have Money Left - Bab 43 Undangan Ketua Jiang

Christina Chu tidak menjawab pertanyaan Julien Lu.

Untuk sesaat, Julien Lu bertanya lagi, "Tidak, nilamu sangat bagus, bukankah ada beasiswa?"

Mereka tidak bertemu satu sama lain selama hampir tiga tahun, Julien Lu hanya bisa mengungkapkan keprihatinannya dengan cara ini.

Christina Chu memilih diam dan terus melahapl nasi dari kotak makan siang.

Baru setelah Christina Chu menjilat bulir nasi terakhir dari kotak makan siang ke dalam mulutnya, dia tersenyum pada Julien Lu dengan penuh perhatian, "Aku sudah selesai makan."

"Ya."

Julien Lu tersenyum, baru saja ingin mengeluarkan sarannya, misalnya bisa memperkenalkan murid SMA yang membutuhkan bimbingan belajar pada Christian Chu.

Setelah sebulan, tiga atau empat ribu RMB bukanlah masalah besar, ini bisa menyelesaikan kebutuhan hidup Christina Chu.

Dia juga ingin memberikan sejumlah uang secara langsung, tetapi dia juga tahu bahwa jika dia melakukannya, itu akan menjadi kontraproduktif, Christina Chu juga tidak akan menerima bantuan semacam ini.

Anak-anak dengan faktor keluarga yang buruk harus kuat, dia memahami Christina Chu.

Tanpa diduga, pada saat ini, seorang siswi keluar dari belakang panggung dan berteriak, "Rambut Kuning! Rambut Kuning! Di mana gaun dansaku? Di mana kamu menaruhnya!"

Christina Chu juga buru-buru berdiri.

Dia tersenyum canggung, lalu mengangguk dan berkata, "Julien Lu, nanti kita mengobrol lagi kalau ada waktu, aku pergi dulu."

Setelah selesai berbicara, dia buru-buru berjalan ke arah siswi itu.

“Rambut Kuning? Apakah mahasiswa jaman sekarang sembarangan memberi nama panggilan?” Julien Lu sedikit marah, dia juga mengingat wajah siswi itu.

Setelah duduk beberapa saat, tiba-tiba ponsel Julien Lu berdering, dia melihatnya, rupanya telepon dari Ethan Jiang, lalu dia menekan tombol di ponsel.

"Halo? Ketua."

"Julien Lu, kamu sudah sampai belum."

"Oh, sudah."

"Di mana? Cepat datang ke asramaku, kamar 403, beberapa saudara kita sedang minum-minum, cepat kemari!"

Julien Lu baru ingin bilang tidak pergi, tapi tidak enak mendorong niat baik Ethan Jiang, jadi dia berkata, "Baiklah, aku akan sampai dalam sepuluh menit."

Hari ini adalah perayaan HUT sekolah, peraturan sekolah telah dikendurkan, Ethan Jiang memanfaatkan kesempatan ini, dan Julien Lu tidak terkejut.

Sebaliknya, contoh seperti itu sering terjadi.

Sepuluh menit kemudian, Julien Lu masuk ke kamar tidur 403, ada sepuluh orang yang hadir dengan beberapa wajah yang dikenal, tetapi sesaat dia tidak bisa mengingat nama mereka.

Julien Lu telah keluar dari masyarakat terlalu lama, saat masuk kuliah tahun pertama juga hanya setengah tahun saja, satu-satunya temannya hanya Ethan Jiang.

Tapi, dia tidak dapat mengingat orang lain, malahan ada orang yang mengingatnya.

"Hai! Julien Lu! Ayo duduk!" Ethan Jiang menyapa dengan cepat.

Asrama universitas ini masih berantakan seperti yang dibayangkan Julien Lu, dengan empat atau lima dus bir, sebuah meja kecil, dan delapan piring untuk menemani minum.

Para siswa selalu begitu, selalu menemukan program yang menghibur selama waktu santai yang langka begini.

Yang punya pacar akan pergi berkencan, kalau tidak punya ya minum-minum, reputasinya adalah untuk mempersiapkan diri terjun di masyarakat di masa depan.

Julien Lu melangkah maju, semua orang memberi tempat untuknya.

Setelah meneguk tiga gelas bir, suasana mulai memanas, selain Ethan Jiang, Julien Lu tidak tahu nama orang-orang lainnya, tapi hal itu tidak menghalangi komunikasi diantara mereka.

“Ngomong-ngomong, Julien Lu, kamu sudah keluar dari masyarakat selama tiga tahun, bekerja di industri macam apa?” ​​Salah satu dari mereka tiba-tiba bertanya.

Julien Lu memiliki kesan padanya, dia merupakan teman sekelasnya saat tahun pertama kuliah.

“Haha, Hans Zhao, Julien Lu susah payah bisa menampakkan wajahnya di sini, untuk apa menyangkut masalah seperti ini!” Ethan Jiang buru-buru menyelesaikan.

Ayahnya adalah pemilik supermarket, jadi dia telah mempelajari bisnis sejak dia masih kecil. Dia tahu bahwa Julien Lu tidak memiliki kesan mendalam dengan teman sekelas ini, jadi dia mengingatkan Julien Lu tentang nama mereka dengan cara ini.

Di saat yang sama, dia juga tahu mengenai pekerjaan Julien Lu, takutnya suasananya akan berubah kalau Julien Lu mengutarakannya.

Ide Ethan Jiang adalah membiarkan Julien Lu datang lebih dulu, mengenal teman-teman sekelas ini terlebih dahulu, dan ketika perayaan HUT sekolah hampir selesai, mereka akan pergi karaoke bersama, minum sedikit, dan mencarikan pekerjaan yang bagus untuk Julien Lu.

Tapi, Julien Lu tersenyum dan berkata, "Hehe, aku dulu bekerja di perusahaan kurir, tapi aku mengundurkan diri beberapa hari yang lalu, dan sekarang aku tidak melakukan apa-apa di rumah."

"Uh ...."

Ethan Jiang tidak menyangka Julien Lu akan menjawab seperti itu.

Hans Zhao bahkan lebih tidak menyangka.

Bukankah ini sudah jelas, dia hanya seorang pengangguran?

Sekalipun miskin, tetap tidak boleh malas!

Ini adalah pemikiran paling langsung dari Hans Zhao.

Antusiasmenya juga mendingin pada saat ini.

Rumah Hans Zhao kebetulan adalah perusahaan kurir, selain itu skalanya juga tidak kecil.

Beberapa hari yang lalu, Ethan Jiang mendatanginya lagi dan memberitahunya tentang Julien Lu, Ethan Jiang sudah memberitahunya beberapa kali sebelumnya, tetapi dia terus mencari alasan untuk mengelak.

Menurut Ethan Jiang, Julien Lu dari awal berasal dari Jurusan Manajemen, meskipun putus sekolah lebih awal, dia juga pernah menjadi seorang mahasiswa.

Selain itu, Julien Lu rajin, pekerja keras dan fleksibel, Ethan Jiang ingin Hans Zhao membuat rencana untuk melihat apakah dia dapat membiarkan Julien Lu menjadi manajer cabang atau semacamnya.

Dengan begitu, Julien Lu tidak harus bekerja terlalu keras, dan dia bisa mendapatkan perawatan yang baik, hidupnya akan menjadi lebih baik.

Untuk alasan ini, Ethan Jiang memanfaatkan perayaan HUT sekolah dan mengundang Hans Zhao, dia juga menggunakan identitasnya sebagai ketua, memanggil sekitar sepuluh adik-adik kelas, salah satunya ada yang disukai Hans Zhao, barulah Hans Zhao bisa setuju.

Siapa yang menyangka bahwa Julien Lu langsung berkata sangat lurus begitu.

“Oh? Ternyata begitu, jadi apa rencanamu selanjutnya?” tanya Hans Zhao.

"Bekerja? Aku tidak berencana untuk bekerja lagi, dunia ini begitu besar, aku ingin keluar dan melihat dunia."

Dia adalah pewaris Terrence's Corp, apa lagi yang bisa dia lakukan? Terus terang, kekhawatiran besarnya setiap bangun tidur sekarang adalah bagaimana cara menghabiskan uang.

Hati Ethan Jiang tersedak.

Kemudian, Hans Zhao menunjukkan senyum jijik, “Ternyata Tuan Muda Lu kita masih memiliki waktu luang seperti ini, benar-benar membuat kami merasa malu, ayahku berencana menyerahkan perusahaannya padaku begitu aku lulus, sudah diputuskan aku akan hidup dengan sangat sibuk."

“Mahasiswa Zhao, kamu bicara apa, menurut perkataanmu, kami masih hidup tidak?” Seseorang langsung bercanda.

“Benar, jika kamu berkata begitu, hari ini aku tidak bisa makan malam."

....

Hans Zhao menikmati pujian itu dan merasa sedikit lega, tetapi jawaban Julien Lu berikutnya membuatnya raut wajahnya tampak gelap.

“Ya, setiap orang punya kehidupan yang berbeda, kamu lebih baik baik berlapang dadalah sedikit."

Ini bukan salah Julien Lu, sekarang ini yang ada di benak Julien Lu, hanya ada masalah Christina Chu.

Hei! Orang ini! Coba lihat, masih ingin jadi pemimpin?

Hans Zhao melirik Julien Lu dengan jijik, dia tidak lagi berpikir untuk menjadi cerdas, teman sekelas lainnya juga diam-diam mencibir.

Dasar miskin, orang miskin pasti ada alasannya!

Kali ini, mereka telah melihatnya.

Pengangguran yang berpakaian seperti gelandangan, masih berani sombong, kalau dia tidak miskin, siapa yang miskin?

Hati Ethan Jiang penuh dengan senyum masam, kakakku oh kakakku, kalau bicara itu tolong disaring dulu!

Pada titik ini, Ethan Jiang tahu bahwa sekarang masalah semakin menjadi rumit.

Tapi dia masih punya harapan dalam hatinya, memikirkan akan karaoke hari ini, bagaimana akan memikirkan tentang pekerjaan untuk Julien Lu.

Tidak peduli seberapa putus asa hidup ini, tetap saja tidak boleh menyerah, bukan?

Tapi, salah satu teman sekelas pria terus diam tidak bersuara, dia selalu merasa, Julien Lu ini kenapa tampak familiar, seperti pernah bertemu di suatu tempat?

Bir ini, terus diminum sampai sore.

Julien Lu melirik jamnya, sudah hampir waktunya, dia bisa pergi lebih dulu, jika Nancy Lu sampai tahu dia minum-minum, dan tidak melihat acara pertunjukkannya, entah apa yang akan terjadi kalau dia sampai marah.

“Oh iya, gadis keluargaku menjadi MC, jadi aku pergi dulu, kalian minum-minumlah perlahan."

Setelah melontarkan kalimat ini, Julien Lu keluar.

Tepat saat Julien Lu berbalik, sosok belakang Julien Lu membuat pikiran siswa itu terangsang.

Dia ingat, lalu berteriak dengan aneh, "Gila?"

Ethan Jiang menoleh dengan bingung, lalu bertanya, “Ada apa?"

“Gila! Bukannya dia tuan muda yang membawa pengawal dua hari lalu itu?” Siswa itu menatap dengan kaget.

“Cih, matamu tumbuh wasir ya!” Hans Zhao berkata dengan jijik.

Ethan Jiang terkejut, lalu tersenyum pahit, "Kamu minum terlalu banyak …."

....

Julien Lu malah tidak tahu bahwa dia telah dikenali, dia langsung berjalan ke lapangan.

Saat ini, matahari terbenam berada di barat, lampu di atas panggung menyala, waktunya masih sedikit kepagian, tapi sudah ada sekitar lima ratus murid yang hadir.

Begitu Julien Lu mendekat, Dexter Li menyapanya, "Tuan Muda, tempat dudukmu sudah diatur di paling depan, aku akan mengantarmu kesana."

Pada saat ini, Julien Lu tidak lagi terlalu peduli untuk dikenali, begitu perayaan HUT sekolah berakhir, dia juga akan langsung pergi.

Namun, ini juga merupakan kekhawatiran yang tidak perlu, belum lagi semua siswa di sini berbicara dengan antusias.

Julien Lu melangkah maju, baru saja akan duduk, tetapi dia malah melihat Christina Chu lagi.

Dia masih seperti tadi siang, menundukkan kepala, kedua tangannya membawa kotak makan, dia buru-buru berjalan ke belakang panggung.

Tidak lama kemudian, dia keluar dengan dua kotak makanan.

Melihat sosok kurus itu, Julien Lu juga menunjukkan senyuman penuh pengertian.

Tetapi detik berikutnya, senyumnya tiba-tiba membeku.

Karena dua kotak berisi sup terlempar keluar dari belakang panggung dan dilempar ke kepala Christina Chu.

Sup dan nasi putih tersebar di sekujur tubuh Christina Chu, dan ratusan murid yang sudah duduk tertawa terbahak-bahak.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu