Too Poor To Have Money Left - Bab 267 Permohonan Jhonson

Julien menganggukan kepalanya, lalu mengikuti Jhonson.

Keduanya berjalan ke samping kolam.

Jhonson seketika menghelakan nafasnya dan berkata “Julien, aku ingin meminta bantuanmu.”

“Kak Jhonson, jangan mengatakan seperti itu, jika aku bisa membantumu, aku pasti tidak akan menolaknya.” Julien berkata.

Dia selalu berutang budi kepada Jhonson.

“Iya, baiklah.” Jhonson tidak merasa sungkan dan langsung mengatakan ini, “Akhir-akhir ini, Ivan selalu mencari perkara denganku, dan untuk hal ini, aku ingin kamu membantu aku untuk menyelesaikannya.”

“Ada apa?” Julien bertanya.

“Dia orang yang terlebih dulu menyakiti Aldo, lalu di kota G, terus saja mengembangkan kekuatannya, dan kota G yang sekarang, hampir setengah isinya berada di bawah kontrolnya dia.”

“Apakah tidak ada orang yang menghentikannya?”

“Dia menganti nama keluarganya, lalu di tambah dengan keluarga Shangguan, kamu sendiri juga tahu, keluarga Shangguan sangat picik dan susah untuk di provokasi.”

“Dan dengan latihan Ivan yang terbilang cepat, lalu peraturan di dunia praktisi, generasi satu tingkat diatasnya, tidak boleh ikut campur dengan urusan generasi di bawah...”

Dalam beberapa kata, Jhonson menyelesaikan semua perkataan ini.

Pelajaran yang di terima Ivan sudah terbilang banyak.

Singkatnya, Ivan berada di bawah payungnya mereka, yang sedang memanfaatkan semua aspek ini.

Sebagai generasi yang lebih tua pasti tidak ingin malu, dan di sisi lain tidak ada master muda di kota G.

Maka dari itu dia tidak takut, dan begitu sombong.

Sebenarnya semua ini tidak ada masalahnya, seseorang yang melakukan keributan tidak akan membuat keributan yang parah.

Hanya saja setiap permasalahan yang di lakukan oleh Ivan, terus saja mengenai Jhonson.

Dengan jelas jika dia sedang membalaskan dendamnya.

“Maka dari itu, apa yang ingin kak Jhonson butuhkan dari aku?” Julien dengan tidak yakin bertanya.

“Walapun kamu dan keluarga Lei telah saling memutuskan hubungan, tetapi aku tahu jika kamu bersama beberapa saudara di Shangguan tetap berhubungan, maka dari itu kamu adalah pilihan yang tepat.”

Jhonson menghelakan nafasnya, lalu berkata dengan berat, “Bantu aku, untuk memusnahkan dia.”

Mendengar ini, Julien terkejut.

Dengan mudah mengatakan ingin memusnahkan seseorang, semua ini terlalu kejam.

Ini bukanlah sikap dari seorang Jhonson.

Keluarga Cheng, selalu mempertahankan sikap netral kepada seluruh keluarga besar.

Jhonson ingin menggunakan tangan dia untuk memusnahkan Ivan, hal ini cukup terbilang tidak terduga, tetapi Julien tidak mengerti, mengapa Jhonson bisa semarah itu.

Tanpa menunggu dia menjawab, Jhonson berkata, “Karena... Aldo musnah di tangan dia.”

Hal ini, membuat Julien mengerti.

Ivan yang sebagai orang, bukannya dia tidak mengetahuinya.

Seseorang yang jahat.

Lalu, ketika seorang penjahat menginginkannya, maka apapun yang dia lakukan tidak akan membuat orang lain merasa terkejut.

Dan Jhonson sebagai seorang yang, memiliki putra yang di musnahkan.

Bahkan bisa menahan hingga seperti ini, dia termasuk bisa menahan semua ini.

Apalagi Julien sendiri sangat mengertinya.

Kemusnahan Aldo, menjadi alasan terbesar di dirinya sendiri.

Jika bukan karena dendam dia dan Ivan yang besar, Aldo tidak akan mengalami bencana yang besar ini.

Julien berkata, “Baik, aku akan membantu.”

Dia mengerti jika bukan dalam dua tahun ini, Dexter, Sophia, dan Nancy juga akan mendapatkan balasan dendam dari dia.

Ivan yang berbahaya ini harus, di selesaikan.

Dia bukan lagi Julien pada saat itu.

Dengan hidup bersama Naila, dia sendiri mengerti banyak hal, dan di bawah pengaruh dia perlahan-lahan pemikirannya juga ikut berubah.

Dalam waktu dua tahun ini, dia cukup bertumbuh dewasa.

Jhonson menghelakan nafas leganya, sambil dengan kagum menepuk pundak Julien, “Baik, semua ini akan ku serahkan kepadamu, aku sendiri masih ada hal yang harus di urus, aku duluan.”

“Baik.”

Julien mengantar Jhonson hingga di depan pintu, lalu dia kembali menaiki lift.

Ketika memutarkan tubuhnya, dia melihat jendela di ujung koridor.

Beberapa kejadian masa lalu, mulai menghampirinya.

Pada saat itu, dia disini berkenalan dengan Enelisa.

Dan di sini kalung kristal Enelisa terjatuh.

Dia tersenyum lalu memasuki ruangan ini sambil menutup pintunya.

Hanya saja ketika Julien tidak mengetahuinya.

Pada saat dia memasuki ruangan, dan pada saat dia menutup pintu.

Di ruangan presiden ke 2 juga terbuka.

Sebuah bayangan yang cantik keluar dari sana.

Orang ini adalah Enelisa Zhang.

Dia mengenakan baju terusan berwarna biru, dengan sepatu tinggi sekitar 10 hingga 15 cm, jika di bandingkan dengan dulu, gayanya terbilang cukup berbeda.

Dia melihat di ruangan presiden 1 dan terkejut.

Bayangan itu, membuat dia merasa tidak asing.

Tetapi yang paling penting, dalam dua tahun ini, dia sering bersosialisasi di ruangan presiden ke 2.

Mungkin saja, karena hatinya.

Malam ini, ruangan presdien 1 terbuka.

“Mungkinkah...”

Hati Enelisa bergetar, dia terus saja menyangkal pemikiran ini.

Ayahnya adalah Kanen Ma, Kanen Sima.

Dia mengubah namanya, menjadi Enelisa Sima.

Orang tersebut, ternyata murid dari keluarga Lei.

Pada saat konferensi praktisi, ketika mulai mengenali leluhurnya, mereka di kenal sebagai kekuatan sihir.

Tidak hanya tubuhnya yang hancur, dia juga di keluarkan dari keluarga Lei, bahkan mengalami pengejaran dari keluarga Lei juga Li.

Hingga hari ini, tidak tahu hidup matinya itu.

Semua berita ini, ia dapatkan dari Kanen dan Jhonson.

Karena alasan dari Kanen Sima, dia menjadi seorang praktisi.

Karena ini, dia berhak mengetahui apa yang terjadi di dalamnya.

Jhonson tidak dapat menahan kegigihannya, hingga berita yang tidak ia inginkan tersebar.

Julien... mungkin dia telah tiada.

Orang yang telah tiada, bagaimana bisa berada di sini?

Wajah Enelisa, terlihat sedih.

Dia termenung sambil berdiri di samping jendela, hingga seorang pria tampan keluar dari ruangan presiden ke 2.

Jika Julien ada, dia pasti mengenali pria ini, dia bertemu dengannya, menggunakan mobil sport bersama Enelisa.

Dengan perlahan dia mengenakan jaket di tubuh Enelisa, lalu berkata, “Di luar dingin, apa yang sedang kamu pikirkan?”

“Iya, tidak ada apa-apa, hanya mengingat masa lalu saja.”

Enelisa tersenyum, tanpa bisa menutupi rasa kesepian ini.

“Mari kita pulang.” Pria ini tersenyum dan berkata dengan lembut.

“Iya.” Enelisa menganggukan kepalanya.

Hingga berjalan kembali ke arah ruangan, dia tidak dapat menahan untuk melirik ke ruangan presiden no 1.

...

Hati Julien yang kembali ke dalam ruangan, terbilang cukup tenang.

Selama dua tahun ini, dia mengikuti Naila Shangguan dan dia cukup mendapatkan pengaruh atas ini.

Di tambah dengan kekuatan yang berkembang pesat, dia seperti bisa pergi dari dunia ini.

Tetapi sebelum bertemu dengan Naila Shangguan, kemampuan yang berada di titiknya, mungkin hanya serupa saja.

Seperti seseorang yang telah berusaha, menjadi pengusaha yang hebat.

Hingga pada saat itu, tidak peduli dia rela atau tidak, tatapannya sudah tidak bisa menjadi tatapan bisa, ketika melihat seseorang ataupun masalah.

Ketika memiliki kekuatan yang super, hati ini secara alami seperti tidak terikat.

Ethan, Adrian dan Hans, ketiga tubuh ini terbilang sudah membaik, tetapi belum benar-benar pulih.

Tetapi saja terbilang lemah.

Dua botol anggur merah itu masuk ke dalam tubuh, cukup membuat mereka mabuk.

Mereka sudah bukan anak sekolahan lagi, juga telah melewati masa perselisihan, yang cocok mabuk di usianya.

Setelah mengatakan akan bertemu kembali, mereka mengakhiri pertemuan ini.

Julien mencari alasan, lalu pergi paling terakhir.

Dia tidak memiliki kendaraan, dan juga berencana untuk kembali dengan berjalan kaki.

Jika Ethan pada melihat ini, pasti tetap akan mengantarkan dia pulang.

Dia menunggu selama 10 menint, lalu perlahan bangkit.

Tetapi, di dunia ini memang ada namanya kebetulan.

Ketika dia membuka pintu, ruangan presiden ke 2 juga terbuka secara bersamaan.

Sepasang pria dan wanita berjalan keluar.

Enelisa bersama pria itu.

Ke enam tatapan ini saling bertemu.

Enelisa terkejut, sambil menutupi mulutnya.

Julien sendiri yang merasa aneh, tetapi dengan segera di sadar.

Langkah kaki yang belum terhenti, berjalan ke arah lift.

“Tunggu, Julien!” Enelisa berkata.

Tubuh Julien terdiam, dan berhenti.

Dia memutarkan tubuhnya, dengan nada yang tenang dia berkata, “Kenapa, ada apa?”

“Kamu... kamu...”

Enelisa terkejut, dengan tidak percaya berjalan mendekatinya.

Awalnya dia ingin bertanya, kenapa kamu belum meninggal.

Hanya saja perkataan ini, ketika dia memastikan orang ini Julien, dia merasa tidak pantas di ucapkan.

Pria di samping Enelisa dengan segera tersadar.

Dengan samar-samar dia mengetahui hal ini.

Dia tersenyuml lalu menjulurkan tangannya dengan ramah.

“Halo, aku Gilan Ling, pacarnya Enelisa, kamu ini...”

“Julien Lu.” Julien menjulurkan tangannya.

Dia bukanlah orang yang berbesar hati, tetapi gurunya dari keluarga Lu, selalu saja menghormati orang lain, tapi tidak dengan diri sendiri.

Dan hal ini telah menjadi hal sebenarnya.

Kemarahannya, tidak akan menyelesaikan apapun.

“Oh, senang bisa berkenalan denganmu.”

Kedua tangan yang saling berjabatan, dengan tatapan Gilan yang terlihat dingin, dan genggaman di tangannya yang mengeras.

Mungkin karena alasan lain, atau juga karena tatapan Julien membuat dia merasa tidak nyaman.

Lalu, wajah Julien tetap terlihat biasa juga dingin.

Dia tidak menggunakan Reiye, tetapi melihat pria ini dengan santai.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu