Too Poor To Have Money Left - Bab 116 Gunakan Handukku Saja

“Ah, jangan masuk!”

Julien Lu menutupi dadanya dengan kedua tangannya dan merapatkan kakinya dan berseru.

“Tenanglah, aku hanya mengantarkan pakaian untukmu...” Enelisa Zhang segera menjelaskan sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang.

Lalu sebuah gaun tidur berukuran besar dimasukkan...

Julien Lu tertegun, “Tidak, aku...”

“Kau harus mengenakannya, di rumahku tidak ada baju pria...”

Kata Enelisa Zhang dengan wajah tersipu sambil menggigit bibirnya.

“Tak perlu, aku tetap di kamar mandi saja!” Julien Lu tetap menolak.

“Tapi hanya ada 1 kamar mandi di rumahku.”

Julien Lu segera mengerti, jika hanya ada 1 kamar mandi, cepat atau lambat Enelisa Zhang juga perlu menggunakannya.

“... Baiklah, akan kukenakan.”

...

5 menit kemudian.

Julien Lu duduk di sofa dengan sebuah bantal menutupi pahanya, ekspresinya tampak canggung.

Enelisa Zhang duduk di sebelahnya dengan diam sambil memainkan jemarinya.

Singkatnya, selama beberapa saat mereka hanya terdiam.

Tak berapa lama kemudian, Enelisa Zhang berkata dengan lirih, “Aku telah memasukkan bajumu ke dalam mesin cuci, setelah selesai nanti akan kubantu mengeringkan, seharusnya besok pagi sudah kering... bagaimana menurutmu?”

“Hmm, ah, baiklah...”

“Apakah ada bagian yang mengalami luka bakar? Apakah ada yang melepuh?”

Julien Lu tak bisa berkata-kata...

Enelisa Zhang segera menutupi mulutnya, seolah berusaha menarik perkataannya.

Ia hanya menanyakannya karena peduli, tak ada maksud lain.

“Tak ada...”

“Baiklah, tidurlah di sini, aku masuk ke kamar dulu.”

Setelah berkata, dengan cepat Enelisa Zhang kabur masuk ke kamarnya, setelah menutup pintu, ia memegangi dadanya.

Kamar ini serasa dipenuhi suara detak jantungnya yang berdegup kencang...

“Kenapa jadi seperti ini!” Enelisa Zhang merasa sangat kesal.

Sikap tegas dan berwibawanya yang biasa tampak di tempat kerja kini hilang.

Entah bagaimana, ia membuat kekacauan besar. Bukan hanya kekacauan biasa, kekacauan besar.

Awalnya, karena mendengar Julien Lu akan pergi ke Jianmen Pass besok pagi.

Ia ingin ikut pergi bersamanya.

Karena itulah ia berbalik dan mengundang Julien Lu masuk untuk mengobrol. Sebenarnya ini hanya kalimat basa-basi untuk membuka topik pembicaraan.

Tak disangka, Julien Lu setuju.

Maka ia berpikir sebaiknya mereka minum kopi juga, sekaligus mengajak Julien Lu naik agar lebih nyaman untuk mengobrol.

Benar-benar tak disangka...

....

Julien Lu juga belum pernah mengalami hal seperti ini, ia benar-benar ingin membentur-benturkan kepalanya ke tembok, apa-apaan ini!

Tapi sekarang ia juga tak punya pilihan lain, hanya bisa menunggu sampai bajunya kering besok pagi.

Maka ia mengirim pesan pada Dexter Li, bahwa ia baru akan pulang besok pagi.

Tak lama kemudian, Enelisa Zhang yang telah mengenakan piyama berjalan menuju kamar mandi untuk mengeringkan pakaian Julien Lu.

“Hmmm.. Enelisa Zhang, bolehkah aku mengusulkan sesuatu?” tiba-tiba Julien Lu bertanya.

Enelisa Zhang segera berhenti.

Dengan ekspresi heran Julien Lu berkata, “Kenapa kau tak meminjamiku piyama yang sedang kau pakai saja?”

Enelisa Zhang tertegun saat mendengarnya.

Tadi pikirannya sedang kacau, ia sampai lupa ada sepasang piyama yang sangat jarang dikenakannya, ia malah memberikan gaun tidur pada Julien Lu.

....

5 menit kemudian.

Julien Lu mengenakan piyama itu, dan Enelisa Zhang mengenakan gaun tidur.

Akhirnya Julien Lu bisa menghembuskan nafas lega, akhirnya ia tidak merasa begitu kosong.

Enelisa Zhang mengeringkan baju Julien Lu, lalu kembali masuk ke kamarnya.

Semalaman Enelisa Zhang tidak bisa tidur.

Sementara Julien Lu langsung tertidur lelap.

...

Dini hari, Enelisa Zhang duduk di kasurnya, bisa dibilang ia sama sekali tidak tidur semalaman.

Ia melihat jam, pukul 6.

Ia membuka pintu kamarnya dan mengintip, dan mendapati Julien Lu entah bagaimana telah terbaring di lantai.

Ia menutup pintu.

Ia berganti pakaian baru, meraih sebuah selimut, dan berjalan keluar.

Julien Lu tidur sangat nyenyak karena kemarin ia telah melewati begitu banyak masalah, seperti diculik oleh Henley Chen.

Sebenarnya, selama beberapa tahun ini, setiap hari ia selalu sangat sibuk.

Dengan lembut Enelisa Zhang menyelimuti Julien Lu.

“Sebenarnya ia tampan juga.”

Saat memikirkannya, wajah Enelisa Zhang memerah.

Lalu pandangannya terarah ke bagian tubuhnya yang tersiram kopi panas, dan jantungnya berdegup kencang.

“Brengsek! Hina! Lagi-lagi menggunakan cara ini...”

Seolah sedang memimpikan sesuatu, Julien Lu mengibaskan kedua tangannya.

Enelisa Zhang terkejut, tapi saat menyadari Julien Lu hanya sedang bermimpi, ia terkikik.

Lalu bangkit berdiri dan kembali ke kamarnya.

Pukul 7.

Julien Lu terbangun karena ponselnya berdering.

“Kak, kau di mana? Dexter Li bilang kita harus berangkat pukul 8!”

Begitu ia menerima teleponnya, suara Nancy Lu segera terdengar.

“Oh... ah! Iya, aku tahu.”

Julien Lu segera teringat akan acara hari ini, ia harus bergegas ke bandara!

Ia segera bangkit dan bergegas mengambil pakaiannya yang telah kering di jemuran, lalu masuk ke kamar mandi.

Setelah berganti pakaian, Julien Lu keluar dari kamar mandi dan mendapati Enelisa Zhang berdiri di depan pintu.

“Ini sikat gigi untukmu, pasta giginya ada di dalam, dan handuk... kau bisa menggunakan handukku,” Enelisa Zhang berusaha bersikap biasa.

“Oh, terima kasih!” Julien Lu menerimanya, lalu kembali menutup pintu kamar mandi.

Setelah cuci muka dan sikat gigi, Julien Lu menatap handuk yang tergantung di sebelahnya.

Sejenak ia merasa ragu, tapi akhirnya meraihnya, dan saat ia mendekatkannya ke wajahnya, ia menciumnya, “Wangi sekali...”

Setelah keluar dari kamar mandi, Julien Lu bergegas mengenakan sepatunya dan hendak berpamitan pada Enelisa Zhang.

Di saat yang sama, Enelisa Zhang keluar dari kamarnya, ia mengenakan setelan training, topi, sneakers, dan membawa sebuah travel bag.

“Julien Lu, bolehkah aku ikut dalam liburan ini?”

Tanya Enelisa Zhang dengan gugup, takut ia akan ditolak.

Kemarin malam, ia telah memutuskan.

Dan ia adalah seorang yang akan segera bertindak begitu ia telah menentukan tujuannya.

Ia tak merasa malu, jika tidak mana mungkin ia berhasil mendapatkan segala yang dimilikinya saat ini berkat usahanya sendiri.

“Hah? Boleh.”

Julien Lu segera menyetujui.

Ia juga tak perlu berkemas lagi, kopernya, koper Nancy Lu, dan koper Christina Chu telah dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Mereka turun, dan Julien Lu mengendarai Karlmann King menuju Hotel Paradise.

Pukul 7.50.

Julien Lu memarkirkan Karlmann King di parkiran bawah tanah, lalu mereka naik ke lobi lantai 1.

Saat ini, semua yang lain telah menunggu di sana.

Ada Jhonson Cheng juga.

“Kak, siapa ini?” tanya Nancy Lu sambil menatap Enelisa Zhang.

Julien Lu tertawa, dan sebelum ia sempat berkata, Enelisa Zhang mengulurkan tangan dan sambil tersenyum memperkenalkan diri, “Halo, namaku Enelisa Zhang, aku teman Julien Lu, kau pasti Nancy Lu, adiknya, kau cantik sekali.”

“Teman... apa?” Nancy Lu membelalakkan mata dan dengan spontan menoleh ke arah Christina Chu.

Julien Lu juga menoleh ke arahnya.

Tapi ekspresi Christina Chu sama sekali tak berubah, hanya tampak agak canggung karena mereka menatapnya.

Melihat suasananya menjadi canggung, Jhonson Cheng segera menengahi, “Semuanya, mobil sudah siap, kalian harus bergegas, lanjut mengobrol di perjalanan saja.”

“Betul, betul, pesawat takkan menunggu kita!” jawab Julien Lu.

Saat ia mendengar Enelisa Zhang ingin ikut, saking senangnya ia sampai lupa bahwa Christina Chu juga ikut dalam liburan ini.

Mereka menuju pintu utama, dan 4 mobil Audi telah menunggu.

Jhonson Cheng tersenyum dan berpesan, “Julien Lu, masalah Aldo itu kuserahkan padamu.”

“Jangan khawatir, Kak Cheng,” Julien Lu mengangguk.

Dengan adanya Dexter Li, tak akan ada masalah.

“Jianmen Pass adalah tempat yang sangat menyenangkan, semoga perjalanan kalian lancar.”

Kata Jhonson Cheng sambil menepuk-nepuk bahu Julien Lu.

“Huh, ayo berangkat!” Nancy Lu menatap Julien Lu dengan geram dan menarik tangan Christina Chu.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu