Too Poor To Have Money Left - Bab 263 Tiga Tahun Kemudian Bersatu Kembali

"Aih?" Julien menghela nafas.

Dia bergegas berjalan dua langkah untuk mengikuti Naila.

Tidak lama, Julien memutuskan untuk berhenti.

Seorang yang sangat jebar ini, juga master yang sudah mencapai tahap Jindan, ternyata takut dengan petir.

Terpikir dengan ini, Julien juga tertawa.

"Aku katakan padamu, jika dicuaca petir ada yang berjalan di alam liar, sangat mudah disambar petir."

Sebenarnya saat Julien mengatakan ini, dia tidak ada maksud lain.

Dia hanya merasa sangat bosan, jadi bercanda pada Naila.

Seperti dulunya, dia sering bercanda dengan Nancy.

Namun setelah Naila mendengar ini, dia bergegas berhenti.

Lalu berkata, "Aku merasa katamu sangat masuk akal, kalau begitu kita cari tempat untuk menghindari hujan."

Meskipun dia sudah menahan.

Tetapi tidak bisa menutupi suara gemetarnya.

Kali ini Julien memastikan bahwa Naila takut dengan petir!

"Hahaha!"

Tidak tahan lagi, akhirnya Julien tertawa.

Setelad dipikir merasa sama seperti master hebat yang takut dengan tikus.

Naila mengerutkan dahi, lalu dengan dingin bertanya, "Apa yang kamu tertawakan?"

"Em, tidak ada!" Julien melambaikkan tangan.

"Kalau begitu, ayo pergi."

Melihat kondisi ini, Julien hanya bisa berjalan di depan.

Hujan ini datang dengan cepat.

Ketika hujan deras mengguyur, Julien membawa Naila menemukan rumah petani.

Rumah ini adalah rumah ubin, di dalam ada satu ruang tamu dan tiga kamar.

Tuan rumah sangat antusias, juga mendesak istrinya memasak dan dia menuangkan air untuk mereka.

Julien sambil berbincang dengan tuan rumah, sambil diam-diam menatapi ekspresi Naila.

Saat ini ekspresi Naila tidak tenang seperti biasanya.

Wajahnya sangat pucat, juga terlihat takut dan melalui jendela melihat petir di luar.

Tindakan aneh ini membuat Julien penasaran.

Dia mengira Naila diusia muda mencapai tahap empat, pasti tidak takut pada apapun.

Meskipun takut, juga tidak akan takut petir.

Hujan ini tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.

Suara petir ini seperti drum.

Sampai jam sepuluh malam, tuan rumah sudah ngantuk jadi membawa istrinya kembali ke kamar untuk tidur.

Julien melihat jelas perubahan suasana hati Naila.

Dia berpikir untuk mendekatinya, juga berpikir apakah dia perlu di saat ini menghiburnya?

Seperti petir itu tidak begitu mengerikan atau yang lain.

Tetapi baru mendekati, Naila sudah berkata, "Tunggu kamu sudah mencapai tahapku, kamu tentu saja tahu apa yang aku takutkan. Julien perjalanan ini sangat kejam."

Kata yang sudah mau dikatakan keluar, ditelan oleh Julien lagi.

Selama bersamanya beberapa hari, Julien merasakan satu hal yaitu setiap Naila berbicara, perkataannya pasti sangat bermakna dan ada maksud lain.

Julien tidak menggerti jadi menggelengkan kepala dan kembali ke posisinya.

Naila tidak tidur, dia juga malu.

Kemudian mereka berdua hanya diam.

Hujan turun sepanjang malam.

Jam lima pagi, hujan baru berhenti.

Julien meletakkan sedikit uang, kemudian pergi bersama Naila.

Naila tampaknya ingin berjalan disetiap sudut China, bahkan ke setiap desa.

Seolah-olah berjalan adalah semua cara latihannnya.

Terkadang dia akan mengatakan pada Julien tentang wawasan dan pemahaman praktisi.

Di bawah bimbingannya, Julien ada kemajuan pesat.

Mereka sudah berjalan selama satu tahun.

Dalam satu tahun ini, Julien terus mengikuti Naila, juga berjalan sangat jauh.

Awalnya merasa membosankan, tidak senang, akhirnya merasa tenang.

Suasana hati Julien terjadi perubahan besar.

Dia menyadari apa itu praktisi dan apa itu latihan.

Malam Tahun Baru Imlek, mereka berdiri di satu jembatan melihat kembang api.

Naila bertanya, "Apa kamu sudah bersiap pergi?"

Julien berpikir, kemudian menggelengkan kepala berkata, "Belum ada rencana ini."

Jadi dia berjalan satu tahun lagi.

Satu tahun ini Julien dari dalam sampai luar seperti berubah menjadi seseorang.

Dia menjadi dewasa, tenang dan memiliki pemahaman dalam terhadap praktisi.

Rambutnya sudah dipotong pendek.

Sepasang matanya sangat tenang juga dalam.

Malam Tahun Baru Imlek.

Namun dua orang ini berdiri di atas lereng.

"Kamu sudah saatnya pergi." Kata Naila dengan tenang.

"Iya." Julien menganggukkan kepala.

"Kalau begitu satu tahun kemudian, kita baru bertemu."

Selesai mengatakan ini, Naila pun pergi.

Julien dengan senyum melambaikkan tangan.

Berpisah di tempat ini.

Kemudian dia berbalik badan dan memilih satu arah.

Setengah tahun lalu, Julien sudah mencapai tahap master.

Sudah saatnya kembali.

Terpikir dengan Sophia dan Nancy, Julien merasa bersalah.

Satu-satu hal yang dia inginkan adalah kembali ke Kota G.

Sekaligus membesuk Enelisa.

Julien tidak naik transportasi.

Malah memilih siang dan malam berjalan sendirian selama setengah bulan.

Saat kembali ke villa sendiri, sudah tengah malam.

Dia tidak ingin membangunkan siapa pun, jadi masuk dari balkon.

Di dalam villa, hanya ada ibu dan putri.

Dexter tidak ada di rumah.

Julien mengerutkan dahi, dengan pelan membuka kamar Dexter, baru menyadari baju masih ada.

Kembali ke kamar untuk mandi.

Kemudian berbaring di tempat tidur dan tidur.

Jam lima pagi, Julien bangun, setelah mandi, dia turun ke bawah.

Dia berjalan ke dapur untuk membuat sarapan pagi.

Seperti dulunya, tubuh Sophia tidak baik, jadi dia sering bangun pagi untuk buat sarapan baru berangkat kerja.

Kehidupan terus berubah.

Siapa yang bisa bayangkan, seorang pemuda yang sederhana dan bekeluarga miskin.

Bisa di dalam waktu tiga tahun berubah dari pria miskin menjadi pewaris miliarder.

Kemudian berubah menjadi seorang praktisi dan sekarang ditahap master.

Naila pernah katakan, kemampuan dia sudah sebanding dengan tahap setengah Jindan.

Karena praktik metodenya adalah jurus rahasia Keluarga Lei yang juara satu di Dunia praktisi yaitu Guntur Petir Ungu.

Kemudian Reiye dalam tubuhnya bisa beroperasi sendiri.

Paling penting adalah dia memiliki ribuan Dantian.

Singkatnya, dia kembali saat ini tanpa khawatir.

Dia tidak takut pada Draco.

Pertama karena perubahan suasana hatinya, kedua karena dia mempunyai kemampuan yang cukup.

Kenyataannya adalah dia kembali ke Kota G untuk membereskan semua masalah Keluarga Lei.

Menggoreng enam telur, juga memasak sepanci bubur.

Sangat sederhana, tetapi sangat hangat.

Tidak lama terdengar suara pintu terbuka.

Julien tersenyum, lalu meletakkan telur goreng dan bubur di atas meja.

Kemudian mencuci piring.

"Ibu, kenapa hari ini kamu bangun begitu pagi?"

Ini adalah suara Nancy.

"Ibu?"

Nancy merasa aneh karena tidak mendapat jawaban dari Julien.

Saat dia muncul di dapur.

Dia menjadi terkejut.

Dia dengan bodoh melihat Julien dan tatapan penuh dengan ketidakpercayaan.

Sudah dua tahun tidak berjumpa, Nancy berubah sangat banyak, dulunya mengikat satu rambut, sekarang rambutnya sudah keriting.

Bentuk tubuh sudah terlihat jelas dan sangat tinggi.

Menjadi wanita cantik.

Julien tersenyum, tampaknya Dexter menjaga Nancy dengan baik.

"Cepat makan sarapan, jika tidak kamu akan terlambat ke sekolah."

Selesai bicara, Julien baru terpikir bahwa Nancy sudah tamat setengah tahun.

Julien melambaikkan tangan dan dengan malu tersenyum.

Dia mengira hanya pergi setengah hari atau satu hari.

Nancy bergegas menutup mulut, mata memerah dan penuh air mata.

Ketika Julien melihat ini, dia menjadi panik.

Meskipun setengah bulan ini dia ada beberapa kali membayangkan adegan pertemuan mereka.

Mungkin dengan sikap Nancy yang emosional ini akan maju ke depan memberinya dua tamparan.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu