Too Poor To Have Money Left - Bab 264 Adegan Yang Seharusnya Tidak Dilihat

Tindakan Nancy seperti ekspektasi Julien, Nancy bergegas ke depan.

Namun adegan tamparan tidak terjadi.

Hanya masuk ke dalam pelukannya.

"Wuwu, kak, sudah dua tahun, ke mana kamu, apa kamu tahu aku dengan ibu sangat merindukanmu?"

Ketika mendengar suara tangisan Nancy, Julien tidak tahu bagaimana menjawab.

Dia mengangkat tangan untuk mengelus rambut Nancy, lalu berkata, "Bukannya aku sudah kembali."

"Di mana Kak Christina? Dia pergi bersamamu, kenapa tidak bertemu dengannya?"

Kehangatan yang baru saja dirasakan, sudah terpotong oleh perkataan Nancy.

Christina Chu......

Dia mempercayakannya pada Harry.

Sudah berlalu sangat lama, bisanya dia tidak terpikir untuk bertanya pada si pecandu bir tentang kabar Christina.

"Em, dia mengikuti temanku untuk belajar sesuatu, harusnya dia sangat baik."

Apakah dirinya sudah terbiasa dengan kehidupan sebelumnya, sehingga Julien menyadari bahwa pertanyaan adiknya sangat susah.

Nancy keluar dari pelukan Julien, lalu dengan sepasang mata merah meliriknya.

Tidak lama, dia dengan bingung berkata, "Kak, kamu berbeda dengan dulunya, tadi aku hampir tidak mengenalimu."

"Kamu juga, kenapa rambutnya dibuat keriting, aku mengira kamu berubah menjadi gadis tidak baik."

Julien tersenyum, lalu bertanya, "Oh ya, bagaimana dengan ibu?"

"Baik-baik saja, hanya saja sangat merindukanmu."

Nancy menghisap hidung, kemudian berkata, "Aku panggil ibu bangun......"

"Tidak perlu, ibu sudah bangun."

Waktu yang sama mata Julien melihat ke arah pintu dapur.

Sosok yang familiar itu, muncul di posisi di mana Nancy berdiri tadi.

"Julien?"

Sophia juga terkejut seperti Nancy.

"Ibu, ini aku." Kata Julien.

Saat ini dalam hatinya merasa senang juga merasa bersalah.

Awalnya bersama dengan Naila, juga sesekali memikirkan ibu dan adiknya.

Tetapi pelan-pelan, dia seperti melupakan mereka.

Saat ini bertemu, suasana hatinya sangat rumit dan susah dikatakan.

Sophia tidak antusias seperti Nancy, tetapi siapapun bisa melihat jelas bahwa dia berusaha menahan.

Dia tersenyum, namun suara gemetar, juga terus menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, sangat baik."

"Kita makan dulu, aku sudah membuat sarapan."

Julien maju ke depan, memegang tangan Sophia, lalu berjalan ke meja makan.

Duluan membiarkan dia duduk, baru menuangkan tiga mangkok bubur dan diletakkan terpisah.

Akhirnya Julien duduk di samping Sophia.

Semuanya seperti kembali ke masa lalu.

Dua tahun kemudian, dia baru bisa kembali.

Tidak ada perkataan yang banyak karena kehangatan saat ini sudah bisa memenangkan ribuan kata.

Sudah lama tidak bertemu, sehingga Julien tidak tahu kondisi rumah ini apalagi kondisi Nancy.

Setelah ditanya baru tahu, Nancy sekarang menjadi pegawai Enelisa dan bekerja di Hongtu's Property.

"Tunggu dulu, aku beritahu kabar ini pada Kak Enelisa, dia pasti sangat senang!"

"Tidak perlu, sampai saat itu aku akan memberinya kejutan." Kata Julien dengan senang.

Sophia dengan khawatir berkata, "Julien, kamu kali ini kembali......apa kamu tidak pergi lagi?"

"Tidak kecuali perlu keluar mengurus masalah, tetapi aku janji tidak akan butuh waktu untuk kembali."

Setelah mendengar ini, Sophia baru bisa tenang.

"Dexter bilang kamu ke luar negri belajar, tetapi kenapa tidak menelepon aku?"

"Signal tempat itu tidak baik, jadi......" Sekejap Julien menjadi diam.

Bukan dia tidak ingin menelepon, tetapi ada banyak faktor.

Misalnya dia khawatir jika menelepon mereka, maka tidak bisa melidungi keamanan mereka.

Mereka dengan senang makan sarapan dan berbincang.

Nancy sudah mau berangkat kerja, dia tidak mengendarai mobil Koenigsegg CC yang dibeli Julien, malahan mengendarai mobil Land Rover yang dibeli oleh dia dengan Julien.

Kemudian pintu terbuka, lalu melihat Dexter kembali.

Senyuman Julien, juga pelan-pelan kembali normal dan tidak bisa melihat kesenangan atau kesedihan.

"Ih? Tuan muda?"

Dexter menunjukkan ekspresi kaget.

Dia berjalan beberapa langkah, lalu melirik Julien dari atas sampai bawah.

Baru dengan tertawa berkata, "Aku tidak menyangka, kamu bisa begitu cepat kembali."

"Semalam, ke mana kamu?" Pertanyaan Julien.

Dia baru kembali ke rumah, lalu menyadari Dexter tidak ada, dia benar-benar tidak senang.

Karena Dexter tampaknya tidak menepati janji waktu itu, hanya meninggalkan Sophia dan Nancy di dalam rumah.

Tetapi Dexter tidak pergi.

Jadi tidak bisa mengatakan dia tidak tepat janji.

Apalagi ini perjanjian yang dikatakan karena hubungan sahabat.

Meskipun Dexter tidak melakukan dengan baik, dia juga tidak bisa memaksanya.

"Aku ada di atas gunung." Dexter menunjuk ke atas gunung, kemudian dengan senyum berkata, "Aku tahu kamu akan selamat."

"Tidak disangka setelah menghancurkan peraturan mula, kemampuanmu tampaknya berkembang pesat."

Julien tidak membantah, hanya menganggukkan kepala.

Dalam hati sudah mengerti, ternyata Dexter bukan pergi, malah ke atas gunung latihan.

"Masih pagi, jika tidak kita jalan-jalan ke atas gunung?"

Maksud perkataan Dexter adalah mereka ke sana untuk belajar bersama.

Dia sangat prihatin pada perkembangan praktisi Julien, bagaimana pun dia adalah panduan bagi Julien.

"Tidak, kamu istirahat dulu, aku ingin jalan-jalan."

Julien dengan senyum melihat Nancy mengendarai Land Rover meninggalkan villa.

Tidak tahu kenapa, sekarang dia ingin bertemu dengan Enelisa, sekaligus bertanya apa dua tahun ini, dia baik-baik saja?

"Baiklah, jika kamu sudah kembali, maka cari waktu untuk membesuk Bos Cheng, beberapa hari ini dia terus mengungkit masalahmu, mungkin dia sudah mendapat kabar." Dexter tertawa berkata, "Aku hampir lupa, Keluarga Cheng adalah tempat yang cepat mendapat kabar."

"Iya."

Setelah Julien menjawab, dia juga keluar.

Dexter melihat sosok Julien, lalu mencibir mulut untuk berbicara, kemudian masuk ke dalam villa.

Dia tidak mengendarai mobil, juga tidak naik transportasi lain.

Setelah mengikuti Naila selama dua tahun, suasana hatinya sudah berubah, bisa dikatakan perubahan besar.

Misalnya dia tidak akan terpengaruh oleh barang-barang.

Uang atau materia, hanya menunjukkan kesombongan.

Di dalam mata praktisi, hal ini tidak perlu ada.

Istilahnya adalah di saat ada satu hal yang lebih penting dari uang, maka uang terlihat tidak penting.

Turun dari lereng tinggi, Julien berjalan di tepi pantai, lalu berjalan ke arah Kota G.

Hanya puluhan kilometer, tidak jauh.

Jalan yang di bawah kakinya, sudah melewati angka itu.

Julien sedang jalan, juga sedang berpikir.

Dia sudah menjadi praktisi.

Meskipun tidak ada yang mengatakan padanya, tetapi predeksi menyatakan bahwa dia ada firasat terhadap banyak hal.

Jika bisa membiarkan Sophia dan Nancy latihan.

Pasti sangat baik.

Sekarang kemampuan dia berada diposisi master.

Bahkan sebanding dengan tahap setengah Jindan.

Ini bearti diantara para praktisi, dia sudah masuk tahap puncak.

Namun, jika bukan karena serangkaian masalah, lalu bertemu dengan Naila, meskipun dia jenius, juga tidak bisa berkembang pesat.

Dalam hal ini, dia sangat berterima kasih pada Naila.

Dia berjalan sampai Hongtu's Property, berhenti sebentar baru pergi ke restoran depan.

Memesan dua makanan, satu botol bir, lalu menuangkan bir untuk diri sendiri.

Dia tidak memiliki kecanduan bir, hanya saja terpengaruh oleh Naila ketika mengikutinya.

Dari jam 08.30 pagi, menunggu sampai jam 5 sore.

Sudah minum beberapa botol bir.

Akhirnya dia melihat sosok Enelisa keluar dari gedung Hongtu's Property.

Nancy tidak di sini, katanya Enelisa memberikan dia satu proyek, jadi saat ini Nancy seharusnya pergi ke salah satu proyek Kota G.

Julien melunasi biaya makan, kemudian berjalan keluar.

Dia menyeberang, lalu berdiri di depan pintu perusahaan, dia tahu Enelisa sebentar lagi akan mengendarai mobil pergi.

Sama seperti pemikarannya.

Sekitar sepuluh menit.

Sudah melihat mobil balap keluar dari pintu perusahaan.

Namun situasi spesifik itu, tidak sama seperti pemikiran Julien......

Yang mengendarai mobil adalah pria berumur tiga puluh dua tahun.

Tangan Enelisa sedang memegang seikat bunga mawar.

Dan satu tangannya dipegang oleh pria itu.

Ekspresi Julien pelan-pelan menjadi dingin.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu