Too Poor To Have Money Left - Bab 338 Kalau Tidak Ada Kamu Di Dunia Ini, Biarlah Jadi Gila Saja

Bahkan suara jarum jatuh di ruang tamu pun dapat terdengar, tapi Julien Lu bisa merasakan suasana yang menegangkan.

Dan nafas berat yang menekan.

Julien Lu tidak bisa menahan perasaan gelisahnya lagi, dia merapikan pakaiannya dan memaksakan senyumnya.

Dia berjalan masuk.

Kalau diketahui oleh praktisi lain bahwa Biarawan Jindan yang bermartabat ternyata memiliki postur tubuh yang begitu umum, mungkin akan terkejut.

"Kalian semua di sini? Makan malam Tahun Baru sudah siap juga." Julien Lu menyeringai.

Tapi senyum ini seperti rasa bersalah.

Melihat ekspresi kerumunan lagi, wajah mereka seragam dan tanpa ekspresi, Julien Lu seolah ingin pingsan.

Bicara ….

Jenisa Wu, wanita ini, benar-benar bicara ….

Sophia Liao mengangguk, dan berkata dengan ringan, "Karena semua sudah kumpul kembali, ayo makan."

"Ibu, aku akan membantumu."

Jenisa Wu membantu Sophia Liao bangun, yang lainnya juga berdiri, menemani Sophia Liao, dan berjalan ke dapur bersama.

Panggilan ini terdengar seperti guntur di telinga Julien Lu, hampir mengejutkan.

Nancy Lu berjalan di paling akhir, saat dia melewati Julien Lu, dia memutar bola matanya, menandakan bahwa dia habis sudah.

Setetes keringat dingin muncul di dahi Julien Lu.

Sepuluh lauk, tiga bakul nasi.

Segera setelah Dexter Li duduk, dia meraup bakul dan menariknya.

Sophia Liao selalu mengunyah perlahan.

Christina Chu juga makan nasi dalam mangkuk dalam gigitan kecil.

Selama periode waktu ini, bagi Julien Lu, terasa seperti setahun.

Akhirnya, Sophia Liao menghabiskan setengah mangkuk nasi, dia meletakkan mangkuk dan sumpit, lalu memandang Julien Lu, “Sudah berpikir dengan jernih?"

"Tak!"

Tangan Julien Lu gemetar, dan sumpitnya jatuh di atas meja makan.

Melihat mata polos Jenisa Wu, dia memandang Christina Chu yang masih makan, dan Enelisa Zhang, hatinya kewalahan.

Beberapa kali, kata ‘tidak’ hampir terlontar.

“Ya.” Julien Lu mengangguk.

Saat ini, seluruh kepalanya sepertinya dipenuhi dengan pikiran yang berat, saat dia bereaksi, kata-kata itu sudah diucapkan.

"Tak!"

"Tak!"

Suara dua pasang sumpit jatuh dari meja makan, tidak diragukan lagi sangat mendadak.

Lima pandangan semuanya jatuh pada Christina Chu dan Enelisa Zhang.

“Yah, aku, um, aku sudah kenyang.” Enelisa Zhang berdiri dengan tergesa-gesa, dia berkata sambil memaksakan senyumnya, “Aku masih ada urusan di rumah, aku harus pulang dan menanganinya dulu, kalian makan saja perlahan, um, Selamat Tahun Baru.”

Setelah selesai berbicara, Enelisa Zhang segera berbalik dan berjalan keluar, saat dia berbalik, air mata mengalir seperti tali layang-layang yang putus.

Sejak kembalinya Julien Lu, Enellia Zhang telah memikirkan satu hal setiap hari, itu adalah cara memperbaiki hubungannya dengan Julien Lu.

Tapi hubungan antara keduanya selalu datar.

Karena hal ini, dia hidup dalam rasa bersalah dan sedih setiap hari.

Belakangan ini, dia sering datang ke sini, yang pertama untuk melihat apakah Julien Lu sudah kembali atau belum, kedua untuk menemani Sophia Liao mengobrol.

Dia percaya bahwa dengan ketulusan, Julien Lu akan selalu memaafkannya atas apa yang telah dia lakukan suatu hari nanti, meskipun itu tidak sukarela.

Baru saja, hatinya hancur.

Tapi dia tidak bisa membenci.

Julien Lu pernah menanyakan beberapa pertanyaan padanya, dan dia masih tidak dapat menjawabnya hari ini.

Tidak dapat disangkal bahwa dia menyakiti Julien Lu lebih dulu.

Dan dia tahu itu dengan sangat jelas.

Dari segi latar belakang keluarga, dia memang tidak bisa dibandingkan dengan Jenisa Wu, dalam hal dedikasinya, dia tidak bisa dibandingkan dengan Christina Chu.

Jadi, setelah Julien Lu kembali, dia menjadi rendah diri, dia benar-benar melepaskan keseriusannya sebagai seorang wanita.

Tetapi meski dia ingin menurut, dia tidak bisa menemukan kesempatan.

Hari ini, semua harapan dan visinya telah musnah.

....

Makan malam Tahun Baru ini adalah makanan tersulit yang pernah dialami Julien Lu.

Setelah makan, dia hanya ingin meninggalkan meja, Christina Chu juga meletakkan peralatan makan dan menoleh.

"Bibi Liao, Nancy Lu, aku akan kembali, masih ada urusan di sana."

Dulu, Christina Chu mencari alasan bahwa dia mencari kerabat jauh ibunya, dan keluarga itu memperlakukannya dengan sangat baik.

Tentu saja, Sophia Liao dan Nancy Lu tahu apa maksud dari arti perkataannya itu, dia ingin kembali ke keluarga Shangguan.

"Ah, Christina, tahun baru belum berlalu, kenapa kamu begitu ... buru-buru pergi?”

Ketika Sophia Liao mengatakan ini, suaranya sedikit bergetar, dia tiba-tiba merasa bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah.

"Tidak, aku sudah makan malam Tahun Baru, ini bisa dianggap sudah melewati Tahun Baru."

Christina Chu tersenyum tipis, wajahnya terlihat seperti biasa, dia membungkuk sedikit ke Sophia Liao dan naik ke atas.

Sepertinya, mau mengemas koper.

"Kak Christina, tunggu aku!"

Nancy Lu menatap tajam pada Julien Lu dan segera mengikuti Christina.

"Ibu, aku juga sudah kenyang, ibu makan saja pelan-pelan, aku pergi ke kamar Julien Lu dulu untuk menyeduh teh."

Jenisa Wu bangkit berdiri, dia mengangguk dengan sopan, lalu berjalan menuju tangga di lantai dua.

“Aduh, tuan muda, Bibi Liao, aku sudah berjanji pada Bos Cheng, aku harus kumpul kesana, nanti malaman aku pulang."

Melihat suasana yang tidak bagus, Dexter Li pun mencari alasan untuk pergi.

Sejauh ini, hanya tersisa dua orang di dapur.

Julien Lu duduk dengan patuh, dia tidak berbicara, bahkan tidak tahu harus bicara apa, dia berharap, Sophia Liao bisa berbicara saat ini.

Siapa sangka setelah Sophia Liao duduk selama beberapa menit, diam-diam dia merapikan piring.

Christina Chu tidak perlu mengemas apa pun.

Yang utama adalah membereskan kamar tempat tinggalnya, lalu turun dengan ransel.

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Sophia Liao, di bawah mata merah Nancy Lu, dia meninggalkan Vila Keluarga Lu.

Julien Lu berjalan kembali ke kamarnya pada saat itu, ketika Christina Chu turun, keduanya lewat.

Dia berdiri di balkon, bahu-membahu dengan Jenisa Wu, dan menyaksikan Christina Chu pergi.

“Kamu sudah puas.” Julien Lu menghela nafas.

Bagaimana mungkin dia tidak tahu, Jenisa Wu melakukan ini dengan sengaja, meski dia ingin bicara, dia juga harus mencari waktu yang tepat.

Pada saat itu, kebetulan tepat

Jenisa Wu menyesap tehnya dan berkata sambil tersenyum, "Julien Lu, aku berbeda dari mereka."

“Hehe, benarkah?"

"Karena aku berakal sehat, aku tidak pernah meminta banyak, tetapi begitu aku menginginkannya, tidak ada yang bisa mengambilnya dariku."

Jenisa Wu masih memiliki nada suara yang ringan, seperti acar dan bubur putih yang tidak bisa dicicipi, namun tidak bisa dikatakan tidak ada rasa.

....

Malam sudah datang, sesosok tubuh kurus, dengan kepala menunduk tanpa tergesa-gesa, berjalan menuruni gunung, di bawah penerangan lampu jalan, bayangannya terbentang.

Jika bisa menjambak rambutnya, kamu bisa melihat wajahnya yang pucat dan seperti kesepian itu.

Matanya sedikit cekung, yang membuat orang itu terlihat sedikit bodoh dan kehilangan.

Bibir tipisnya terkatup rapat, tampak tegas dalam ketidakberdayaan.

Dia berjalan dari lereng gunung ke Binhai Road, tampak seperti baru bangun dari mimpi, dia berbalik untuk melihat supercar yang diparkir di sisi jalan dan seorang wanita di samping pagar pembatas.

Alasannya adalah dia mendengar suara tangisan.

Setelah memikirkannya, dia masih berjalan dan berdiri di samping wanita itu, tanpa bersuara.

Wanita itu bersandar di samping pagar pembatas dan menangis selama setengah jam.

Begitu dia berbalik, dia terkejut.

“Kamu.” Setelah wanita itu tegang, dia menjadi rileks lagi.

“Ya, ini aku,” jawab gadis kurus itu.

Setelah hening beberapa saat, wanita itu bertanya, “Kamu mau kemana?"

Gadis kurus itu merenung sejenak dan berkata, “Kembalil, menangani beberapa … hal yang belum selesai ditangani."

“Masalah apa?” ​​Wanita itu mungkin kelelahan, tidak menyadari bahwa pertanyaan yang dia ajukan mungkin sudah masuk ke privasi.

"Beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan pembersihan ... dia tidak suka aku melakukan itu, jadi aku mengundurnya beberapa kali, tampaknya pada akhirnya aku masih harus melanjutkannya."

“Apa yang harus dibersihkan? Apakah kamu ingin bersih-bersih?” Wanita itu bertanya lagi.

Tentu saja, dia merasa pertanyaannya agak konyol, tapi dia tidak bermaksud untuk menertawakannya.

“Kurang lebih, pengkhianat terkadang ditemukan di dunia praktisi, demi menjaga nama baik, aku harus maju demi Keluarga Shangguan."

Dia mengangkat kepalanya dan menambahkan, "Misalnya, membunuh orang."

Wanita itu tertegun sejenak, kemudian dia terhuyung mundur beberapa langkah seolah-olah dia ketakutan.

Tiba-tiba wanita itu menyadari, meskipun dia mengenal gadis ini sudah bukan satu atau dua hari, tapi dia masih belum memahami seperti apa gadis ini.

"Kamu ... gila, gila!"

Bertemu mata acuh tak acuh dengan gadis itu, wanita itu hanya ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin.

Untuk beberapa alasan, wanita itu merasa bahwa matanya yang jernih sedang menyampaikan pesan bahwa dia benar-benar akan membunuh!

Dia terhuyung mendekati supercar, membuka pintu, dan ketika mesin berbunyi, supercar itu bergegas pergi.

Gadis itu berdiri diam beberapa saat, lalu menoleh dengan enggan, melihat ke sisi gunung, berbisik pada dirinya sendiri.

“Kalau tidak ada kamu di dunia ini, biarlah jadi gila saja."

Suaranya tidak menyebar terlalu jauh, tapi terhempas oleh angin, begitu menoleh ke belakang, gadis itu seperti terhempas juga oleh angin.

Di tempat itu, sudah tidak ada seorangpun.

....

Julien Lu memandang Jenisa Wu dengan dingin, sepertinya dia tertipu.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu