Awesome Guy - Bab 432 Susah Sekali Bertemu Istrinya

Di dalam mobil, Galvin Bai pun menelepon Michael Zhang, “Kamu dimana?” tanya Galvin Bai setelah mendengar suara di ujung telpon yang sedikit bising. Sepertinya pria itu tidak berada di rumah sakit Wolong, tempat yang begitu sunyi.

Suasana hati Michael Zhang sepertinya sedang baik, sehingga dengan semangat ia menjawab, “Aku sudah menemukan kornea yang cocok, sekarang aku sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.”

Galvin Bai langsung mengerti maksudnya, “Oh. Kamu pergi sendiri? Kakak ipar? Kalian…”

Michael Zhang terkekeh bodoh, “Kami harus banyak-banyak berterimakasih pada kalian, ia telah memaafkanku. Aku membawanya pergi bersama denganku.”

“Baguslah kalau begitu. Hati-hati di jalan, kalau butuh bantuan apapun telepon saja aku. Oh ya, jangan kecewakan kakak ipar lagi.” ujar Galvin Bai mengingatkan.

Michael Zhang menjawab dengan serius dan sungguh-sungguh: “Tidak akan.”

“Oh ya, apa yang mau kamu katakan barusan?”

Galvin Bai menjawab: “Tidak apa, urusan kakak ipar lebih penting. Urusanku ini tidak terlalu penting, bisa kuselesaikan sendiri. Nanti aku akan pergi mengunjungi kalian.”

Michael Zhang pun ragu sesaat, “Apa lebih baik aku kembali dulu? Hal ini juga untuk sementara tidak terlalu mendesak.”

“Apa maksudmu tidak mendesak? Susah payah akhirnya mendapatkan kornea yang cocok. Kalau kamu bergerak lambat, mungkin akan disuruh mengantri lagi ke giliran berikutnya. Bagaimana kalau sampai tidak ketemu lagi? Tidak ada masalah apa-apa disini. Kalau memang ada yang genting, pasti aku tidak akan membiarkan kamu pergi.”

Karena Galvin Bai kembali bersikeras, Michael Zhang pun mau tak mau hanya bisa menyetujui usulannya.

Setelah menutup telepon, Galvin Bai pun kembali ke Marquis Group dan mencari Vonny Long.

Sebenarnya memang tidak ada masalah apapun, hanya saja Galvin Bai ingin memastikan beberapa data dan informasi. Ia akan menunggu Michael Zhang kembali saja untuk membereskannya.

“Pergilah membeli pabrik perhiasan ini. Secepatnya.”

Galvin Bai ingin membeli pabrik perhiasan milik Wilbert Feng itu, kebetulan ia bisa memberikannya untuk digunakan oleh perusahaan mutiara milik Friska Li. Sebelumnya, Galvin Bai tidak memikirkannya secara menyeluruh. Seharusnya ia membereskan pabrik perhiasan ini terlebih dulu, baru memberikan semuanya secara utuh dan sekaligus pada Friska Li. Dengan begitu, kejadian seperti hari ini tidak mungkin terjadi.

Mengenai Wilbert Feng, sebelumnya Michael Zhang sudah menyelidiki orang-orang di belakang pria ini. Sekarang tidak perlu dipikirkan lagi, orang itu pastilah Bram Ye.

Bram Ye mendukung Wilbert Feng karena ingin memperluas kekuatannya sampai ke kota T. Memang apa yang terlihat di permukaan itu tidak ada hubungannya dengannya, namun kenyataannya tetap saja ada sedikit keuntungan yang ia harapkan.

Galvin Bai sebenarnya tidak ingin bertengkar dan berurusan dengan orang-orang ini, ia hanya ingin bersama dengan Friska Li melewati hari-hari mereka dengan damai dan tentram. Tapi semenjak ia menjabat sebagai presdir Marquis Group, tidak ada satupun hari yang dapat dilewati dengan damai.

Dan karena sekarang ia sudah terjerumus begitu dalam, tidak mungkin baginya untuk mengeluarkan diri dari lingkup ini walaupun ia sangat menginginkannya.

Dengan demikian, Galvin Bai pun tidak lagi mungkin mengharapkan ketentraman menghiasi hari-harinya, ia sendiri harus berinisiatif menggenggam kekuatannya.

Galvin Bai kembali menelepon Robin Zhang, “Robin, saat ini kamu pergi dulu membantu istriku mengurus perusahaan dan ambil gajinya disini.”

Kemampuan Robin Zhang dalam membereskan masalah tidak perlu dipertanyakan, itu menjadi salah satu alasan utama Galvin Bai mencari Robin Zhang.

Setelah mengurus semua hal yang bersangkutan dengan perkara ini, Galvin Bai pun bangkit berdiri dan pergi ke Rumah Sakit Wolong.

Sesampainya disana, bukan hal yang mengherankan saat ia bertemu dengan Sania Liu.

“Hei, kenapa kamu datang lagi?” Sania Liu menatap Galvin Bai dengan penasaran.

Galvin Bai memutar bola matanya sekilas, “Ada urusan. Sana pergi urus urusanmu!”

Sania Liu mendecak, “Apa yang mau kamu lakukan? Ada yang bisa kubantu?”

“Tidak ada apa-apa.” Galvin Bai mengibaskan tangannya, “Oh ya, apa kamu tahu tentang Michael yang pergi menemani istrinya ke rumah sakit?”

“Ya, aku tahu. Kamu mau pergi juga?

Galvin Bai mengangguk, “Tapi aku harus pulang dulu ke rumah, sepertinya malam nanti baru bisa pergi.”

“Kalau begitu, lebih baik besok pagi saja baru pergi.” sahut Sania Liu sambil bersenandung.

Galvin Bai memikirkannya sejenak, “Benar juga. Kalau begitu besok pagi saja aku baru pergi.”

“Sekalian bawa aku, ya!” Dalam sekali gerak, Sania Liu langsung merangkul lengan Galvin Bai.

Galvin Bai mengernyitkan alisnya, “Untuk apa kamu pergi? Kamu bukannya diam di rumah sakit baik-baik, malah pergi ke keramaian seperti itu?”

“Yang jelas tidak ada pasien yang parah di rumah sakit. Bukankah kamu pasti akan sangat bosan bila menyetir sendiri?” Sania Liu mengerjapkan matanya dengan polos dan menatap Galvin Bai.

“Nanti kita bicarakan lagi!” Galvin Bai menarik kembali tangannya. Sania Liu ini selalu bertingkah di depannya, membuatnya merasa risih.

Sania Liu mencibirkan mulutnya, namun tidak mengatakan apapun lagi.

Galvin Bai pun pergi mencari Ervin Chen.

“Bagaimana perekrutannya?”

Ervin Chen memutar bola matanya, “Saat ini baru ketemu tiga orang. Kamu kira sedang membeli sawi putih? Di setiap jalan pasti akan ada yang menjualnya?”

“Bukannya ini artnya sudah ketemu orangnya? Kukira kamu bahkan belum menemukan satu orang pun!” Galvin Bai tidak bicara lebih banyak, “Akan tetapi memang masih sedikit dan sedikit lamban.”

Ervin Chen berujar datar: “Ini bukan perkara mudah untuk mencari yang berkualitas, namun sekaligus harus bisa menjamin mereka tidak akan mengkhianatimu.”

“Memang benar.” Galvin Bai mengangguk, “Baiklah, yang penting kamu punya perhitungan sendiri.”

Setelah bertanya, Galvin Bai pun melihat waktunya sejenak. Pas sekali ternyata sekarang adalah waktu pulang kerja. Ia pun menyetir mobilnya pergi ke kantor Furui Jewelry, bersiap untuk menjemput Friska Li dan pulang bersama.

Walaupun Galvin Bai adalah orang yang membeli perusahaan ini, tapi ia belum pernah datang kesana.

Karena Galvin Bai belum pernah datang, jadi ia sama sekali tidak tahu bahwa kantor Friska Li tidak berada di lantai yang sama dengan karyawan biasa lainnya.

Saat Galvin Bai keluar dari lift, ia langsung tertahan diluar pintu.

Karena ini adalah perusahaan perhiasan, jadi sistem kerahasiaan dan keamanannya sangat tinggi. Kedua sisi lift adalah pintu kaca, dan pintu itu hanya bisa dibuka oleh kartu karyawan.

Galvin Bai termangu sejenak. Ia lalu berjalan ke depan salah satu pintu kaca itu dan mengetuknya.

Beruntungnya, di depan pintu itu adalah meja resepsionis sehingga mereka langsung membukakan pintu untuknya.

“Halo, tuan. Cari siapa?”

Galvin Bai melihat ke sekitarnya, lingkungan kerjanya cukup baik. Ia pun menjawab: “Aku mencari Direktur Li kalian.”

“Direktur Li?” ulang resepsionis itu sekali lagi, “Direktur Li perusahaan kami maksudnya?”

“Ya.” Angguk Galvin Bai.

Resepsionis itu menatap Galvin Bai sekilas. Pria ini berkulit gelap, pakaiannya sangat biasa, ia terlihat persis seperti seorang pecundang. Tanpa disadari, resepsionis itu mengira bahwa orang ini adalah orang yang mengejar-ngejar Direktur Li.

Semua orang tahu seberapa cantiknya Friska Li, ia juga istri dari presdir Marquis Group. Pria di hadapannya ini ingin datang untuk mencoreng mukanya?

“Maaf, apakah tuan sudah membuat janji?”

Galvin Bai menggeleng, “Aku datang untuk menjemputnya pulang kerja. Butuh janji apa?”

Saat ini, nona resepsionis itu masih tidak terpikir akan identitas Galvin Bai. Ia hanya mengira bahwa orang yang ada di hadapannya ini mengalami delusi sehingga ia menjawab: “Tuan, Direktur Li biasanya pulang sendiri. Ia punya mobil pribadi.”

Galvin Bai yang tidak mengerti pun balas menjawab, “Aku juga punya mobil. Biarkan saja mobilnya disini, besok aku akan mengantarnya lagi.”

Mendengar hal itu, si nona resepsionis benar-benar kehabisan kata-kata.

Galvin Bai merasa jawaban nona resepsionis itu tidak jelas, sehingga ia berkata: “Dimana kantor Direktur Li? Biar aku langsung mencarinya saja.”

“Maaf. Jika tidak ada janji, maka tidak bisa menemui Direktur Li.”

Galvin Bai menjadi sedikit kesal, kenapa susah sekali untuk bertemu dengan istrinya sendiri? Harus membuat janji pula?

Tepat pada saat itu, Robin Zhang yang baru saja mengakrabkan diri dengan perusahaan pun berjalan ke arah meja resepsionis. Matanya langsung menangkap sosok Galvin Bai dan langsung berlari menghampirinya seperti pelayan yang menghampiri majikannya, “Presdir Bai, kamu sendiri yang datang kesini!”

Galvin Bai menatap Robin Zhang sekilas dan menganggukkan kepalanya samar, “Ya, kamu sedang apa?”

“Baru saja mengenal perusahaan lebih akrab. Apa Presdir Bai datang untuk menjemput nyonya?” sahut Robin Zhang sambil tersenyum manis.

Mendengar percakapan mereka, si nona resepsionis pun sontak membelalakkan kedua matanya. Ia mengenal Robin Zhang yang ada di hadapannya ini, pria itu adalah orang yang diutus Marquis Group untuk menjadi asisten Direktur Li. Dan... Bukankah Robin Zhang memanggil pemuda ini ‘Presidr Bai’?

Kalau begitu, bukankah itu berarti pria yang ada di hadapannya ini adalah Presdir Marquis Group, Galvin Bai?

Sesuai dengan perkataannya, ternyata ia benar-benar datang untuk menjemput Direktur Li. Nona resepsionis itu sungguh-sungguh mengira bahwa pria di hadapannya itu hanya orang yang mengejar-ngejar Direktur Li sehingga ia dengan sengaja menghalanginya.

Hati kecil nona resepsionis itu pun menjadi sangat ketakutan. Mungkinkah Presdir Bai menyalahkannya? Atau langsung mengusirnya?

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu