Adore You - Bab 124 Kamu Adalah Oksigen Buat Aku Bertahan Hidup (2)

“Oke.”

Howard Yi mana berani melawan perintah istri sekaligus nyonya besar?

“Sharen Yi dan Shawn Yi sudah pulang?”

Sekalinya masuk Vila Britany, Eleanor Chu langsung bertanya ini pada Pengurus Rumah Lu.

Barusan di mobil dua-duanya dia telepon tidak jawab. Kalau satu tidak jawab sih masih oke, tetapi kalau dua-duanya tidak jawab takutnya ada sesuatu.

Pengurus Rumah Lu dengan hormat menerima mantel dan tas sodoran Eleanor Chu. Ia lalu menjawab, “Belum balik, mereka tadi sore keluar dan sampai sekarang belum balik juga. Tetapi, Jennifer sudah balik kok. Ia bilang kamu ditelepon berkali-kali tidak jawab, kelihatannya ia agak sebal. Untungnya setelah itu dia sempat mengangkat sebuah telepon dan mood-nya membaik. Sekarang sepertinya dia lagi tidur di kamar tamu.”

“Baik.” Waktu Jennifer menelepon, Eleanor Chu kebetulan lagi mengecek kehamilan di rumah sakit. Setelah ditelepon Tuan Besar Yi untuk datang ke rumah keluarga, ia jadi benar-benar lupa untuk membalas telepon si sahabat.

Dasar orang sensitif…… Eleanor Chu bisa membayangkan seberapa kesalnya Jennifer saat teleponnya tidak dijawab. Besok sepertinya ia harus baik-baiki orang manja itu sebagai permintaan maaf.

Itu urusan besok, yang sekarang harus diurus adalah Sharen Yi dan Shawn Yi.

Eleanor Chu menatap Howard Yi khawatir, “Coba kamu telepon Shawn Yi lagi. Sharen Yi waktu pergi dari sini mood-nya tidak bagus, aku jadi agak cemas.”

“Ia bakal baik-baik saja, ada Shawn Yi yang menjaganya.”

Howard Yi mencoba menenangkan istrinya sambil merogoh ponsel. Setelah menunggu beberapa saat, telepon tetap tidak diangkat seperti sebelumnya.

“Tidak diangkat juga?” Kalau Sharen Yi tidak mengangkat masih bisa dipahami, lah kalau Shawn Yi, punya alasan apa dia untuk tidak mengangkat? Shawn Yi bukan orang yang suka ngambek. Pria itu tidak mungkin mendiamkan telepon.

“Sudahlah jangan khawatir, nanti aku suruh orang untuk keluar cari mereka. Sekarang sudah sangat larut, kita harus istirahat,” ajak Howard Yi.

Seiring dengan semakin menuanya usia kehamilan, perut Eleanor Chu makin lama makin menyembul. Sebagai akibatnya, mantel wanita itu makin lama jadi makin terbuka keluar. Lekuk-lekuk tubuhnya pun jadi makin terlihat.

Pembantu Rumah Lu sudah puluhan tahun menjalankan pekerjaan seperti sekarang. Ia jelas sudah terbiasa dengan beginian.

Setelah dia mengibas-ngibaskan tangan ke para pembantu rumah yang memelototi Eleanor Chu daritadi, mereka semua baru bubar jalan.

“Istriku.”

Howard Yi membopong Eleanor Chu. Ia tidak sabar membawa istrinya naik ke atas.

“Aku ingin kamu,” bisik Howard Yi pelan. Tangan si pria perlahan mengelus-elus lembut tubuh dan dada si istri.

“Hush, jangan aneh-aneh. Masih ada tamu di rumah.” Tubuh wanita hamil sangat sensitif, mana tahan sih dielus-elus begini? Meski tidak begitu senang dengan kelakuan si suami, Eleanor Chu tetap punya dorongan untuk membiarkannya melakukan itu.

Howard Yi menurunkan tangannya yang barusan nakal dan mencium Eleanor Chu. Lidahnya yang agresif memasuki mulut si istri sampai basah-basah. Ini terus terjadi beberapa menit.

Kedua kaki Eleanor Chu yang kaku hanya bisa disenggol-senggolkan ke dada Howard Yi untuk memintanya berhenti. Si pria jelas tidak mau menyudahi.

Saat Harwin Xi masuk rumah, ia kebetulan menjumpai keduanya masih “begituan” di pojok tangga. Ia buru-buru menunduk seolah tidak lihat dan pergi ke ruang billiard.

Sekeluarnya ia dari sana, Howard Yi dan Eleanor Chu sudah tidak ada lagi. Ia pun jadi tidak canggung dan gugup lagi.

“Suamiku, jangan ah.”

Di dalam kamar mandi yang penuh uap, Eleanor Chu melihat di depannya ada pria telanjang yang berjalan mendekat. Ia refleks mundur-mundur untuk tetap jaga jarak.

Howard Yi mengulurkan tangan dan mendekap Eleanor Chu. Jari-jarinya sudah tidak sabar untuk diarahkan ke yang macam-macam.

“Ih, jelas-jelas sudah basah gitu kamu.”

Howard Yi mendekati bibir Eleanor Chu. Aura maskulin pria itu sangat terasa di tubuh si wanita yang sensitif. Wajah Eleanor Chu langsung merah, sementara Howard Yi makin bernafsu. Pria itu mengajak si istri masuk perlahan di bathtub. Wanita itu kemudian setengah berlutut di sana.

Yang terjadi selanjutnya semua orang tahu. Nafsu memang suka bikin manusia lupa tempat, di kamar mandi saja bisa begituan.

Eleanor Chu tidur nyenyak semalaman. Meski saat bangun tangan dan kakinya agak pegal, tetapi suasana hatinya sangat baik dan bersemangat.

Ia bergegas ke kamar Sharen Yi untuk mengecek apakah dia sudah pulang atau belum. Kondisi kamar sangat rapih dan bersih seperti tidak dipakai siapa-siapa semalam.

Wanita itu pun merogoh ponsel dan menelepon Sharen Yi lagi. Kemarin telepon hanya tidak diangkat saja, tetapi sekarang ponselnya malah mati sekalian.

Eleanor Chu langsung membangkukan Howard Yi yang masih pulas dengan panik.

“Ada apa istriku?” tanya Howard Yi sambil menatap wajah cantik Eleanor Chu.

“Kamu semalam sudah suruh orang cek belum? Sharen Yi sampai sekarang belum balik, ponselnya juga mati.”

Si pria mendudukkan diri dengan malas, lalu menyuruh Eleanor Chu duduk juga di ranjang. Ia lalu berbaring di atas paha si istri dan menjadikannya bantal.

“Aku semalam sibuk menikmatimu.”

“……”

Eleanor Chu langsung menggeser kepala Howard Yi dari lututnya. Ia memandangi pria itu dengan dingin.

Idih, belum berhasil menemukan Sharen Yi ya tidak boleh tidur di pahanya!

Kalau mau dapat sesuatu, harus berani berbuat sesuatu juga dong! Kebahagiaan itu tidak datang secara gratis!

“Istriku, kok gitu sih? Aku semalam kan baik-baikin kamu, aku tidak melakukan hal aneh-aneh!”

Wajah Howard Yi sama sekali tidak bersalah.

“Jangan memandangiku begitu.”

“Nyonya, Nona Sharen Yi dan Tuan Muda Shawn Yi sudah balik bersama-sama.”

Tepat pada momen ini, pintu kamar diketuk dan terdengar suara Pembantu Rumah Lu.

“Baik.”

Eleanor Chu mencubit pipi Howard Yi sambil mendengus sebal. Setelah hatinya puas, ia lalu memukul-mukul pipi itu pelan sambil berkata, “Sudah, kali ini hukumannya begitu saja.”

“Mana mereka berdua?”

Eleanor Chu bertanya sambil membuka pintu kamar.

Pembantu Rumah Lu menjawab sigap, “Nona Sharen Yi sudah balik kamar, sementara Tuan Muda Shawn Yi langsung pergi lagi setelah ganti baju sebentar. Ia bilang nanti ada jadwal sidang. Oh iya, dia memintaku untuk menyuruhmu menemani Nona Sharen Yi.”

Keduanya berbincang sambil jalan dan akhirnya tiba di depan kamar Sharen Yi. Eleanor Chu mengetuk pintu pelan. Setelah mendengar suara grasak-grusuk sebentar dari dalam, Sharen Yi membukakan pintu sambil menutupi wajah dengan selimut.

“Apaan ini, lagi ngapain sih?” Eleanor Chu masuk dan menutup pintu. Ia lalu bertanya lagi, “Semalam kamu ke mana, ponsel bahkan kamu matikan! Aku khawatir setengah mati tahu!”

Sambil tetap menutup wajah, Sharen Yi menjawab sok polos, “Tidak kemana-mana kok. Aku hanya pergi main kasino saja, ponsel juga ku silent. Nih lihat, aku sekarang balik dalam keadaan seratus persen baik kan?”

“Begini disebut seratus persen baik? Coba lihat gayamu sekarang, aku sih tadi mengira kamu baru disekap orang di hutan belantara.”

Eleanor Chu mengambilkan tas Sharen Yi yang tergeletak di lantai dan menaruhnya di meja teh, “Terus kakakmu di mana? Shawn Yi semalam sama kamu kan? Telepon kamu tidak diangkat, telepon dia juga tidak diangkat. Aku benar-benar nyaris gila.”

“Ih, mana aku tahu dia di mana? Dia saja bukan putraku.”

“Ada apa lagi ini? Kalian bertengkar?” Kok bertengkar ya, barusan bukannya Pembantu Rumah Lu bilang mereka pulang barengan?

Mereka tidak mungkin kebetulan bertemu di depan pintu Vila Britany sih. Itu kemungkinannya kecil sekali!

“Memang aku punya waktu luang untuk bertengkar dengannya? Mulai sekarang, aku tidak kenal dia lagi!”

“Nah, tuhkan ketahuan bertengkar.”

“Temperamen kakakmu itu sangat baik, hanya kamu doang yang bisa buat dia mau bertengkar.”

“Benar-benar tidak bertengkar kok.”

Temperamen Shawn Yi baik?

Sharen Yi dalam hati bertanya.

Memukuli tangan adik sendiri pakai ikat pinggang, mengajak adik sendiri tidur bareng…… Ini namanya temperamen baik?

Kalau menurut dia sih itu namanya menyebalkan dan menjijikkan!

Saat ini, Sharen Yi sungguh ingin memukuli Shawn Yi sampai pingsan.

Dari dulu ia sudah menganggap pria itu sebagai kakak kandungnya sendiri. Ia sama sekali tidak menyangka di antara mereka berdua bisa terjadi insiden tidur bareng. Sharen Yi memijat-mijat pelipis. Ia hanya bisa berharap semua yang terjadi semalam hanya mimpi buruk.

Tetapi benak Sharen Yi terus mengingatkan bahwa penetrasi yang dilakukan Shawn Yi semalam ke tubuhnya adalh kenyataan. Tidak peduli seberapa kencang ia berteriak dan minta ampun, pria itu memperlakukannya dengan semakin agresif dan nafsu.

“Sharen Yi! Sharen Yi!”

Melihat Sharen Yi larut dalam pikiran, Eleanor Chu melambai-lambaikan tangan padanya, “Malah bengong lagi orang ini. Pagi-pagi sudah bengong, malam sebelumnya pasti tidak tidur cukup ya?”

“Betul, sekarang agak mengantuk.”

“Ya sudah kamu istirahat dulu saja. Aku keluar deh, sebentar lagi aku suruh orang untuk mengantarkan sarapanmu.”

“Baik. Terima kasih.” Setelah Eleanor Chu keluar, Sharen Yi baru melepaskan selimut yang menutupi wajah. Ada bekas lebam di pipi dan dekat lehernya, jelaslah siapa yang membuat itu……

Sharen Yi geleng-geleng kepala dan masuk kamar mandi dengan pasrah.

“CEO Chu, berkas yang kamu mau sudah aku bawakan.”

Seturunnya dari lantai atas, Eleanor Chu langsung disambut Lucy Mei yang menenteng berkas tebal.

Insiden yang terjadi semalam di rumah keluarga sudah masuk berita. Meski Eleanor Chu baik-baik dan tidak kehilangan sesuatu apa pun, Lucy Mei tetap menyayangkan pemberitaan ini.

Sejak mulai bekerja dengan Eleanor Chu, Lucy Mei entah mengapa merasa selalu kena masalah ini dan masalah itu. Saat bosnya ini hamil, masalah bahkan tidak berhenti muncul.

“Sudah sarapan? Mau makan tidak?”

“Terima kasih CEO Chu, aku sudah makan.”

“Baik, kalau begitu kamu naik ke ruang buku dulu dan tunggu aku. Aku segera kesana.”

“Pelan-pelan saja makannya. Makanan yang dikunyah secara cukup akan lebih mudah dicerna.”

Kata-kata Lucy Mei ini membuat Eleanor Chu tertawa. Sudah seperti guru sains saja, begitu pikirnya.

“Eh, aku suruh Pengurus Rumah Lu bawa makanan ke ruang buku saja deh. Nanti kita bicara sambil aku makan saja.”

“Jangan, makan sambil kerja tidak baik.”

Eleanor Chu memperbaiki, “Bukan kerja, hanya dengar laporan kamu.”

“Baik, kalau begitu aku bicaranya akan lambat sedikit.”

Saat keduanya sudah hampir tiba di ruang buku, langkah Eleanor Chu tiba-tiba terhenti. Wanita itu memandangi ruang buku lekat-lekat seolah lagi memikirkan sesuatu.

“Ada apa, CEO Chu?”

“Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya teringat sesuatu.”

Meski foto yang dikirimkan ke Tuan Besar Yi bisa jadi terjadi sebelum barang itu masuk Vila Britany, masih ada satu kemungkinan lain lagi. Kemungkinan itu adalah barang ini benar-benar jatuh terselip dari ruang bukunya.

Kalau memang kemungkinan kedua yang terjadi, yang patut dicurigai berarti orang-orang yang rutin keluar-masuk ruang bukunya. Itu ada beberapa orang. Siapa jelasnya si pelaku baru bisa diketahui setelah mengecek kamera CCTV.

“Si Angela Wen bagaimana sekarang?”

“Pihak kepolisian belum bergerak. Mereka masih menungu perintahmu.” Lucy Mei mengeluarkan sebuah file dari berkas tebal yang dibawa, lalu menyodorkannya ke Eleanor Chu. Asisten itu menjelaskan: “Ini list semua produk yang Angela Wen iklani serta film-film dia yang masih dalam proses syuting. Semuanya dihentikan."

“Oh ya?" Eleanor Chu tersenyum tipis, “Terus studio dia bagaimana?”

“Sekarang juga distop. Saham-saham yang diinvestasikan Angela Wen harganya hancur dalam semalam, jadi jumlah total aset dia langsung berkurang nyaris sembilan puluh persen. Dia sendiri juga masih harus bayar mahal kenalannya di kantor polisi dan pihak perusahaan relasi publik untuk membersihkan nama. Uang dia kelihatannya tidak bakal cukup.”

“Bagus juga kerjaanmu.” Hanya dalam beberapa hari, Lucy Mei berhasil menjatuhkan wanita yang sangat mentereng di industri hiburan sampai ke titik ini. Sungguh, Lucy Mei ini adalah asisten yang kompeten dan layak diandalkan!

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu