Adore You - Bab 176 Keluarga Song yang Berada dalam Dilema Lagi (1)

Malam itu, Stuart Tua langsung kembali ke London, ia datang dan pergi begitu saja dengan terburu-buru, ia sama sekali tak meninggalkan pesan apapun, namun untungnya, ia membawa Earl Wright dan putrinya ikut bersamanya, tapi dengan begitu, mimpi indah Winnie yang ingin bebas dari cengkraman Drake pun ikut musnah.

Di akhir bulan Pebruari, musim semi akan segera datang, setelah badai salju berhenti, cuaca di sana masih terasa sangat dingin sampai menusuk tulang.

Sharen sedang duduk di depan perapian sambil memeluk gulingnya, di sofa yang tak jauh dari sana, Widya sedang duduk di hadapan Eleanor sambil mengeluh padanya.

Perkataannya terpotong-potong, ia juga tidak pengerti, yang jelas Widya tak henti-hentinya mengusap air matanya dengan sapu tangan, intinya masalah ini ada hubungannya dengan Sharen.

"Nyonya, Winnie Chu ingin bertemu."

"Baik, suruh dia tunggu di ruang tamu bawah, sebentar lagi aku akan turun."

"Baik."

Setelah Pengurus Rumah Lu turun, sekitar lima belas menit kemudian, Eleanor pun turun ke ruang tamu bawah perlahan-lahan.

Begitu melihat Eleanor, Winnie pun segera menanyainya dengan ketus, "Bukankah kau berjanji akan membantuku lepas dari Drake? Kenapa sampai selama ini masih belum ada kabar juga?"

Setelah pergi dari acara pernikahan Drake kemarin malam, ia langsung pergi ke Hotel Q, tempat di mana ia akan bertemu dengan Earl Wright dan putrinya, namun siapa sangka, ternyata mereka berdua kabur di tengah malam!

Sekarang ini tentu saja ia tidak bisa tetap tinggal di sisi Drake, bahkan ia tidak bisa muncul di hadapan Drake, kalau tidak, Drake pasti akan langsung membunuhnya!

"Bukankah kau akan ikut Earl Wright ke Inggris?" Eleanor duduk di depannya dengan santai, lalu menyuruh pembantunya untuk menyuguhkan kue dan memakannya dengan santai.

"Jangan berakting di hadapanku, Earl Wright tinggal di hotel kalian, bagaimana mungkin kau tidak tahu kalau dia pergi diam-diam? Lagipula, aku mau pergi ke Inggris atau tidak, itu adalah masalahku sendiri, kau harus memenuhi janjimu, aku bukan orang bawahanmu, aku tidak berkewajiban untuk melakukan apa yang kau perintahkan, kita ini hanya sebuah transaksi saja. Kalau kau berani mengingkari janjimu, aku akan membocorkan bahwa kau telah bekerja sama denganku!"

"Kalau begitu bocorkan saja, Stuart Tua sudah kembali ke Inggris, sekarang Bertha dan Drake adalah dua ekor ular kobra yang tak berkepala, mereka bisa membereskanmu, tapi mereka pasti tidak akan bisa melawanku, jadi katakan saja apapun yang kau inginkan."

"Jadi maksudmu, kau ingin menjadi kacang yang lupa kulitnya?"

Winnie meletakkan cangkir tehnya dengan keras di atas meja, dan mengeluarkan suara benturan yang sangat keras.

Meskipun ia sudah berjanji akan bekerja sama dengan Allan Jiang, tapi karena masalah waktu itu, ia pun sangat berhati-hati terhadapnya. Asalkan ia bisa segera lepas dari Drake dan meninggalkan Kyoto, ia pasti tidak akan mengulur-ulurnya lagi, kalau ia terus berhubungan dengan orang-orang ini, mungkin ia benar-benar akan mati mengenaskan, majikan-majikannya adalah orang-orang yang bisa menelan orang hidup-hidup tanpa memuntahkan tulangnya sedikit pun.

"Maksudku bukan begitu, tapi kalau kau ingin mendapatkan keuntungan untuk dirimu sendiri, apa kau tidak salah mencari orang? Apa aku yang menghubungimu terlebih dahulu?"

"Huh, orang bodoh pun tahu, Ivy Sun adalah orang suruhanmu, meskipun memang dia yang menghubungiku terlebih dahulu, tapi karena dia tidak bisa memutuskan apapun, oleh karena itu aku datang mencarimu, yang jelas aku tidak akan membantumu dengan cuma-cuma begitu saja!"

Saat Winnie berbicara, tiba-tiba John masuk ke dalam, ia berbisik di telinga Eleanor sesaat, lalu Eleanor pun langsung melirik ke arah Winnie, di saat yang bersamaan, handphone Winnie pun berdering.

Ia mengeluarkan handphonenya, begitu melihat layar handphonenya, ia pun terkejut bukan kepalang sampai-sampai handphonenya terjatuh ke lantai.

Drake!

Bagaimana ini, Drake meneleponnya, bagaimana!

"Cepat penuhi janjimu, aku ingin meninggalkan tempat ini!"

Katanya panik setelah ia mematikan suara handphonenya.

"Sepertinya kau tidak bisa pergi."

Eleanor mengambil remot di atas mejanya dan menyalakan TV.

Cangkir di tangan Winnie pun, 'Prang......' terjatuh ke atas meja kayu di depannya, lalu pecah berkeping-keping.

Ia berjalan ke depan TV dengan tercengang, membelai ayah dan ibunya yang diangkat di atas tandu dari layar kaca TV itu.

Ia selalu mengira kalau dirinya tidak ada di samping mereka, mereka akan hidup lebih tenang dan bahagia, namun ternyata tetap saja tidak bisa lepas takdir ini.

Ia berjalan kembali ke samping sofa sambil menangis dan tertawa, wajahnya sangat pucat, ia mengambil kembali handphonenya lalu menelepon Drake kembali.

"Kau takut sekarang?"

Suara tawa Drake yang sangat licik itu terdengar sampai ke telinga Eleanor, ia mengangkat cangkir kopinya sambil menggigit bibirnya dengan pelan.

"Kau yang menyuruh orang untuk membunuh ayah dan ibuku kan!" teriak Winnie, kedua matanya memerah, seolah penuh dengan darah.

"Kalau kau berpikiran seperti itu, aku juga tidak akan menyangkalnya."

Kalau bukan Drake, pasti Bertha Song!

Winnie mematikan telepon itu, lalu ia pun segera mengambil pisau buah di atas meja dan berjalan ke arah pintu.

"CEO Chu......"

"Tak usah mempedulikannya."

"Baik." John hanya menyodorkan sebuah map dokumen ke tangan Eleanor, "Ini adalah seluruh dokumen mengenai pembunuhan Michelle, sudah dipastikan bahwa pelakunya adalah Bertha Song, apa kau mau......"

"Sementara ini tidak perlu, lihat saja nanti."

Maksud John tentu saja adalah untuk memberi dokumen ini pada Irina Song yang saat ini sedang mendekam di penjara karena dikambinghitamkan oleh Bertha, namun menurut Eleanor, dalam waktu sependek ini, tidak mungkin Irina akan bisa keluar dari kandang martabat Keluarga Song yang sangat tinggi itu, kalau pun ia memberikan dokumen ini pada Irina, Irina juga tidak bisa berbuat apa-apa, untuk apa ia berusaha keras demi hal yang akan berakhir sia-sia.

"Pergilah ke ruang kerja dulu, beberapa hari belakangan ini Howard agak sedikit sibuk, fokuskan pekerjaanmu pada urusannya, sementara ini masalah Q Corp. akan kutangani sendiri, masalah di sana lebih parah."

Saat Eleanor mengatakannya, tanpa sadar banyangan Frans pun muncul dalam benaknya.

Ia menggelengkan kepalanya, belum sampai John membuka mulutnya, ia pun bangkit berdiri dan keluar dari sana.

Betapa baiknya kalau Frans ada di sini sekarang.

Saat handphonenya berdering, mobilnya baru saja berhenti di depan pintu rumah sakit kota.

Begitu melihat nama Allan Jiang, ia berpikir sejenak, baru ia mengangkatnya.

"Ada apa?" ia sangat tidak suka saat Allan meneleponnya, rasanya seperti ia sedang diperhatikan oleh seseorang lagi, ia selalu merasa seperti dirinya sedang diikuti oleh seseorang.

Allan tersenyum canggung, ia sudah menduga bahwa Eleanor akan bersikap seperti itu padanya, tapi ia tetap saja merasa sangat sedih.

Andai saja ia dulu adalah seseorang yang asing baginya.

Namun sayang, ia bukan.

Orang yang awalnya selalu melekat di dalam hatinya, tiba-tiba menjauh dan berubah menjadi asing dengannya, rasanya seperti ada sebuah pohon di hatinya yang telah dicabut sampai ke akar-akarnya, rasanya sangat menyakitkan, bahkan saat darah mengalir di hatinya itu pun masih terasa sangat menyakitkan.

"Saat aku membereskan barang-barang peninggalan ayah, aku menemukan barang-barang yang ada hubungannya dengan ibumu, kalau kau menginginkannya, aku akan menyuruh orang untuk mengantarkannya padamu."

Setelah masalah penculikan itu berlalu, Allan selalu mencari-cari alasan agar ia bisa menghubungi Eleanor secara langsung, meskipun hanya sebuah telepon yang sangat singkat dan tidak penting seperti ini saja, ia sudah menunggu dalam waktu yang sangat amat lama.

Saat Eleanor semakin jauh darinya, ia semakin merasa bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Eleanor.

Rasanya seperti sebuah penyakit akut, yang sangat parah sampai-sampai tiap malam, dirinya tidak bisa tidur kalau tidak melihat foto Eleanor, oleh karena itu ia memutuskan untuk menghubungi Eleanor dalam waktu dekat ini, karena ia tahu, kalau seperti ini terus, ia pasti akan gila!

"Baik, terima kasih."

Setelah itu, Eleanor hendak mematikan teleponnya.

"Gadis!" panggil Allan tiba-tiba.

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin memanggilmu saja, jagalah dirimu baik-naik, hn...... Kalau ada waktu, datanglah ke Treasure Island." di dalam hatinya, ia terus memperingatkan dirinya sendiri, sekarang bukanlah waktunya, jangan tergesa-gesa.

"Baik, aku mengerti."

Kali ini, Eleanor pun langsung mematikan teleponnya tanpa ragu sedikit pun.

Di dalam ruang rawat VIP, suasananya sangat tenang, saat Eleanor membuka pintu kamar itu, Lucy sedang memandangi langit dari jendela kamarnya.

"Kenapa kau bangkit berdiri, saat ini kau harus istirahat baik-baik, cepatlah berbaring."

Eleanor segera mengambil sebuah jaket dari atas gantungan dan memakaikannya ke tubuh Lucy.

"Aku sudah berbaring terlalu lama." katanya tersenyum, wajahnya sedikit pucat, "Sudah waktunya aku bangun dan berjalan-jalan."

"Sekarang kau bisa melakukan apapun sesuka hati, kalau kau sudah tua nanti kau pasti akan menangis, merawat tubuh setelah keguguran juga sangat penting."

Lucy terdiam sejenak, lalu memanggilnya, "CEO Chu."

"CEO Chu, aku ingin pergi sekolah ke luar negeri, aku sudah menghubungi pihak sekolah, mungkin aku akan berangkat dalam dua hari ini."

"Kenapa tiba-tiba kau ingin pergi sekolah ke luar negeri? Kau punya kemampuan yang sangat baik, tidak perlu menuntut diri sendiri untuk mendapatkan banyak gelar akademis."

"Aku hanya merasa, saat aku belajar, aku bisa merasa lebih tenang dan santai, dan aku sangat berharap aku bisa merasakan ketenangan itu."

Di dalam ingatan Eleanor, jarang sekali Lucy mau mengatakan hal-hal yang sangat serius seperti ini, sepertinya beberapa waktu ini ia sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi.

"Kalau begitu, apa Ivan tahu?" sejak tadi Eleanor sama sekali tidak melihat batang hidung Ivan, di ruang tamu luar hanya ada dua orang perawat saja.

Ia pun bertanya lagi, "Di mana Ivan?"

"Ia pergi ke markas militer untuk mengurus sesuatu, mungkin agak lama baru ia akan kembali." Beberapa hari belakangan ini, ia harus menghadapi Ivan setiap hari, ia selalu merasa agak sedikit tidak nyaman, ketika ia tidak ada seperti sekarang ini, barulah ia merasa lebih tenang dan nyaman.

"Ia tidak akan setuju."

"Iya, aku tahu."

"Jadi, kau ingin putus dengannya? Iya kan?" Eleanor tidak tahan untuk mengatakan pemikirannya, wajah Lucy tampak sangat tenang, meskipun ia sudah kehilangan anaknya, ia tetap sangat tenang seperti ini, hal ini membuat Eleanor merasa sangat sedih.

Sebenarnya, jika seseorang bisa melampiaskan seluruh emosinya sesuka hati, ia pasti kan merasa lebih gembira, tapi entah karena Lucy terbiasa bersikap tenang, atau dari lahir ia tidak pandai dalam melampiaskan emosinya, yang jelas Lucy sangatlah tidak gembira.

"Sebenarnya, lebih baik bagi kita semua kalau aku dan dia putus, terkadang, bahagia dua orang tidak harus saling bersama untuk mendapatkan kebahagiaan." melihat wajah Eleanor yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu itu, Lucy pun menambahkan, "Tak usah bujuk aku lagi, keputusanku sudah bulat, tapi aku harap, setelah aku selesai belajar dan kembali kemari, aku bisa tetap bekerja untuk Anda, Anda adalah majikan terbaikku, satu-satunya."

Perkataan Lucy itu, memperbaiki hubungan Lucy dengan Eleanor kembali seperti dulu lagi, itu artinya ia juga akan memutuskan hubungannya dengan Ivan.

Eleanor menggigit bibirnya, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

Lucy adalah orang dewasa yang memiliki hak untuk membuat keputusannya sendiri, Eleanor boleh membujuknya, tapi ia tidak bisa ikut campur.

Setelah keluar dari rumah sakit, Eleanor terlihat sangat diam, selain karena Lucy, suasana di sekitar sini juga membuatnya teringat pada Frans.

Tak tahu sekarang Frans sedang disekap di rumah sakit mana.

Ia menghentikan mobilnya di tempat yang tak jauh dari villa Keluarga Song, lalu memandangi mobil polisi yang berjalan keluar dari sana perlahan-lahan.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sedikit rasa kasihan, Winnie dengan kecerdasan yang seperti ini, hanya cocok untuk dijadikan anggota dari pasukan kematian.

Ia mengikuti mobil polisi itu, tepat saat melihat mobil itu hendak memasuki pintu kantor polisi, tiba-tiba ia pun menginjak gas mobilnya, membelokkan setirnya, dan langsung berhenti di depan mobil polisi itu.

Polisi yang menyetir mobil polisi itu segera menginjak remnya, dan mengeluarkan kepalanya dari jendela dengan marah, "Apa kau tidak mengerti peraturan lalu lintas! Kalau tidak mengerti, ikut dengan kami untuk mempelajarinya!"

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu