Adore You - Bab 71 Kamu Pernah Menyimpang atau Tidak, Aku Tetap Sayang Kamu (1)

Howard Yi menaruh ponsel yang ia genggam, memijat-mijat peilipisnya yang terasa agak lelah, dan mengayunkan satu tangannya ke Eleanor Chu.

“Gara-gara kamu aku jadi kehilangan niat kerja nih.”

Eleanor Chu tersenyum risih, “Ya sudah aku keluar saja.”

Howard Yi memeluknya perlahan-lahan.

“Setiap menit, setiap detik, aku haus dengan keberadaanmu.”

Pria itu menunduk, mendekatkan bibirnya, dan larut menikmati kebersamaannya dengan Eleanor Chu.

“Ah, Howard Yi……”

Pintu ruang kerja tiba-tiba dibuka seseorang. Eleanor Chu kaget hingga tanpa sengaja menjatuhkan ponsel yang ada di atas meja ke lantai. Melihat ponsel itu masuk ke kolong meja, ia buru-buru berjongkok untuk mencarinya.

“Kakek, ada urusan apa datang kemari?”

Eleanor Chu awalnya sudah mau berdiri, tetapi mendengar kata-kata Howard Yi, ia malah menyembunyikan dirinya lebih dalam lagi di celah meja.

Howard Yi paham apa yang sedang istrinya lakukan. Ia langsung duduk untuk membantu Eleanor Chu bersembunyi.

“Tante sudah membantumu memilihkan beberapa gadis cantik, mengapa kamu tidak pulang ke rumah selama ini? Aku mau tidak mau jadi harus menghampirimu kemari.”

“Kakek sedang bicara apa sih? Bukannya aku sudah bilang aku sudah menikah? Buat apa kamu carikan gadis begini?”

Melihat wajah Kakek menampilkan senyum jahat, Howard Yi mengernyitkan alis heran. Ia merasa pria itu akan mengutarakan sesuatu yang tidak baik.

“Sudahlah jangan bohong. Kamu dari kecil kan tinggal di Inggris, aku tidak percaya dalam jangka waktu dua bulan saja kamu sudah bisa mengubah semua kebiasaanmu selama tinggal di sana dan menemukan istri di sini! Kamu pasti asal mencari seorang wanita untuk melawan usahaku mencarikanmu istri kan!”

Howard Yi terperangah. Ia baru sadar arti senyum jahat Kakek barusan.

“Kakek, kapan aku…… Ehh……”

Ia tiba-tiba berteriak kesakitan karena kakinya ditonjok Eleanor Chu. Ia menunduk, dan yang ia dapati adalah wanita itu tengah menatapnya lekat-lekat dengan wajah yang marah sekali.

Jadi Kakek sengaja berucap seperti barusan!

Kakek kandungnya sendiri ternyata rela mendorongnya masuk jurang!

Kakek pasti tahu Eleanor Chu ada di sini!

“Kenapa kamu?”

“Tidak apa-apa, tidak sengaja menendang meja.” Eleanor Chu meringis pelan.

“Kolong meja tidak boleh ditendang begitu, lebih hati-hatilah sedikit,” ujar Kakek. Kakek berseru lagi, “Ya sudah, kalau begitu aku balik dulu. Nanti malam pulang lebih awal, ada seorang gadis menarik yang akan datang ke rumah. Aku rasa ia sangat cocok dengan seleramu.”

“Iya……” Howard Yi mendeham kesal, lalu menggeretakan gigi: “Kakek…… Kamu asal bicara begini…… Memangnya bagus?”

Howard Yi sungguh ingin meminta Eleanor Chu, yang tengah bersembunyi di bawah meja, keluar. Ia ingin Kakek mengklarifikasi bahwa kata-kata barusan hanyalah candaan tepat di hadapan istrinya. Sayang, Eleanor Chu dari gesturnya sepertinya benar-benar tidak berani keluar. Wanita itu hanya bersumpah serapah di bawah meja.

“AAku mantan tentara yang menghabiskan waktuku seumur hidup dengan berperang. Bagaimana mungkin aku asal bicara?” Mulai lagi pembelaan kakek tua ini.

Kakek maju lagi beberapa langkah, lalu mengambil sebuah kertas putih dari atas meja dan menuliskan sesuatu di atasnya. Yang ia tulis adalah “Anak muda memang iseng ya.”

Kakek tertawa lantang, lalu berjalan keluar sambil memapah tongkat jalannya.

“Istriku, kamu lihat tidak? Di luar sedang turun salju.”

Eleanor Chu menatapnya, lalu keluar dari bawah meja, “Aku sudah lihat. Jangan mengalihkan pembicaraan, ternyata aku salah menikah denganmu!”

“Istriku, si kakek itu memang sengaja bilang kata-kata tadi! Ia sengaja bilang biar kamu dengar!”

"Sengaja? Jadi Kakek kurang kerjaan dan sengaja datang ke Y’s Corp untuk mengucapkan kata-kata barusan hanya untuk memperdengarkannya padaku? Hanya untuk membuat kita tidak ribut? Mana mungkin ada orang sekurang kerjaan itu di dunia ini!”

“Dia memang sekurang kerjaan itu. Dia jauh lebih kurang kerjaan dari yang kamu bayangkan!”

Howard Yi ingin mencari kertas yang ditulis Kakek barusan untuk membuktikan keisengan Kakek pada Eleanor Chu. Sayang kertas itu sudah tidak ada, entah kapan dibawa perginya.

“Jangan berbohong lagi padaku. Kalau pun Kakek memang sekurang kerjaan itu, memang dia bisa membuat rencana sejenius itu sampai sengaja datang kemari ketika aku ada di sini?” Eleanor Chu merapikan pakaiannya, “Akhirnya aku paham mengapa kamu setengah mati tidak mau bercerai denganku. Kamu jelas dari awal menjadikanku tameng dari gadis-gadis yang dikenalkan Kakek. Usahamu tidak sia-sia, Tuan Yi. Terima kasih sudah berjuang keras!”

“Istriku, ah, istri……”

Howard Yi bangkit berdiri untuk menghentikan langkah Eleanor Chu, tetapi wanita itu sudah berjalan ke pintu jauh lebih cepat darinya. Tidak lama kemudian terdengar suara “bang” di pintu.

Eleanor Chu sedikit lagi nyaris merobohkan pintu!

“Nyonya, kamu kemari…… Ahh……”

Eleanor Chu tidak merespon sapaan John Xiao dan malah menginjak kaki pria itu. John Xiao pun langsung kesakitan sampai melompat.

“Bos dan bawahannya sama saja. Sialan! Sialan!”

Eleanor Chu mengumpat-ngumpat kesal sambil tetap melangkah ke arah lift. Lift tidak lama kemudian tiba dan ia pun masuk.

Begitu keluar dari ruang kerjanya, Howard Yi langsung mendapati John Xiao sedang memeluk-meluk kakinya sambil meringis. Ia bertanya heran: “Nyonya mana?”

John Xiao menunjuk lift dengan telunjuk, “Sudah pergi.”

“Kamu kok tidak halangi dia?”

“Aku sudah berusaha halangi kok!” John Xiao menunjuk-nunjuk kakinya sendiri, “Dan balasannya adalah injakan di sini.”

Semua pekerja di sekitar mereka langsung menahan tawa.

“Siapkan mobil, berangkat ke rumah kediaman keluarga Chu sekarang juga!”

Begitu masuk rumah kediaman keluarga Chu, Howard Yi langsung menengok ke sana kemari mencari jejak Eleanor Chu.

“Nona Besar mana?”

Paman Liu menjawab: “Nona Besar belum pulang.”

“Belum pulang?” Howard Yi merogoh ponsel dan mengontak nomor Eleanor Chu, sayangnya telepon wanita itu sudah dimatikan duluan.

Howard Yi mengernyitkan dahi, ia mondar-mandir di ruang tamu dengan bingung.

Kakek, ah Kakek, kamu tega sekali memancing istriku sampai marah seperti ini!

“Semuanya bergegas cari istriku!”

Lampu berkilauan dalam bar yang sangat riuh. Orang-orang saling berjoget riang.

Seorang wanita cantik tengah duduk sendirian menghadap meja bar.

“Wanita cantik, boleh aku mentraktirmu bir?” Seorang pria tidak dikenal menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan tajam.

Eleanor Chu menanggapi jutek, “Sayangnya aku hanya tertarik pada wanita!”

Pria itu pun pergi dengan kecewa sambil membawa gelas birnya.

“Yo! Gadis ini wajah dan fisiknya sempurna sekali!” Seorang pria botak kekar berujar pada salah satu pria muda di belakang Eleanor Chu, “Ada apa? Adik cantik hari ini kok cemberut saja? Mau tidak kakak temani minum beberapa gelas?”

Eleanor Chu menatapnya sekilas dengan dingin, lalu lanjut minum birnya.

“He! Adik seksi sekali! Aku suka deh!” Pria botak itu langsung duduk di kursi sebelah Eleanor Chu dan mengamati wanita itu lekat-lekat tanpa henti.

“Waduh kamu ini, dikasih perhatian kok malah tidak mau? Bos kami sedang bicara denganmu, masa kamu berani-beraninya tidak jawab?”

Melihat Eleanor Chu diam saja, salah satu pria muda teman pria botak itu jadi kesal sendiri.

Elenar Chu mengangkat gelas birnya dan menyiramkannya ke wajah pria muda itu.

“Pelacur sialan kamu! Berani-beraninya menyiramku seperti ini, lihat saja aku buat kamu mati hari ini!”

“Eits……” Pria botak itu menahan rekannya, “Wanita judes ini kalau dinikmati bersama-sama pasti akan asyik! Kalian bawa dia ke ruang privat di atas. Nanti setelah aku cumbui dia, kalian masing-masing juga dapat giliran!”

Empat rekan pria botak itu langsung mengerumuni Eleanor Chu sambil senyum-senyum.

“Dasar perempuan murahan, lihat saja hari ini bagaimana bos kami menghabisimu!”

Pria botak menikmati saja makian rekan-rekannya itu sambil sesekali meminum birnya.

ELenoar Chu dari sejak datang sudah risih dengan kata-kata Kakek tadi. Hinaan-hinaan pria-pria ini jelas menambah api kemarahan yang sudah membara dalam dirinya. Ia menahan lengan salah satu pria dan memelintirnya. Beberapa detik kemudian terdengar suara “krek”, dan pria itu langsung berteriak kesakitan.

Meliaht adegan ini, pria-pria yang lainnya langsung mengambil botol-botol bir yang kosong di atas meja bar dan melemparkannya ke Eleanor Chu.

Tiba-tiba sekelompok pengawal pribadi berpakaian hitam-hitam berlari masuk. Di antara orang-orang ini, ada Howard Yi. Bar yang awalnya berisik langsung jadi hening. Semua pengunjung bar langsung terdiam panik.

Para pengunjung yang tengah berendam di kolam bar semuanya menatap meja bar. Belasan senjata yang dibawa para pengawal pribadi diarahkan ke kepala masing-masing pria pengganggu Eleanor Chu. Sementara itu, si pria botak daritadi sudah berlutut ketakutan.

Jelas sekali ia sudah mengganggu wanita yang kuat dan berpengaruh!

Bos bar tidak lama kemudian datang. Melihat yang terjadi di barnya, dia langsung ketakutan setengah mati.

Di Kyoto, orang yang berani memerintahkan bawahannya mengeluarkan senjata di tempat umum pasti bukan orang yang biasa-biasa. Ia langsung terpikir anak-anak keluarga Yi.

“Tolong kasihani toko kecilku ini. Kalian urus saja orang botak ini di luar, mohon jangan tutup tokoku.”

Melihat kehadiran bos bar, pria botak langsung berlari memeluk kaki orang itu, “Kakak Lu, Kakak Lu, tolong aku! Selamatkan aku, nanti aku berikan istrimu hadiah! Aku lain kali tidak akan mengulang tingkahku ini!”

Bos bar yang dipanggil Kakak Lu itu langsung menendang si pria botak dengan risih, “Kamu sudah berani macam-macam di tempatku. Kalau pun pengawal-pengawal pribadi ini melepaskanmu, aku tidak akan mau membiarkanmu pergi begitu saja!”

Mendapati Kakak Lu menolak permohonannya, pria botak itu langsung beralih ke Eleanor Chu, “Nona, Nona, aku salah. Aku sudah salah mengganggu orang, mohon maafkan dan lepaskan aku.”

Eleanor Chu tersenyum dingin. Howard Yi refleks berkacak pinggang.

Wanita itu berbalik badan dan keluar dari bar.

Tepat ketika si pria botak menghembuskan nafas lega karena mengira ia dilepaskan, Howard Yi tiba-tiba berseru dingin, “Tahan mereka!”

Si pria botak dan rekan-rekannya pun langsung digiring ke mobil oleh pengawal-pengawal pribadi Howard Yi.

Eleanor Chu berjalan linglung di sisi jalan, sementara Howard Yi mengikutinya dari belakang.

Sebuah truk tiba-tiba melintas persis di depan Eleanor Chu. Wanita itu refleks mundur dua langkah, dan ia langsung jatuh ke pelukan hangat si suaminya.

Ia jadi ingat kejadian di depan pintu Hotel Y waktu itu, saat Eleanor Chu juga menyelamatkannya dari kendaraan yang melaju kencang seperti ini.

“Howard Yi.”

“Ya?”

“Mengapa kamu sebaik ini padaku?”

Pria itu merangkul pinggangnya, “Aku malah merasa aku belum cukup baik padamu.”

“Istriku.”

“Ya?”

Pipi pria itu memerah, lalu berkata pelan: “Hari itu, aku sebenarnya sama denganmu.”

“…… Hari apa?” Kata-kata Howard Yi sungguh tidak jelas.

“Bulan tujuh, tanggal dua puluh satu……”

Eleanor Chu terdiam. Ia berjinjit mencium bibir suaminya.

Sudahlah jangan dibahas lagi, Howard Yi. Jangan bicarakan itu lagi. Aku percaya kok denganmu.

Di ruang tamu rumah kediaman keluarga Yi yang antik, Kakek tengah bermain catur dengan Ivan Yi.

“Kamu mengapa sebodoh ini? Kalau yang main Howard Yi, ia pasti tidak akan main sebodoh kamu.”’

Kakek main sambil komplain-komplain. Ia sesekali menggeplak kepala Ivan Yi.

“Kakek.”

Sambil merangkul Eleanor Chu, Howard Yi berjalan menghampiri Stark Yi.

“Kakak Ipar!” Ivan Yi berteriak terkejut.

“Akhirnya kamu datang juga kemari.”

Kakek menaruh pion catur yang dipegangnya, lalu mendongak dan menatap kedua sosok yang baru hadir dari atas ke bawah.

“Kakek, bukankah kamu harus menjelaskan baik-baik bercandamu tadi sore?”

Ivan Yi garuk-garuk kepala keheranan, “Kakek tadi sore bercanda apa?”

“Bohong putih kok itu. Meski agak menyakitkan, tapi dampaknya pada akhirnya juga cukup oke kan. Kamu lihat saja, Howard Yi akhirnya bawa juga istrinya kemari.”

Eleanor Chu sedang bingung harus memanggil Kakek dengan sebutan apa. Howard Chu berbisik pelan padanya memberi petunjuk.

“Halo, Kakek.”

“Wah!” Stark Yi tertawa kencang, lalu langsung memberi perintah pada pembantunya yang berdiri di sebelah: “Suruh mereka-mereka yang di atas turun.”

Tidak lama kemudian, semua anggota keluarga Yi sudah berkumpul di ruang tamu.

“Widih, akhirnya kama bawa juga orangnya kemari. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari suruhan Kakek untuk mencarikanmu pasangan. Aku sudah bosan sekali disuruh-suruh terus, telingaku saja sampai gatal.” Yang berucap ini adalah seorang wanita paruh baya yang wajahnya cukup mirip dengan Ivan Yi.

“Iya tuh.” Seorang wanita lainnya melanjutkan: “Aku dari kemarin-kemarin terus membawa wanita-wanita cantik satu per satu kemari, tetapi Howard Yi malah tidak pulang. Dia malah pilih wanita yang tidak aku sodorkan nih, hehehe!”

“Ini Tante Kedua, mama Ivan Yi.” Howard Yi menunjuk salah satu dari wanita yang berbicara barusan sambil memperkenalkannya pada Eleanor Chu.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu