Adore You - Bab 86 Cara yang Cerdik adalah Pilihan yang Tepat (1)

"Kakek...... Howard hanya ingin mengganti model tangga rumah kita saja......"

Howard mengelus-elus rambut Eleanor, "Tidak boleh berbohong."

"Kakek tua, kau harus bersyukur bukan rumahmu ini yang menjatuhkan istriku, kalu tidak, hari ini kalian hanya bisa menunggu untuk tidur di rumah tanpa atap!"

"Bukan......"

"Memang begitu!" kata Howard sambil menarik Eleanor dalam pelukannya, "Ayo makan, Eleanorku."

"Bagaimana dengan kakek dan yang lainnya?"

Eleanor mendongak melihat ke lançai dua.

Dekat...... Namun jauh......

Para anggota Keluarga Yi berdiri berbaris di depan tempat yang awalnya ada tangga itu, wajah merka penuh dengan perasaan sedih bercampur bingung.

Kedua orang di lantai bawah pun menyantap sarapan mereka dengan santainya.

"Howard, carilah orang yang bisa membuat tangga lipat tau sebagainya saja, sekarang sudah siang, jangan buat semua orang kelaparan..... Uh......"

Sebuah telor puyuh langsung masuk ke dalam mulutnya, membuat kedua matanya yang indah itu terbelalak lebar.

"Makan."

Suaranya terdengar sangat tenang, namun tetap saja terdengar sangat tidak senang.

"Howard Yi, kalau berani bawa aku turun ke bawah!"

Tuan Besar Yi terus menghentak-hentakkan lantai dengan tongkatnya.

Ia sudah kelaparan setengah mati, berani-beraninya anak tengil ini mala makan di bawah seolah tak terjadi apa-apa!

Ia harus menghukumnya karena sudah berani membongkar tangga rumahnya!

"Apa aku menghalangimu?"

Howard menjawabnya dengan santai, sambil menyuap daging ikan yang sudah bersih dari tulang-tulang ke dalam mulut Eleanor.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Tanya Robert kebingungan sambil menatap seluruh orang di sana, kemarin malam, semalaman ia menyambut tamu-tamunya di bawah, lalu naik ke atas dan langsung tidur, begitu ia terbangun, rumahnya sudah menjadi seperti ini.

Di rumah ini yang paling tidak bersalah, ya hanya dirinya dan Dwight saja.

Irina dan Widya tentu saja tahu kalau ini semua ulah Howard yang masih kesal, mereka pun hanya bisa tersenyum kecut.

"Tangga di rumah juga sudah tua, diganti juga boleh."

"Oppa, kemarin malam kau ganti musiknya dengan musik klasik, makanya kau tidak bisa berdansa dengan baik kah?" Abel bersandar pada pegangan tangga sambil mengedipkan matanya pada kedua orang di lantai bawah.

"Uhuk uhuk......"

Eleanor yang sedang memasukkan sesendok sup ke dalam mulutnya hampir saja tersedak mati karena perkataan Abel itu, ia pun menepuk-nepuk dadanya dan tak berhenti batuk-batuk.

Kenapa bisa terdengar sampai ke sebelah lagi!

Ternyata!

"Abel Yi!"

Howard langsung mengambil roti baguette dari atas meja dan ia lemparkan ke arah Abel.

Daniel pun langsung mengulurkan lengan panjangnya dan menangkapnya.

"Honey, bagus sekali, kebetulan aku juga lapar."

Abel langsung merebut roti itu dari tangan Daniel dan menggigitnya.

"Howard, aku tidak bersama. Kemarin malam akulah yang mengantarkan istrimu ke rumah sakit!" Sharren mengelus-elus perutnya, "Cepat pikirkan cara agar kami bisa turun, aku sudah sangat kelaparan!"

"Kalau kemarin malam kau sudah membereskannya, kau boleh turun ke bawah sekarang dan menyantap makanan ini bersama kami."

"Kau!" Sharren pun kesal.

Orang ini benar-benar tidak punya perasaan, semua anggota Keluarga Yi punya sifat yang sangat baik hati, dari mana datangnya gen iblis milik dia ini!

Seketika, tatapan seluruh orang pun tertuju pada Daniel yang sedang makan roti di samping.

Tubuh Daniel berubah kaku, lalu mengangkat kepalanya dan melihat ke semua mata yang menatapnya dengan garang, lalu membuka bibirnya.

"Kalian mau?"

"Kau itu ayahnya, cepat bantu kami untuk membujuknya!"

Daniel mengangkat pundaknya dan berkata, "Daripada berdiskusi dengan Howard, aku lebih memilih kalian semua memukuliku."

Seluruh anggota Keluarga Yi pun menatap ke arahnya, sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Seumur hidup ini belum pernah mereka melihat ada orang yang meminta permintaan seaneh ini!

"Minggir!"

Sepertinya Harwin Xi baru saja keluar dari kamarnya, ia mengangkat bibirnya sedikit seolah sedang menyapa semua orang yang ada di sana tanpa ekspresi apapun.

Sharren dan Ivan yang dari tadinya berdiri di tempat tangga berlubang itu pun akhirnya menggandeng Tuan Besar Yi menyamping.

Tiba-tiba, Harwin pun membungkukkan badannya, menopang tangannya di atas lantai, dan langsung melompat ke bawah dengan sempurna.

"Keren sekali!"

Ucap Eleanor kagum.

Howard pun mengerutkan alisnya dengan kesal, "Lebih keren dari aku?"

"Memangnya bisa dibandingkan?" kata Eleanor sambil menatap ke arahnya.

Hanya Tuhan yang tahu, dulu ia mempelajari judo karena ia sangat mengagumi orang-orang hebat ini, tapi sayang ia sama sekali tak berbakat, hanya bisa belajar sampai setengah jalan saja.

"Aku dan dia berasal dari sekolah tentara yang sama." katanya sombong sambil mengangkat kepalanya.

"......" Apa kau bisa memukul istrimu? Apa kau bisa? Bisa?

Ini adalah pertanyaan yang sangat penting.

Harwin berjalan ke arah meja makan tanpa berkata apa-apa, menarik kursi, lalu mengangkat bibirnya ke arah kedua orang itu, dan mulai makan dengan tenang.

Dari awal sampai akhir, mereka sama sekali tidak peduli pada korban-korban yang tertinggal di lantai atas.

"Honey, apa kau tidak menirukan cara Harwin, lompat ke bawah dan makan dulu sedikit?"

"No, aku tetap di sini menemanimu, my lover!"

"Oh! Honey, you jump I jump!"

Kedua orang di lantai atas itu saling merayu tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya.

Howard tetap saja memakan makanannya sendiri dengan santai.

Beberapa saat kemudian, barulah ia meletakkan sumpitnya dan berkata pelan.

"Apa kalian tahu kesalahan kalian?"

Orang-orang di atas ada yang menganggukkan kepala, ada juga yang menggelengkan kepala.

Misalnya Robert dan Dwight. Misalnya juga Tuan Besar Yi dan Daniel, mereka semua hanyalah korban yang tak bersalah!

Kasihan sekali, jelas-jelas dari awal sampai akhir mereka sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, tapi mereka tetap saja dicap bersalah oleh Howard!

Benar-benar kasihan sekali.

"Howard, kalau ada masalah, kita bisa selesaikan baik-baik, untuk apa bersusah payah seperti ini, kita juga bukanlah manusia-manusia yang pembangkang." Tuan Besar Yi sudah kehabisan akal, ia hanya bisa mengalah sementara.

"Iya, Howard, sampai sekarang pun aku tidak mengerti apa yang terjadi."

Kata Robert.

"Aku tidak peduli apa yang terjadi pada kalian, aku juga tidak peduli apa yang terjadi tadi malam, ini akibatnya jika kalian tidak menjaga istriku baik-baik, lagipula......" Tiba-tiba Howard teriam sejenak, jantung orang-orang di atas pun mulai berdebar kencang, "Percayalah padaku, ini adalah hukuman paling ringan, kalau sampai lain kali diulangi lagi, kalian akan rasakan akibatnya."

Howard mengatakannya dengan sangat santai, namun perkataannya itu terdengar seperti sebuah peringatan dan ancaman saat sampai di telinga mereka.

Eleanor pun baru mengetahui, ternyata Howard membongkar tangga di rumah karena hal ini.

Bisa-bisanya ia menghukum seluruh anggota Keluarga Yi hanya karena luka kecil di keningnya itu.

Hatinya tentu saja sangat tersentuh, seperti senar yang ada di dalam hatinya yang terdalam itu dimainkan oleh seseorang, membuat hatinya menjadi bergetar.

"Howard, apa kau tidak salah, kau sendiri tidak menjaga istrimu dengan baik, kenapa kau malah menyalahkan kami!"

Kata Sharren tidak terima.

Sudah lapar, gula darah rendah pula, sama sekali tidak membesar-besarkan. Kalau sekarang ada bumbu-bumbu masak di sana, ia pasti akan langsung menyantap pegangan tangga itu!

"Tentu saja aku juga bersalah, oleh karena itu, aku bertugas untuk melindungi istriku agar tidak akan pernah terjatuh di tangga lagi."

"Berarti artinya ini kau sengaja ingin mengerjai kami?"

Membongkar tangga itu demi membalaskan dendam istrinya pada tangga rumah, mengurung mereka semua di atas itu demi menghukum mereka karena tidak menjaga Eleanor dengan baik, ia mengatakannya seolah-olah memang seharusnya seperti itu.

"Bukan mengerjai namanya." Howard mengambil sapu tangan yang disodorkan oleh pembantu di sebelahnya dengan pelan, lalu mengelap kedua tangannya, "Ini adalah hukuman, juga peringatan, kalau sampai terulang lagi......"

Baru saja Tuan Besar Yi hendak mengamuk, namun semua orang di sebelahnya pun langsung menutup mulutnya.

"Kami berjanji pada langit-langit rumah kami, pasti tidak akan terulang lagi, kami pasti akan membantumu menjaga Eleanor dengan baik, entah kau ada atau tidak ada!"

"Baiklah, ingat itu."

Sekarang, barulah Howard merasa puas, ia pun meletakkan sapu tangan itu kembali ke atas lengser, lalu keluar rumah dan memetik jarinya.

Tak lama, sebuah tangga lipat pun digotong oleh beberapa tukang masuk ke dalam.

"Dasar anak tengil! Berani-beraninya kau mengerjaiku!"

Tiba-tiba, tangga lipat itu pun berhenti dan tak bergerak lagi di tengah-tengah.

"Ya Tuhan, Daddy, apa kau tidak bisa tidak bicara apa-apa, kami semua sudah kelaparan! Howard itu memang iblis, jangan buat dia marah ya!"

Widya pun segera melanjutkan perkataan Irina, "Sebenarnya Howard melakukan semua ini juga karena ia sangat sayang pada istrinya, bagus kan kalau ia sayang pada istrinya, seharusnya kau merasa senang."

"Kalian! Apa kalian sudah tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah lagi?"

"Tidak bisa." kata semua orang sambil menundukkan kepala, "Memikirkan cara yang cerdik adalah pilihan yang tepat, jangan menyusahkan kami."

"......"

"Eleanor."

Baru saja turun ke lantai bawah, Sharren langsung berlari ke arah Eleanor, lalu memeluk lehernya dan berkata, "Jaga tingkah lakunya, benar-benar tidak tahu......"

Sebuah lirikan mata yang tajam, membuat Sharren langsung menelan kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya itu.

Seisi keluarga baru saja hendak duduk dan makan, tiba-tiba ada orang yang masuk dan menyampaikan, bahwa Keluarga Chen datang untuk mengajukan lamaran.

Ivan yang mendengarnya langsung bangkit berdiri.

Widya langsung mencubit pahanya dari bawah meja, lalu ia pun kembali duduk dengan sangat kesal.

Ketiga anggota Keluarga Chen langsung diantarkan ke ruang tamu kecil, karena Eleanor tidak ingin ikut campur dalam masalah ini, ia pun segera mencari alasan, ia mengatakan ada rapat di kantor dan harus segera pergi setelah makan siang.

"CEO Chu, akhirnya kau datang juga."

Begitu melihat Eleanor, Lucy langsung membawa setumpuk dokumen dan ia letakkan kea tas meja Eleanor.

"Belakangan ini banyak urusan?"

"Tentu saja, belakangan ini kau jarang sekali datang, sepertinya CEO Sun juga banyak urusan dan jarang sekali datang kemari, yang tersisa di kantor hanyalah CEO Ying, aku hanya bisa menunda dokumen-dokumen yang tidak seberapa penting ini."

"Kau kan bisa mencariku, aku ada di rumah kediaman lama."

Baru saja Eleanor selesai berbicara, tiba-tiba ia pun teringat momen saat ia melihat Lucy dan Ivan di lorong waktu itu.

Jangan-jangan ia sedang menghindar dari Ivan?

Lucy langsung mengalihkan topik pembicaraannya, "Oh ya, CEO Chu, Joevin Wang sempat datang kemari beberapa kali untuk mencarimu."

"Apa katanya?"

"Ia tak berkata apa-apa, hanya bilang ingin mencarimu untuk berbincang-bincang saja."

"Baiklah, kali ini suruh dia datang kemari saja, kebetulan aku juga ada waktu."

"Baik."

Lucy pun memberi hormat dan langsung keluar dari ruangan CEO.

Tak lama, Joevin pun masuk ke dalam ruangan sambil tersenyum senang.

"Sudah laam tak bertemu dengan CEO Chu, aku selalu memikirkanmu lho."

"Memang seharusnya begitu."

Eleanor bangkit berdiri dan berjalan ke arah sofa yang tak jauh dari sana, "Silahkan duduk."

"Aku belum sempat berterima kasih padamu waktu itu sudah memikirkan cara untuk mengeluarkanku dari kantor polisi."

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu