Adore You - Bab 117 Ingatlah Untuk Menungguku Di Tempat Semula Jika Tersesat (3)

Belum sampai bertemu dengan Eleanor, ia sudah ditahan terlebih dahulu oleh para pengawal di samping.

"Howard......"

Angela menatap Howard dengan tatapan memohon, tetapi Howard malah terus memperhatikan Eleanor.

"Sebenarnya, tidak ada yang perlu dibesar-besarkan mengenai masalah ini. Angela dan suamiku telah memutuskan hubungan pertunangan mereka bertahun-tahun yang lalu. Lagi pula, aku hanyalah seorang gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA pada saat itu. Mana mungkin aku bisa ke Inggris dan mencampuri urusan mereka berdua. Belum lagi, aku juga tidak punya kesempatan untuk berhubungan dengan ahli waris keluarga Stuart pada saat itu......"

Angela semula mengira kalau Eleanor akan mengatakan alasan yang sesungguhnya di balik putusnya hubungan pertunangan antara dirinya dan Howard.

Howard tidak begitu terkejut.

Meskipun Howard sebenarnya sudah tidak peduli dengan masalah ini, tetapi jika itu semua dibongkar di depan umum, ia juga pasti akan merasa malu. Eleanor jelas tidak ingin menggunakan nama suaminya untuk membersihkan nama baiknya sendiri.

"Oleh karena itu, semoga teman-teman wartawan di sini dapat memberitakan hal ini dengan seadil-adilnya. Saya berterima kasih pada kalian semua," kata Eleanor sambil menempelkan kedua telapak tangannya di depannya untuk membuat tanda terima kasih.

Wartawan itu membalasnya: "Nyonya Stuart tidak perlu sungkan-sungkan. Dukungan Anda terhadap pekerjaan kami adalah dorongan yang besar bagi kami. Kami pasti akan memberitakan masalah ini dengan adil dan tidak akan memberikan kesempatan pada orang lain untuk mencemarkan nama baik Anda!"

"Terima kasih, terima kasih."

Eleanor tersenyum, kemudian memeluk lengan Howard dan masuk ke dalam.

Angela menatap Eleanor dengan tatapan yang ganas dari belakang. Ia baru saja dilepaskan oleh pengawal dan para wartawan sudah memusatkan perhatian kepadanya.

"Nona Wen, apakah Anda yang telah mengutus orang untuk menyebarkan beberapa skandal mengenai pasangan Stuart ini?"

"Selain itu, ada paparazi yang mengambil foto Tuan Stuart sedang meninggalkan rumah Anda beberapa waktu yang lalu. Apakah ada kesalahpahaman juga mengenai hal ini? Bisakah Anda memberikan penjelasan kepada kami?"

......

Sutradara Zou awalnya mengira kalau Eleanor hanyalah seorang wanita yang kuat saja dan tidak menyangka kalau ia ternyata juga merupakan nyonya muda dari keluarga Stuart!

Nyonya muda keluarga Stuart!

Apa artinya semua ini!

Sutradara Zou hendak menghampiri Eleanor untuk memberitahunya apa yang barusan terjadi, tetapi kepala polisi itu sama sekali tidak memberinya kesempatan.

"Bukankah sudah dibilang agar kalian jangan bergerak. Apa yang kamu lakukan!" Apakah sudah tiba giliranmu untuk menceritakan apa yang terjadi?

Sutradara Zou langsung terlihat lesu. Ia pun hanya bisa mematuhinya dan berdiri di samping.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Permisi, Nyonya Stuart......" kata polisi itu dengan hormat sambil berjalan menghampirinya.

Eleanor mengerutkan dahinya dengan raut wajah yang tampak tidak senang dan berkata, "Apa aku bertanya padamu?"

Ia menunjuk ke arah Sutradara Zou dan berkata, "Apa yang kamu lakukan di sana, bicaralah."

"Baik, baik," Sutradara Zou tampak gembira setelah dipanggil oleh Eleanor. Kemudian, ia menceritakan dari awal hingga akhir apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Dengan kata lain, kabel yang ada pada kru film itu rusak. Apa itu yang disewa dari orang lain?" Apa benar bisa kebetulan seperti itu. Kabel yang awalnya baik-baik saja itu rusak. Kemudian, kabel dari penyewaan itu juga bermasalah?

"Benar."

"Dari perusahaan prop mana kamu menyewanya?"

Ketika Eleanor menanyakan hal tersebut, wajah Sutradara Zou tiba-tiba menjadi pucat. Lalu, ia berkata, "Awalnya, orang dalam tim prop yang bertanggung jawab. Tetapi, setelah menelepon beberapa perusahaan, mereka semua mengatakan kalau kabel mereka telah disewa orang lain beberapa hari sebelumnya. Oleh karena itu, aku mengambil sebuah kartu nama yang terletak di mejaku dan memberikannya pada tim prop. Setelah itu, kami baru menemukan tempat penyewaan itu."

"Apakah kalian pernah menyewa sesuatu dari perusahaan prop yang tertulis pada kartu nama itu?"

"Tidak," kata Sutradara Zou sambil menggelengkan kepalanya. "Itu sepertinya adalah perusahaan baru. Aku juga belum pernah melihat kartu nama ini sebelumnya, entah bagaimana bisa ada di mejaku."

"Di mana kartu nama itu sekarang?"

"Polisi baru saja bertanya pada tim prop. Mereka meletakkan kartu nama itu begitu saja di atas meja kecil setelah menggunakannya, dan kemudian kartu nama itu menghilang. Saat ini, ternyata telepon perusahaan prop itu mati."

"Apakah ketika kabel itu dikirimkan tidak diperiksa terlebih dahulu?"

"Bukan begitu. Staf kami telah memeriksanya dengan teliti. Tidak ada masalah apa pun. Hanya saja, ketika kami mulai bekerja, para staf dari tim wire fu semuanya mengalami sakit perut, entah apakah karena mereka salah makan atau ada penyebab lainnya. Kemudian, kami pun menyerahkan pekerjaan ini pada orang dari perusahaan wire fu tersebut. Kami juga sudah bersedia untuk membayar lebih."

"Mereka tidak mungkin menghilang begitu saja, kan," kata Eleanor. Kalau demikian, bisa jadi tidak ada yang akan memercayainya.

"......" Sutradara Zou menunduk dan merasa tidak enak, "Memang aneh, ketika Lily terjatuh dari kabel itu, perhatian kami semua tertuju kepadanya, kami bahkan tidak tahu bagaimana kedua orang itu menghilang."

Baru saja Sutradara Zou selesai berbicara, Angela yang baru saja diselamatkan oleh agen dari kerumunan para wartawan itu berjalan menghampiri mereka dengan penuh kemarahan, terutama ketika melihat Howard yang terus berada di samping Eleanor. Hal ini membuatnya sangat kesal.

Eleanor tanpa sengaja melirik ke arah Angela dan badannya gemetaran tanpa disadarinya.

Tatapan wanita ini sungguh tajam!

Benar, tajam!

Padahal hanya melirik saja, tetapi tampak tajam seperti pisau yang memancarkan cahaya dingin.

"Serahkan masalah ini pada pihak kepolisian saja. Aku yakin mereka dapat menangkap pelakunya secepat mungkin dan memberikan keadilan untuk Lily!"

Eleanor kemudian menoleh ke arah polisi di depannya sambil tersenyum.

Kepala polisi itu berkata: "Tentu saja. Jangan khawatir, Nyonya. Kami akan menangani masalah ini secepat mungkin dan memberikan keadilan untuk Anda."

"Apa Nona Wen kedinginan? Tanganmu sangat dingin."

Melihat Eleanor yang kembali mengangkat topik tentang dirinya, Angela pun menjawab dengan ekspresi yang kurang baik, "Bagaimana kamu tahu kalau tanganku dingin?"

"Kalau hati sudah dingin, apa tangan masih bisa hangat?" kata Eleanor sambil tertawa mengejek. Ia lalu berkata lagi, "Aku sudah mengatakan pada Nona Wen sebelumnya. Jangan menggunakan sepatu hak tinggi untuk meraih sesuatu yang di luar jangkauan. Untung saja waktu itu hanya terkilir. Kali ini, aku khawatir kamu akan terjatuh."

Angela sangat marah, tetapi ia tidak berani membalas Eleanor di depan Howard. Ia mengepalkan tinjunya erat-erat. Air matanya pun menetes.

Ia dengan polos membayangkan gambaran seorang wanita yang dihina dan mendapat perlakuan tak adil, tetapi ia lupa bahwa alasan mengapa dahulu dirinya memiliki hubungan yang baik dengan Howard adalah karena karakternya yang ceria.

Howard merasa kesal melihat wajahnya yang tampak sedih itu, seolah seperti sedang menonton sinetron saja.

Benar-benar tidak mengerti. Ia barusan baik-baik saja, mengapa menangis lagi!

"Baiklah, Howard. Kita sudah tahu apa yang terjadi di sini. Mari kita pulang dulu."

Eleanor menarik Howard, kemudian berkata pada Sutradara Zou lagi, "Asistenku, Lucy, sebentar lagi akan mengurus biaya pengobatan, semuanya akan ditanggung oleh Ying's Corp. Kamu teruslah melakukan syuting. Bagian Lily tidak banyak, lompati saja dulu. Kita lihat bagaimana kondisi Lily nanti."

"Baik, baik. Aku mengerti. Tuan dan Nyonya, hati-hatilah di jalan."

"Sayang, kita jangan kembali ke vila hari ini."

Eleanor tiba-tiba mengusulkan hal ini dalam perjalanan pulang di dalam mobil.

"Oke," jawab Howard sambil tersenyum lembut. "Bilang saja, kamu ingin ke mana?"

"Ke Avenue des Champs-Elysees saja. Kita sudah lama tidak tinggal di sana," jawab Eleanor. Kalau tidak pergi sekarang, ia khawatir tidak akan memiliki kesempatan untuk ke sana lagi.

"Baik, terserah kamu saja."

Howard meminta sopir untuk berhenti di pinggir jalan. Ia membantu Eleanor untuk duduk di kursi penumpang depan. Kemudian, ia menyetir sendiri mobil itu.

"Kita ke supermarket dulu. Kita masak sendiri saja untuk makan malam nanti."

"Oke," jawab Howard dengan sangat gembira. Masakan Eleanor itu adalah sesuatu yang sangat berharga baginya.

Hari sudah mulai gelap, dan karena ini adalah akhir pekan, supermarket sudah pasti penuh sesak. Howard khawatir kalau ada orang yang menabrak Eleanor, sehingga ia terus berhati-hati dan menjaganya untuk masuk ke dalam supermarket.

"Aku tidak apa-apa. Dasar bodoh."

Melihat Howard yang begitu tegang, Eleanor pun merasa ngilu. Ia sengaja memutar badannya ke sisi lain untuk melihat barang-barang di rak. Tetapi, setelah melihat-lihat sekilas, ia sama sekali tidak tahu harus membeli apa.

Tidak jauh dari sana, sepertinya sedang ada promo penjualan spesial. Begitu promonya diumumkan, orang banyak bergegas ke sana. Dan dalam sekejap, mereka berdua dipisahkan oleh kerumunan orang banyak itu.

Begitu orang banyak berkumpul di sana, Eleanor pun khawatir ada orang yang menabraknya secara tidak sengaja. Pasukan pengejar promo di supermarket itu sangat tangguh.

Ia memegangi perutnya sambil memandang ke sekeliling, tetapi ia tidak dapat menemukan Howard. Ia hanya bisa jalan dengan berpegangan pada rak barang.

Sebelum masuk ke supermarket, ia menyimpan ponsel dan tasnya di lemari penyimpanan. Kuncinya juga ada pada Howard. Ia hanya bisa berpegangan pada rak dan berjinjit untuk mencari Howard.

Semakin banyak orang yang berdatangan, entah ke mana Howard pergi.

Perpisahan belum tiba, tetapi mereka sudah mulai kehilangan arah.

Howard. Apakah semua ini adalah takdir?

"Istriku!"

Suara pria yang lembut terdengar di belakangnya. Suara itu terdengar seperti tergesa-gesa.

Eleanor terkejut dan memutar badannya. Ia melihat Howard dari jauh sedang berjalan berdesak-desakan dengan orang banyak untuk menghampirinya.

"Tunggu aku di sana, jangan ke mana-mana."

Ia mengangguk dengan patuh, seperti seorang anak kecil yang diam berdiri dan menunggu kedatangan orang tuanya.

Howard akhirnya sampai di depan Eleanor. Pakaiannya tetap rapi, meskipun ia baru saja berdesakan dengan banyak orang. Aura dari posturnya itu seolah-olah membuat orang lain di sekitar mereka terisolasi di dunia luar.

"Lain kali, ingatlah untuk menungguku di tempat semula jika tersesat. Aku akan mencarimu."

Ia merasa seperti baru kehilangan sesuatu, tetapi segera mendapatkannya kembali. Jelas-jelas masih berada di depan umum, tetapi ia malah memeluk Eleanor. Jari-jari tangannya menggenggam tangan Eleanor erat-erat. Kemudian, ia berkata, "Baiklah, mulai saat ini, aku akan menggandengmu. Kalau begini, kamu tidak akan tersesat lagi."

Eleanor diam saja, tidak berkata apa-apa.

Apakah hanya dengan berpegangan tangan dapat membuat mereka tidak terpisah?

Setelah memilih beberapa bahan makanan favorit, keduanya dengan penuh semangat menuju ke rumah mereka yang terletak di Avenue des Champs-Elysees.

Entah apakah ini semua karena pekerja harian yang datang secara teratur setiap hari untuk membersihkan rumah itu. Rumah itu benar-benar bersih. Hanya tersisa daun-daun yang berguguran di bawah pohon sutra.

Eleanor mengenakan celemek dan masuk ke dalam dapur. Howard semula berniat untuk membantunya, tetapi ia lalu teringat dengan "aturan bagi pria untuk tidak masuk ke dalam dapur". Ia pun hanya bisa tersenyum dan duduk di sofa.

Begitu membalikkan badan dan menyentuh peralatan makan yang tak asing baginya, air mata Eleanor pun langsung menetes.

Air mata itu menetes di atas meja, memercikkan tetesan air yang dingin.

Eleanor tidak berani menghirup udara melalui hidungnya, khawatir kalau Howard akan mendengar sesuatu. Ia hanya bisa bernapas dengan cara membuka mulutnya.

"Sayang."

Tiba-tiba terdengar suara Howard dari belakang. Eleanor pun buru-buru meletakkan pisau yang ada di tangan untuk menghapus air matanya. Karena kurang berhati-hati, ujung pisau yang tajam itu memotong ujung jarinya. Darah segar pun mengalir keluar.

Dengan penuh perhatian, Howard memasukkan jari tangan Eleanor ke dalam mulutnya. Lidahnya yang lembut perlahan-lahan menjilat luka itu.

"Kamu menangis," kata Howard sambil mengangkat tangannya dan menggunakan ujung jarinya untuk menyeka air mata dari kelopak matanya.

"Iya, sakit."

Ia tidak berbohong.

Sakit. Jari tangan sakit, hati juga sakit.

Bagaimana ini Howard. Aku sama sekali tidak bisa melupakan kelembutanmu.

Howard membawanya keluar dari dapur dan mencari plester untuk ditempelkan pada lukanya. Ini sama seperti ketika tangannya terluka pada saat dirinya berpartisipasi dalam pesta teman sekelas itu. Howard menundukkan kepala demi mengobati lukanya itu.

"Sayang," kata Howard sambil menghela napas dan memeluknya.

Suasana hati Eleanor akhir-akhir ini memang sangat tidak stabil.

"Eleanor, kita baik-baik saja, kan," kata Howard. Firasat manusia memang selalu tepat dan menakutkan.

Meskipun tidak tahu apa-apa, tetapi ia dapat merasakan hal yang sama.

Eleanor tanpa sadar menggaruk luka di tangannya, kemudian memasang senyum dan memukul pundaknya, "Jangan bicara aneh-aneh. Bukankah kita memang baik-baik saja?"

"Sayang, ada apa denganmu akhir-akhir ini?"

"Masa kehamilan sudah panjang, jadi sedikit lelah saja. Jangan khawatir, aku tidak apa-apa, kok," katanya sambil tersenyum dan bangkit berdiri. Kemudian, ia kembali berkata, "Aku akan ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Kamu menonton TV dulu saja. Jangan menggangguku lagi. Kamu barusan membuatku terkejut."

Howard tidak percaya dengan kata-kata Eleanor itu, tetapi ia tidak membantahnya.

Mereka seperti berada dalam dua dunia. Meja makan itu penuh dengan makan malam. Howard duduk sambil menopang pipi dengan kedua tangannya dan memandang ke arah Eleanor dengan bersandar pada meja.

"Ada apa? Makanlah." Bagaimana dengan pendidikan kaum elite?

"Makanannya tampak luar biasa. Lebih menarik daripada di restoran."

"Omong kosong," kata Eleanor sambil tersenyum. Ia mengambil semangkuk sup, kemudian memberikannya kepadanya dan berkata, "Cepat makanlah."

"Siap, istriku."

Eleanor tiba-tiba berpikir betapa indahnya jika bisa terus seperti ini. Tidak ada keluarga Stuart, tidak ada keluarga Yi, dan tidak ada keluarga Jiang. Sama seperti ketika pertama kali bertemu dan Howard membawanya pulang. Keduanya saling mencintai. Betapa indahnya.

Namun, kenyataannya memang seperti ini. Ketika kamu tidak peduli, kamu akan selalu memilikinya. Dan ketika kamu tidak rela kehilangan, kamu malah harus berpisah.

Air di dalam pencucian piring itu bercampur dengan air matanya.

Malam ini, terjadi perubahan yang besar.

Eleanor membelai wajah Howard yang sedang tertidur. Ia mengelusnya dengan lembut, mulai dari alis mata hingga bibirnya. Ia memahatnya dalam pikiran dan mengingatnya dalam jiwa.

Sempurna. Dia memang bukan orang biasa.

Howard, setelah keluar dari pintu ini, kita akan segerah berpisah.

Dalam tidurnya, Howard membalikkan badannya dan mencari Eleanor tanpa sadar. Sampai ketika Eleanor kembali ke dalam pelukannya, barulah ia tersenyum tenang.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu