Adore You - Bab 118 Kembalilah, Frans (1)

Dalam perjalanan kembali ke vila Brittany di pagi hari, Lucy menelepon Eleanor dan mengatakan kalau Lily ingin bertemu dengan dirinya.

Ia menyetujuinya, tetapi tidak mengatakan kapan akan pergi. Kemudian, ia terdiam dan bersandar pada jendela mobil sambil memiringkan kepalanya untuk melihat Howard yang sedang mengemudi itu.

Tampak sedikit tak bersemangat, tetapi juga sangat memikat hati.

Bibir tipisnya seksi dan sedikit terangkat. Howard mengulurkan tangan untuk meraih tangan Eleanor dan menggenggamnya.

Mereka berdua diam saja di sepanjang jalan. Mobil itu dipenuhi oleh rasa cinta yang dalam.

Ternyata ada seorang tamu yang tak diduga di ruang tamu vila itu.

"Brandon? Pagi sekali?" Apakah dia datang sejak kemarin malam atau memang baru pagi ini?

Kelelahan terpancar jelas dari wajah Brandon. Wajahnya yang tampan itu tidak terlihat semenarik biasanya.

"Eleanor, apa benar Andriana ada di sini?"

Eleanor menjawabnya dengan canggung, "Kamu belum makan, kan? Ayo, kita..."

"Eleanor, jawab pertanyaanku."

"Brandon," kata Eleanor sambil melirik Howard yang ada di samping dan memberikan isyarat kepadanya: Kemarilah.

"Dia ada di sini. Tapi, dia pasti tidak ingin bertemu denganmu."

Eleanor, "……"

Aku bermaksud memintamu untuk membujuknya. Ya ampun! Bisakah kamu tidak perlu sejujur itu!

"Aku tahu, tapi aku sudah terbiasa mencarinya ke mana-mana. Kalau aku berhenti mencarinya, aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan."

Brandon mengangkat kepalanya dan menatap ke langit-langit. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka mulutnya.

Eleanor mencubit Howard diam-diam, dan Howard berkata dengan wajah polosnya, "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya saja. Sudah jelas-jelas tidak mungkin, jadi jangan memberinya harapan palsu lagi. Harapannya itu suatu hari pasti akan pupus. Apa yang harus dia lakukan bila itu terjadi?

Meskipun Brandon tidak melakukan sesuatu yang menyedihkan Andriana, tetapi sebagai seorang pria, sikapnya dalam menangani masalah ini membuat Howard memandang rendah dirinya.

Istrinya sendiri tidak dijaganya, apakah masih berharap orang lain yang menjaganya?

"Baiklah, Brandon. Kami tidak bisa membantu apa-apa mengenai masalah ini. Andriana memang ada di sini, tapi dia mungkin tidak ingin bertemu denganmu. Bagaimanapun juga, rasa sakit hatinya jauh lebih dari yang kamu pikirkan."

Bagi seorang wanita, tidak ada hal yang lebih menyiksa daripada munculnya orang ketiga dalam sebuah pernikahan, apalagi sampai terjadi keguguran. Satu saja sudah cukup mendatangkan kehancuran, apalagi kalau bersama.

"Aku benar-benar tidak bisa melepaskannya, aku masih merindukannya," kata Brandon.

"Semua sudah berakhir. Jangan merindukannya lagi."

Tiba-tiba terdengar suara wanita yang kalem dari pintu.

Eleanor dan Howard memutar kepalanya dan melihat Andriana berjalan menghampiri mereka dengan raut wajah yang dingin.

"Segala sesuatu yang sudah berakhir, biarkanlah berlalu. Kalau kamu begini terus, kamu hanya akan menyusahkan Eleanor dan Howard saja."

"Andriana"

Brandon tiba-tiba berdiri dan menatapnya dengan tatapan kosong.

Ia sudah lama tidak berjumpa dengan Andriana. Saking lamanya, ia hampir lupa kebahagiaan seperti apa yang dirasakan olehnya ketika Andriana masih mencintainya.

Eleanor memberikan isyarat secara diam-diam pada Howard. Keduanya baru saja berdiri, tetapi Andriana ternyata telah berbalik.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi di antara kita. Kamu tidak bersalah, jadi aku tidak akan membencimu. Anggap saja kita tidak saling mengenal. Itu akan lebih baik."

Dari tempat Eleanor berdiri, ia dapat melihat dengan jelas ada air mata yang berlinang di mata Brandon.

Eleanor pun mengulurkan tangan dan menggandeng Howard secara diam-diam untuk meninggalkan tempat itu.

Setelah sarapan, Eleanor sengaja membujuk Howard untuk kembali ke ruang kerja dan mengurus pekerjaannya. Kemudian, ia menggunakan waktu luang ini untuk pergi ke rumah sakit kota.

"Sudah bangun."

Melihat Eleanor datang, Lucy bergegas membuka pintu kamar.

"Tidak lama setelah terbangun, dia terus mengatakan kalau ingin bertemu denganmu."

"Baiklah, kamu keluar saja dulu."

"Tapi." Meskipun Lily sebenarnya tidak memiliki maksud jahat terhadap Eleanor, tetapi salah satu kakinya telah patah sekarang. Ia sudah tidak seperti dulu lagi. Bagaimana kalau ia akan menyakitinya?

Eleanor menatapnya dengan tatapan yang menghibur dan berkata, "Jangan khawatir. Itu tidak akan terjadi."

"Baiklah, aku akan menunggu di depan. Panggil aku saja kalau Nyonya butuh sesuatu."

"Ya."

Kamar kelas satu itu didekorasi dengan warna yang hangat dan bunga-bunga berwarna cerah terdapat di meja samping tempat tidur. Ini semua sangat kontras dengan raut wajah Lily yang terbaring di atas tempat tidur itu.

"Kak, tolong aku," kata Lily sambil memandang Eleanor. Suasana hatinya langsung hancur di tempat.

Dia yang biasanya selalu memiliki kepercayaan diri, bagaimana dia bisa menerima keadaan kalau dirinya menjadi lumpuh dalam semalam!

Pasti Angela!

Pasti karena Angela takut kalau Lily akan membongkar kejadian di waktu yang lalu itu, sehingga ia menggunakan cara kotor seperti ini untuk melukai Lily!

"Jangan khawatir. Aku pasti akan menegakkan keadilan untukmu," kata Eleanor yang duduk di sofa samping. Ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

Beberapa saat kemudian, Eleanor akhirnya berkata: "Aku tidak berani membuat kesimpulan sekarang, tapi pihak kepolisian telah melakukan penyelidikan. Jika memang dia pelakunya, aku akan membantumu untuk mengadakan konferensi pers nanti. Ingatlah untuk mempersiapkan data-data yang dibutuhkan. Aku akan mengirimkan pengawal untuk menjagamu. Istirahatlah baik-baik dan jangan memikirkan apa pun. Tenang saja, ada aku."

"Iya, terima kasih, Kak."

Eleanor mengerutkan bibirnya, lalu berkata, "Nanti, jangan lupa untuk mengirimkan padaku data audio dan video yang ada padamu itu."

"Baik, tolong supaya Kakak dapat mengutus orang ke rumahku untuk mengambil komputerku dan membawanya kemari."

"Baik, aku mengerti. Ada orang yang akan membawakannya untukmu nanti. Kamu istirahat saja. Aku pulang dulu."

Eleanor keluar dari kamar pasien. Dan sebelum meninggalkan rumah sakit, ia meminta Lucy untuk mengutus beberapa pengawal untuk datang ke rumah sakit.

Belum jauh mobil Eleanor meninggalkan rumah sakit, ada panggilan telepon dari Allan.

"Hei, aku baru saja tiba di Kyoto. Apa kamu ada waktu sekarang? Ayo, keluar sama-sama."

"Aku masih ada sedikit urusan sekarang. Lain kali saja," jawab Eleanor. Sejak kejadian surat itu, Allan sering meneleponnya. Hal ini membuatnya tidak nyaman dan ia secara tidak sadar ingin menghindari Allan.

"Oke. Tunggu kamu ada waktu saja. Hubungi aku kalau kamu sudah ada waktu."

Mercedes-Benz yang dari tadi telah mengikuti mobil Hummer hitam dari belakang itu tiba-tiba melakukan putar balik dan segera melaju ke arah yang berlawanan. Mobil itu tampaknya mengabaikan peraturan lalu lintas.

Di kaca spion tampak pandangan mata yang awalnya lembut dan tiba-tiba menjadi sangat kejam.

Jadi, kamu pun juga mulai berbohong padaku?

Oleh karena Felicia, Winnie yang semula berada pada posisi yang kurang menguntungkan itu akhirnya dapat membalikkan keadaan sekali lagi. Ia juga mulai aktif dalam setiap acara pesta makan malam. Ivy sebenarnya ingin menanganinya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia begitu cemas hingga merasa kesal karena khawatir kalau Winnie akan mengambil tindakan terlebih dahulu.

"CEO Chu, Anda harus memikirkan sesuatu. Wanita itu benar-benar berbahaya. Aku tidak akan merasa tenang sebelum dia berhasil disingkirkan."

Eleanor sangat jarang datang ke perusahaan, sehingga Ivy tidak boleh melewatkan kesempatan ini.

"Ya, tunggu sebentar."

Eleanor berkata padanya sambil menunjuk sofa yang ada di samping, "Tunggu aku di sini."

Sambil berbicara, ia mengambil telepon dan masuk ke dalam ruang istirahat.

"Frans."

Karena sudah lama tidak mendengar suara Eleanor, Frans terkejut ketika telepon itu diangkat. Untungnya, ia bereaksi dengan cepat, dan bibirnya yang semula tampak tak acuh itu berubah menjadi senyuman yang hangat.

"Kembalilah, Frans."

Tanpa bertanya apa alasannya, ia dengan penuh hormat menjawabnya, "Baik".

Frans tidak banyak bicara, tetapi kemampuannya jelas tidak sembarangan. Siapa pun yang dapat menyelesaikan sisa dua tahun waktu perkuliahan hanya dalam setengah tahun saja tentunya tidak bodoh.

Beberapa waktu yang lalu, Eleanor mendengar Frans meminta nasihat. Frans bertanya apakah perlu mendirikan sebuah perusahaan perhiasan di Kanada atas nama Eleanor.

Di luar desain, Eleanor sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang industri perhiasan. Tetapi, ia percaya dengan kemampuan Frans dan membiarkannya untuk menunjukkan kemampuannya. Oleh karena itu, ia pun menyetujui usulan ini dan meminta agar perusahaan itu didirikan atas nama Frans sendiri.

"CEO Chu."

Ivy segera berdiri begitu melihat Eleanor keluar dari ruang istirahat.

"Tenang saja, ada orang yang akan mengurus masalah ini nanti."

"Maksud Anda adalah, baik, baik, aku mengerti," jawabnya. Baguslah kalau ada orang yang akan mengurusnya. Siapa juga yang mau menanganinya sendiri. Bagaimanapun juga, Felicia yang ada di belakang Winnie itu bukan orang yang mudah untuk dihadapi.

Tak lama kemudian, Eleanor yang berada di dalam ruangannya menerima data video yang dikirimkan oleh Lily. Setelah mengopinya ke perangkat USB, ia pun kembali ke vila Brittany.

"Eleanor."

Pintu ruang kerja itu diketuk dua kali. Sebelum ia menjawab, seseorang telah mendorong pintu itu.

"Maaf. Aku langsung masuk karena tidak ada yang menjawab."

Eleanor sangat terkejut. Kemudian, ia segera meletakkan perangkat USB di tangannya itu ke dalam laci dan berkata, "Ada apa, Bertha?"

Bertha menatapnya dengan tenang dan berkata, "Di bawah, Angelina dan Brandon."

Eleanor segera berdiri dari tempat duduknya dan bergegas turun ke bawah.

Melihat Eleanor sudah turun, Bertha perlahan-lahan mengeluarkan perangkat USB itu dari dalam laci dan mencolokkannya ke komputer.

Setelah melihat sekilas apa yang ada di dalam perangkat USB itu, ia pun mengetahui apa isinya. Kemudian, ia diam-diam mengembalikan perangkat USB itu ke tempatnya semula.

Ketika menunduk, ia tidak sengaja melihat ada ujung dari selembar kertas putih yang muncul keluar dari laci bawah itu.

Jika tidak salah ingat, terakhir kali ketika dirinya ada di ruang kerja Eleanor, tidak ada apa-apa di laci bawah itu.

Ia membungkuk dan menarik laci itu, tetapi ternyata terkunci.

Tatapan matanya seperti memancarkan sesuatu yang memiliki arti yang dalam.

Di lantai bawah, tercipta suasana seolah hendak terjadi keributan besar.

Eleanor terkejut ketika melihat ada seseorang berwajah tampan dengan mata biru yang sedang duduk di sofa.

Vicini?

Mengapa dia ada di sini?

"Selamat datang, Vicini."

Vicini tersenyum, kemudian berdiri dan berkata, "Nyonya Stuart, sudah lama tidak bertemu. Kecantikan Anda mengalahkan segalanya."

Pria ini sama seperti semua pria Italia pada umumnya. Ia terlahir dengan kemampuan untuk menggoda orang lain.

"Di mana Tuan?" tanya Eleanor pada pengurus rumah Lu yang ada di samping.

Pengurus rumah Lu dengan hormat berkata: "Tuan berkata bahwa Tuan Vicini bukan datang untuk bertemu dengannya. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu meluangkan waktunya."

Eleanor hanya bisa tersenyum: Dia pasti sedang sibuk mendekorasi kamar bayi dan tidak ingin meninggalkannya.

Eleanor merenungkan perkataan Howard. Ia melirik ke arah Andriana yang terlihat tanpa ekspresi itu dan hanya peduli dengan bukunya. Hubungan di antara mereka bertiga tampak tidak begitu jelas.

Ia tiba-tiba teringat dengan perkataan William ketika Andriana baru saja kembali.

Vicini dan Andriana sepertinya memiliki suatu hubungan yang tidak diketahui banyak orang, sampai-sampai dapat membuat orang dari Italia jauh-jauh mengejarnya hingga ke negara Z.

"Karena Tuan Vicini sudah datang kemari, sebaiknya Tuan tinggal dulu di sini selama beberapa hari. Pemandangan di Kyoto membuat orang tidak rela meninggalkan kota ini."

Eleanor tiba-tiba berpikir, ia barusan seharusnya tidak perlu tergesa-gesa datang. Bahkan, Vicini dan Brandon tampaknya sedang bersaing secara diam-diam saat ini. Ia duduk pun juga akan merasa canggung.

"Tentu saja. Kyoto punya alasan mengapa aku harus tinggal di sini."

Bibir Vicini sedikit terangkat, tampak sangat seksi.

Raut wajah Andriana yang ada di samping itu tiba-tiba terlihat membeku.

Brandon tentu saja juga sudah melihat ada sesuatu yang tidak biasa di antara mereka berdua. Semakin timbul perasaan tidak rela di dalam hatinya. Ia menatap Vicini dengan tatapan dingin.

Eleanor menduga kalau bukan karena dirinya dan Andriana ada di sana, kedua pria ini mungkin sudah memiliki dorongan untuk saling berkelahi.

"Andriana, ikutlah denganku sebentar. Aku butuh sedikit bantuanmu di atas."

"Oh, oke."

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu