Adore You - Bab 102 Rahasia Howard (3)

Dengar-dengar anak yang mengidap autisme, meskipun terluka atau sakit juga tidak akan menjerit.

Sebenarnya Bertha, dengan diam tak bersuara memperhatikan semua yang ada di hadapannya.

Eleanor baru saja dikejutkan oleh mobil, Harwin keluar lalu mengalami kecelakaan saat pulang, begitu kebetulan kah?

Bibir merah nya sedikit merapat, seperti tersenyum namun tidak tersenyum.

“Howard........”

“Dia tidak apa-apa, aku memahami Harwin, kamu jangan khawatir.” Howard menggandeng tangannya, “Dokter sudah menunggu mu di ruang tamu kecil, kita pergi periksa terlebih dahulu, nanti baru memikirkan masalah Harwin.”

“Benar benar benar, ini lebih penting.” Sharen dengan segera merangku lengan Eleanor yang 1 lagi.

Untung saja setelah melakukan 4 metode diagnosis, selain mengalami syok tidak ada kendala besar lain lagi, saat ini barulah Howard lega, memerintahkan Pengurus Rumah Lu membayar biaya berobat dan mengantar tabib tua itu.

“Bagus lah jika tidak apa-apa, aku temani kamu untuk tidur lagi, nanti ketika bangun makanlah sedikit sup kental sarang burung walet.”

“Tidak perlu kamu temani, John baru saja pulang dan kalian berdua pasti masih ada banyak urusan yang harus didiskusikan. Aku sendiri pergi berbaring saja.”Eleanor melepaskan diri dari pelukan Sharen, “Taruh lah 1 buket bunga lily yang dikirimkan oleh toko bunga ke dalam kamar, sudah bosan melihat dengan Louis XIV, juga sudah saatnya mengganti aroma.”

“Baik, kalau begitu kamu pergilah, aku nanti ada di ruang baca, jika kamu ada masalah panggil lah aku.”

“Ya.”

Eleanor naik keatas, tidak lama 1 buket besar bunga lily putih yang simpel nan elegan yang menebarkan semerbak wangi itu pun diantar masuk ke dalam kamar, dia mengambil 1 tangkai dan meletakkannya ke atas kasur, akhirnya terlelap dalam tidur.

Juga tidak lewat berapa lama, telinganya tiba-tiba terdengar suara yang aneh.

Dia dengan sadar menyipitkan sedikit matanya mencari ke sumber suara dan melihatnya.

Dalam kamar yang tirai jendela tebalnya terbuka, gelap gulita, tidak terlihat jelas, secara tidak jelas bisa terlihat sebuah bayangan hitam berjongkok membelakangi nya di sudut tembok, bahunya naik dan turun, sepertinya sedang memakan sesuatu.

Di tengah ruangan dipenuhi dengan aroma bau darah. Bercampur dengan aroma wangi bunga lily, ternyata dengan cepat berubah menjadi sebuah aroma aneh yang hampir membuat orang merasa jijik.

Tidak tahu kenapa detak jantung mulai berdegup kencang, berdebar-debar, terlihat jelas di dalam kamar yang tenang itu tampak sangat menonjol, tubuhnya dari awal pun telah dibasahi keringat dingin, baju tidur yang tipis dengan erat menempel di kulit, membuat orang tidak merasa nyaman di sekujur tubuh.

Mungkinkah sedang mimpi buruk!

Lambung pun kembali terasa tidak enak, Eleanor tidak bisa peduli dengan yang lain, bersandar di sisi kasur lalu mulai muntah lagi.

Di pintu kamar terdengar suara gerakan-gerakan kecil.

Howard membuka pintu lalu masuk dan kebetulan melihat dia tak bertenaga bersandar di atas kasur, detik berikutnya ia pun mengerutkan alis, “Bau darah dari mana, istriku kamu........”

“Bukan aku.” Eleanor sembari dari samping menarik sebuah tisu, mengusap-usap ujung bibirnya, lalu kembali melihat ke sudut tembok, bayangan orang hitam tadi sudah menghilang tanpa jejak.

Dia dengan curiga melihat ke dalam sekeliling rumahnya.

Mungkin kah ini benar-benar sedang bermimpi?

Tapi kenapa aroma bau darah ini begitu nyata, lagi pula Howard juga menciumnya, itu menyatakan aroma ini benar-benar ada.

“Howard, tadi sepertinya aku melihat bayangan seseorang disana.”

Eleanor menunjuk ke sudut yang tadi muncul bayangan hitam, dan kenyataanya, Howard sudah mencari aroma itu dan berjalan ke arah sana.

“Howard!”

“Ya?” Howard membalikkan kepala.

“Kamu lebih baik jangan kesana, suruh pengawal saja!” Sambil berbicara ia sudah membuka lampu kamar.

Begitu kamar menjadi terang, aroma bau darah itu sepertinya semakin kental.

“Tidak apa-apa.”

Mungkin karena demi menenangkannya, dia pun terlebih dahulu membuka tirai jendela.

Matahari sore menyinari masuk ke dalam kamar, akhirnya mengembalikan kamar yang awalnya sangat hening menjadi lebih hidup seperti sebelumnya.

“Apa yang kalian berdua lakukan?”

Pintu kamar terbuka, Sharen sambil mengupas merpati panggang dan berjalan masuk.

Melihat Howard mengambil mantel dan berjalan ke sudut tembok di belakang sofa, seketika ia juga penasaran dan mengikuti nya berjalan kesana.

“Ou------“

Tiba-tiba ia melempar merpati yang ada di tangannya, langsung berpegangan pada sofa yang ada dismaping dan mulai muntah.

Tertular oleh situasinya ini, Eleanor yang awalnya ingin turun dari kasur langsung memeluk tong sampah dan muntah lagi, mual dan mual, akhirnya muntah keluar juga.

Howard tidak mungkin masih bisa peduli dengan barang-barang berantakan yang ada di sudut tembok itu , seketika menggendong pinggang Eleanor dan keluar dari kamar.

Harwin yang disebelah kebetulan sedang membuka pintu dan keluar.

“ Apa yang terjadi?”

“Baik saja.” Howard juga berpikir banyak, langsung menggendong Eleanor masuk ke kamarnya, dengan ringan meletakkannya ke atas kasur, “Biarkan kakak ipar mu istirahat sebentar dikamar mu terlebih dahulu, kamar tamu disebelah mau dibersihkan terlebih dahulu, pasti akan ada debu.”

“Ya.” Wajah Harwin tetap saja datar, juga tidak terlihat ada perubahan apa.

“Kamu tinggal disini menjaganya, aku pergi untuk membereskan masalah di sebelah.”

“Baik.”

Di tengah pembicaraan Howard pun sudah menutup pintu dan pergi.

Harwin menuangkan segelas air hangat, mengambil kursi dan duduk di sisi kasur.

“Masih baik kah?”

Eleanor muntah hingga pusing, berbaring miring di kasur tidak lama ia pun kembali bangkit dan memegang tong sampah dengan kedua tangannya.

Harwin melihat nya begitu menderita, hatinya pun tidak bisa menahan, menjulurkan tangan ingin mengeluskan punggungnya, berpikir dan berpikir, pada akhirnya ia pun menyimpannya kembali, lalu memberikan gelas minum padanya.

“Bantu aku memeras handuk ya?”

“Ya.”

Dia bangkit lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di samping.

Tidak lama, sebuah handuk yang berwarna gelap diberikan ke tangan Eleanor.

Eleanor dengan lesu bersandar ke belakang, lalu membentangkan handuk itu ke wajahnya.

Tidak lama, di dalam kamar terdengar suara nafasnya yang jernih dan panjang.

Mungkin benar-benar sangat lelah.

Takut dia terlalu sesak. Ia menjulurkan tangan mengambil turun handuk yang ada di wajahnya, tanpa hati-hati jarinya yang panjang pun menyentuh wajahnya yang bersih dan cerah itu, dengan sadar ia menyentuh bibir merahnya yang sedikit terbuka.

Sebuah rasa gugup yang tidak biasa membuat ujung jarinya menerus hingga ke hatinya.

Orang yang terlihat namun tidak bisa didapatkan, pada saat ini tidur di kasurnya, menggunakan bantalnya dan tertutupi selimutnya, seperti tidur di dalam pelukannya, begitu ringan dan begitu lembut, bahkan ia bisa merasakannya.

Dengan lembut merapikan ujung selimut untuknya, dan saat ini Sharen mendorong pintu dan berjalan masuk.

“Apa yang terjadi?”

Dengan tenang ia menyimpan kembali tangannya, malah tidak rela untuk meletakkan kembali handuk yang ada di tangannya.

“Di sebelah, juga tidak tahu siapa yang tidak mempunyai kerjaan yang ternyata menyusun jeroan berdarah di sudut tembok, dan juga masih ada bekas gigitan, hampir membuat ku jijik hingga mati.”

Begitu Sharen teringat kejadian tadi, seketika kembali merasa kacau dan tidak enak, menutup mulut mual sejenak, hanya karena di dalam perutnya sudah tidak ada yang bisa dimuntahkan.

“ Apakah tadi Eleanor ada mengatakan sesuatu pada mu?”

Cukup lama, barulah Sharen melambat.

“Mengatakan apa?”

“Mendengar dari perkataan Howard, sebelumnya Eleanor sepertinya mengatakan melihat seseorang , juga tidak mengatakannya dengan jelas, ini aku berpikir untuk datang bertanya-tanya.”

“Jangan tanya lagi, agar tidak mengejutkannya, aku pergi melihat –lihat terlebih dahulu.”

Harwin meletakkan handuknya kembali ke dalam kamar mandi, lalu keluar dari kamar.

Kamar utama di sebelah, beberapa pengawal sedang melakukan penyelidikan intensif, Howard berdiri disana dengan wajah yang suram, John berada disamping juga tidak tahu sedang menelepon siapa.

Bahkan pintu jendela sudah dibuka, masih tidak bisa menghilangkan bau darah yang kental itu.

“Kakak sepupu.” Harwin dengan datar melihat jeroan yang sudah dibereskan di dalam tong sampah.

“Dia sudah tertidur?”

“Ya.”

Howard menganggukkan kepala.

“CEO Yi, semua cctv dirusak oleh seseorang, semua kejadian yang terjadi mulai pagi ini telah diatur oleh seseorang, semuanya digantikan dengan kejadian yang dulu.”

John sambil berkata sambil memberi isyarat mata pada Howard.

Howard mengerti, lalu berpura-pura marah.

Ketiga orang itu keluar dari kamar utama, kembali ke kamar Harwin.

Saat ini barulah John berkata: “Sudah mengutus orang itu memperbaikinya. Video kita ini adalah kontrol ganda, anak itu mungkin tidak tahu.”

“Sebelumnya aku masih berpikir apakah Eleanor melihat hal kotor apa, namun saat ini bisa dipastikan, pasti ada orang yang berpura-pura menjadi orang baik dan menipu semua ini.” Howard melihat Eleanor yang sedang tertidur pulas di kasur yang letaknya tidak jauh, “Dalam Vila Brittany ini juga harus dibereskan dengan baik, bahkan bisa membiarkan orang yang tidak jelas masuk ke dalam!”

“Baik.”

“Jeroan itu bukan manusia kah?”

Howard menjuling Sharen, “Begitu banyak jeroan orang dia tidak tahu menjual nya untuk uang? Masih bawa kesini untuk menghamburkannya?”

“Sesuai dugaan seorang pebisnis, apapun di ukur dengan uang.”

“Kalau begitu kita lakukan sesuatu yang tidak perlu menggunakan uang untuk mengukurnya, sadar dan terbuka, contohnya bulan-bulan lalu, kartu kredit siapa yang digunakan untuk bersenang-senang secara menggila terus menerus selama 1 bulan di klub malam dan menggesek 2 buah kartu kredit hingga limit, tidak berani memberitahukan kakak, hanya bisa membuat aku sebagai adik ini menunjukkan ikatan saudara yang tidak egois dan berjasa.”

“Howard, kamu tutup mulut!” Dia hanya belanja lebih selama 30 hari, lebih banyak pergi ke klub malam untuk bersenang-senang selama 30 hari, sembari membeli 2 buah mobil, ternyata masih berani mengancamnya, sudah tidak ingin baik-baik ?

“Membeli barang memang bukan apa-apa, seharian di klub malam, takutnya kamu tidak bisa melewati Shawn disana, ternyata sama seperti dugaan setiap hal ada kelemahannya.”

“Kamu berani!” Sharen sudah panik, dia tidak takut langit maupun tanah, hanya takut Shawn marah, seketika ia marah dan mengancam berkata: “Jika kamu berani mengatakannya, maka aku akan memberitahu Eleanor...........”

“Memberitahunya apa? “ Howard dengan ringan menaikkan alis.

“Memberitahunya bahwa dulunya kamu.......” Dia tiba-tiba mendekat ke telinganya dengan misterius berbisik beberapa kalimat.

Wajah Howard seketika seperti hari-hari setelah embun beku turun, dengan dingin mengeluarkan 2 kata dari antara giginya, “Kamu berani!”

Sharen dengan sombong menatapnya, “Mulai dari hari ini , jujur lah pada kakak, untuk mencegah tiba saatnya menantu itu lari bersama anak yang dikandungnya, kamu jangan menangis mencari ku!”

“Sharen!”

Sharen dengan lamban menghempas-hempaskan rambut indah nya,menjulurkan 1 tangan padanya, “Sini, bagikan sedikit uang jajan mu pada ku, juga agar aku bisa pergi kasino untuk menghamburkannya , bagaimana pun juga ini manusia, jika perasaan sudah bahagia maka sudah melupakan masalah yang sepantasnya dilupakan.”

Howard berbalik dan pergi , tidak lama ia pun kembali berjalan masuk, mengambil sebuah buku cek dan memberikannya ke hadapan Sharen.

Sharen sambil mencemooh sambil merobek selembar, mengisi nominal tersebut.

Howard mengambil dan melihatnya, sejenak kemudian ia merobek cek itu, kembali mengisi di lembaran baru, lalu memberikannya pada Sharen.

Sharen tertegun dan tergagap melihat 0 yang berderet itu, 10 kali lipat!

Dia tiba-tiba merasa sangat tertekan.

Mungkin saja suatu hari tidak tahu hantu tak berkebajikan mana membocorkan padanya, bisakah dia menyalahkan itu pada Sharen!

Tuhan tahu dia benar-benar hanya sekalian menipu sedikit uang jajan saja.

“Oh ya, kamu bilang sebelumnya Eleanor mengatakan ia melihat bayangan seseorang itu bagaimana?”

Sharen menyimpan cek, bahkan ekspresi wajahnya yang tidak serius juga disimpannya.

“Masih belum begitu jelas, masalah ini John kamu harus menyelidikinya secara detail untukku, jika tidak jelas, aku khawatir kelak dia akan meninggalkan bayangan.”

“Baik, CEO Yi.”

John dengan hormat menundukkan kepala.

Kedua orang itu keluar pintu dengan posisi 1 didepan 1 dibelakang, Sharen mengelus perutnya yang kosong, lalu menepuk-nepuk bahu Harwin, “Aku mau turun mencari sedikit makanan, wanita di kasur itu serahkan pada mu untuk menjaganya!”

Tidak lama, kamar yang besar itu pun hanya tersisa Eleanor dan Harwin.

Dengan tidak dapat dijelaskan kenapa ia pun mengeluarka handphone, lalu menyimpan foto Eleanor yang sedang tertidur pulas di dalam album yang dikunci dengan kata sandi.

Ketika Eleanor bangun untuk kedua kalinya sudah tiba waktu makan malam, sebelumnya dia merasa mabuk dan pusing karena bau darah, bahkan sampai sekarang masih merasa tercium aroma yang samar-samar.

“Sudah bangun.”

Melihatnya mau bangkit, Harwin segera maju dan berencana untuk memapahnya, namun pada akhirnya ia tetap tidak berbuat demikian, hanya melihatnya, “Makan malam sudah disiapkan dibawah, turun dan makanlah terlebih dahulu.”

“Ya.” Ia cukup mengeluarkan banyak tenaga untuk bangkit, “Oh ya , masalah tadi..........”

“Dilakukan oleh seseorang, kamu jangan khawatir, sudah memulai penyelidikannya.”

“Baguslah jika begitu.” Sekali teringat dengan kejadian orang yang berjongkok di sudut tembok itu, Eleanor saat ini masih merasa belakang punggungnya terasa dingin.

Bisa terjadi masalah seperti ini di dalam kamar nya, tentu saja ada orang dalam Vila Brittany!

Mungkinkah di Vila Brittany yang tampak tenang ini, muncul pengkhianat?

Eleanor berpikir dan berpikir, ia pun kembali berbaring di kasur Harwin, “Vila Brittany berhantu, aku sangat terkejut, tidak bisa turun dari kasur, nanti kamu suruhlah seseorang untuk mengantar kan makan malam ke atas saja.”

Harwin tentu saja langsung merespon, sedikit menekan ujung bibir, “Baik, aku sudah tahu.”

Jadi malam hari itu, “Masalah berhantu” yang sengaja “disembuyikan” itu dengan cepat tersebar di kalangan pembantu Vila Brittany.

Meskipun gaji yang besar, masih saja ada beberapa pembantu yang mengajukan pengunduran diri.

Terhadap orang-orang ini, Pengurus Rumah Lu malam hari itu pun memberikan perhitungan gaji dan membiarkan mereka pergi.

Setelah makan malam Eleanor pun dibawa Howard ke rumah sakit untuk diperiksa, tunggu sampai pulang ke Vila Brittany, langit pun sudah sangat gelap.

Dia memeluk laptop itu, melihat video yang baru dikirimkan oleh John tidak lama tersebut secara berulang kali.

Sejak hari ini dia meninggalkan kamar, sampai kemudian masuk istirahat sejenak, total yang pernah masuk ke kamar itu, termasuk Pengurus Rumah Lu di dalamnya, totalnya 5 orang.

Terbagi menjadi 3 pembantu wanita yang melakukan bersih-bersih, dan juga pembantu wanita yang mengantar bunga tadi.

Pengurus Rumah Lu tentu saja bisa menjadi pengecualian, dengan begitu sangat jelas masalah ini dibuat oleh 1 orang diantara 4 orang lainnya atau dilakukan oleh beberapa orang.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu