Adore You - Bab 73 Merebutnya Kembali, ataupun Memusnahkannya (1)

Saat pulang kerja di hari petang, sebelum tiba di villa, langsung terlihat mobilnya Robin Qin berhenti di luar villa dari kejauhan.

Eleanor Chu telah tidak pulang selama 2 hari, Robin Qin datang ke sini, pantas saja Marianne Wang mengatakan dia sedang menampung prianya.

"Kak Eleanor, kamu sudah pulang."

Ketika bertemu dengan Eleanor Chu, Daisy Qin spontan menurunkan pandangan matanya, kedua pipinya memunculkan warna merona.

"Hmm." Eleanor Chu tersenyum, saat melewati Robin Qin, dia sengaja mengatakan sebuah kalimat, "Untuk sementara, jangan keluar berduaan dengan Daisy Qin, dan lebih berwaspadalah."

Orang yang dinasihati menganggukkan kepala dengan serius.

"Istriku, kamu ingin pergi dinas ke tempat lain?"

Setelah makan malam, Howard Yi melihat Eleanor Chu sedang membereskan koper, langsung merasa penasaran.

"Berlibur."

"Aku?"

"Menjaga rumah."

Howard Yi, "......"

Jangan katakan padaku bahwa kamu akan pergi bersama Ashton ataupun Allan!"

"Bukan."

Howard Jiang menghela nafas lega.

"Kami bertiga pergi bersama!"

"......"

"Puff......" Eleanor Chu melihat wajahnya yang sangat kaget, hingga tak tahan untuk menahan tawanya, "Aku bercanda, bocah bodoh, Howard bodoh."

Howard Yi merangkulnya memasuki pelukan, dengan penuh kasih sayang menyentuh ujung hidungnya, "Membawa bodyguard?"

"Aku pergi berlibur, bukan untuk pergi merampok, tidak perlu membawa begitu banyak orang."

Eleanor Chu turun ke bawah, lalu menuliskan alamat dan nomor telpon kepada Paman Liu, untuk menyuruhnya mengutus seseorang agar bisa merawat Allan Jiang yang terluka.

Howard Yi baru mulai menyetujuinya pergi.

Bagus juga, setidaknya dua orang yang menusuk mata itu untuk sementara tidak akan membayang di hadapan mata Eleanor.

Suhu cuaca di Toronto lebih sedikit rendah dibandingkan dengan Kyoto.

Setelah turun dari pesawat, James malah berulah, katanya dirinya telah lelah dan ingin mengatasi jet lag, jelas-jelas saat ini masih pagi hari, tapi malah ingin langsung pergi ke Hotel Y yang telah dipesan terlebih dahulu untuk tidur sepuasnya.

Eleanor Chu keluar seorang diri, meskipun hotel memiliki fasilitas pengantaran dan penjemputan gratis, tapi tetap terasa sangat tidak nyaman, makanya dia langsung memilih untuk mengambil sebuah mobil dari dealer mobil.

Di dalam halaman sekolah dari Trinity College yang kuno, sebuah mobil sedan Mercedes-Benz berwarna hitam terparkir di samping jalan.

Frans Wen berjalan cepat menuju jalanan yang diteduhi pepohonan. Hatinya sangat menantikan detik-detik bertemu dengannya, hingga ketika gambaran seorang wanita menawan dengan berambut panjnag dan berparas cantik bersandar di sebuah mobil bermerek memasuki pandangan matanya, bibir tipis yang terbungkam erat baru mulai menunjukkan sebuah senyuman yang puas.

Dia telah datang!

Dia benar-benar telah datang!

Tadi saat menerima telponnya, Frans Wen tidak berani untuk percaya, dan ketika tiba di detik-detik ini, baru merasakan ini bukanlah sebuah mimpi.

Senyuman itu hanya bertahan di wajahnya selama sekejab saja, dan langsung ditarik kembali, berdiri di hadapan sang wanita dengan penuh hormat, berkata dengan sedikit malu: "Anda telah datang."

Setelah tidak bertemu dalam waktu beberapa bulan yang singkat ini, anak lelaki di depan mata ini malah terlihat sudah memiliki aroma kedewasaan, diwajahnya, penuh dengan ekspresi yang tenang.

"Hmm, Frans, merindukanku tidak." Eleanor Chu tersenyum.

Frans Wen merasa kaget, mata yang jernih bagaikan air sungai dalam sekejab telah memancarkan sebuah persasaan yang aneh, seketika, dirinya tidak tahu apakah harus menganggukkan kepala atau menggelengkan kepala.

"Kemari."

Eleanor Chu melambaikan tangan terhadapnya.

Frans Wen terlihat sedikit ragu, tapi tetap menurutinya dan berjalan ke sana.

Sang wanita mengulurkan tangan memeluknya, tubuh yang lembut menempel di tubuh sang pria yang sedikit mengkaku.

"Aku sudah sangat merindukanmu, bocah tampan yang begitu rupawan seperti ini, kakak masih menunggumu untuk segera tumbuh besar dan masuk ke dalam istana bagian dalamku." Eleanor Chu melepaskannya, menepuk pundaknya, dan bercanda: "Bagus bagus, pinggang yang ramping dengan bahu yang lebar juga pantat yang berisi, patuhlah, jangan pernah berpacaran dengan siapapun, karena kakak akan cemburu."

Frans Wen menganggukkan kepala, menyatakan persetujuannya.

Eleanor Chu merasa sangat lucu dengan ekspresinya yang begitu serius, dan langsung tertawa lepas, "Bocah bodoh, hanya bercanda denganmu, mumpung masih kuliah, segeralah berpacaran dengan gadis yang cantik, jika tidak, maka akan menyia-nyiakan masa mudamu!"

Frans Wen kembali membungkam bibir tipisnya.

"Kamu tidak boleh terus seperti ini. Selalu begitu diam, mana mungkin ada gadis yang akan menyukaimu."

Sang wanita merangkul bahunya, "Sudah mendapatkan SIM (Surat Izin Mengemudi) internasional belum?"

"Hmm."

"Bagus kalau begitu." Sang wanita langsung melemparkan kunci mobil kepadanya, "Baru beli, ambillah."

"Kenapa melamun, cepat masuk."

Sang wanita mendorong pinggangnya, wajah bocah pria itu kembali memerah.

"Apakah sekarang masih tinggal di asrama murid?"

"Hmm."

Eleanor Chu membalikkan bola mata putih terhadapnya, "Ucapkanlah kata-kata lebih banyak."

"Hmm, benar."

"......"

"Uangnya telahku tukar saat kembali beberapa saat yang lalu, lalu membuka rekening baru, dengan menggunakan namaku."

Sebelumnya, saat Eleanor Chu mengirimkan uang kepadanya, dia tidak pernah menelpon kepada sang pria, ini menandakan dia sedang mewaspadai sesuatu, dengan tindakannya yang berusaha keras untuk mengirimkan uang dan tidak menggunakannya sendiri, juga telah membuktikan dugaan ini, jadi Frans Wen mencoba menebak pemikirannya ini.

"Hmm, bagus sekali." Sang wanita memujinya.

"Uang ini kamu simpan saja, dan ambillah saat ingin menggunakannya, jangan pergi bekerja sambilan, gunakanlah waktu untuk memfokuskan diri pada pembelajaran, mungkin saja suatu hari nanti, tempatmu ini akan menjadi tempat tujuan terakhirku nantinya.

Eleanor Chu mengatakannya secara tersirat, dan sudut bibir Frans Wen mulai memunculkan sebuah lekukan senyuman yang memikat.

"Di sekitar sini, adakah sebuah villa jadi yang sedang dijual?"

"Aku akan membawamu ke sana."

Eleanor Chu dan Frans Wen di dalam penemanian perusahaan agen perumahan, pergi melihat-lihat beberapa villa, lalu memilih sebuah villa dengan dekorasi yang lebih memuaskan, setelah membayar uangnya, semua telah dianggap selesai.

"Ayo, temani aku pergi ke arsamamu untuk memindahkan barang, mulai dari sekarang, kamu akan tinggal di sini."

"Baik."

"Frans."

"Anda katakan saja."

"Di dalam 'Thus Spoke Zarathustra', ada sebuah kalimat yang sangat kusukai, kamu tahu yang mana tidak?"

"Jika tidak bisa mendengar isi hati sendiri, maka harus mendengarkan perintah orang lain." Tapi di dalam hatiku, aku hanya ingin memerintahkanmu dan mendapat perintah darimu."

Eleanor adalah penebus bagi Frans Wen.

Merupakan seorang dewi yang menyelamatkannya di saat-saat penuh keputus asaan, dan pencahayaan di tengah kegelapan.

"Benar, Orang yang tidak bisa mendengar isi hati diri sendiri, maka harus mendengarkan perintah orang lain." Eleanor Chu menganggukkan kepala sambil tersenyum, "Kamu ternyata sehati denganku."

Hati Frans Wen menjadi lembut, ekspresi yang dipancarkan matanya menjadi lebih hangat.

"Jadi Frans, berusahalah dengan baik, aku sangat berharap nantinya bisa memiliki orang yang bisa kusandari." Di dunia ini, mereka adalah orang yang kesepian, dalam lubuk hati Eleanor Chu, dia telah menganggapnya sebagai adik kandung sendiri.

"Baik."

Barang Frans Wen tidak banyak, hanya beberapa buku, dan sebuah koper.

"Apakah beberapa hari ini kamu bisa meluangkan waktumu?"

"Hmm. Boleh."

"Bagus sekali, temanilah kami untuk berjalan-jalan, aku tidaklah familiar dengan Kanada."

"Kalian?"

"Aku lupa mengatakannya padamu, aku kali ini datang untuk menemani temanku bersantai." Eleanor Chu baru mengingat James yang masih berada di hotel untuk beristirahat dan telah melupakannya, "Nanti datanglah ke Hotel Y untuk mencari kami, dan kamu adalah seorang mahasiswa yang bekerja sampingan sebagai pemandu wisata yang kutemukan di internet, ok?"

"Ok."

Ketika tiba di hotel, James sudah bangun, dan sedang meminum kopi di restoran yang berada di outdoor.

"Kamu telah pergi ke mana?" Aku sedang merenung, jika kamu tetap masih belum kembali setelah aku selesai meminum secangkir kopi ini, aku akan melapor ke polisi."

"Keluar berjalan-jalan, bukankah seharusnya pergi mengamati keromantisan di negara yang begitu romantis ini? One night stand!" Eleanor Chu mengjentikkan jarinya terhadap seorang pelayan, "Long island!"

"Kamu tidak salah ya, siang bolong begini malah minum cocktail!"

"Maaf, sudah terbiasa." Lalu sang wanita kembali tersenyum terhadap pelayan itu: "Machiatto!"

"Ada rencana apa nanti sore?"

"Aku telah menemukan oppa ganteng untuk menjadi pemandu, dan membawa kita pergi berjalan-jalan ke sekitar."

Saat James mendengar lelaki tampan, seketika langsung tersenyum riang, "Orang yang mengerti diriku, adalah Baby!"

Di seberang lautan samudra, di sebuah halaman dalam manor di Brittany.

Seorang pria muda yang rupawan sedang menarik seekor alpaca berjalan mondar-mandir di padang rumput yang lebat, tidak jauh dari sana, terdapat satu kuda putih dan satu kuda hitam yang sedang bersantai memakan rumput.

"Presdir Yi."

"Nyonya sudah tinggal di hotel bukan?"

"Hmm, benar." Demi pria itu, Nyonya malah menawakan diri untuk membawa James yang sangat merepotkan itu pergi mengelilingi dunia, John Xiao sungguh tertegun.

"Tapi, Nyonya tidak menggunakan pemandu yang hotel kita tawarkan, bahkan juga telah menolak fasilitas supir, dan pergi mencari seorang mahasiswa yang bekerja sampingan untuk memandu mereka dari internet."

"Hmm, biarkan saja dia, dia tidak suka ada orang yang mengikutinya, carilah bodyguard untuk mengikutinya dari kejauhan saja, harus memperhatikan keamanannya."

"Nyonya telah berkata, jika kamu berani untuk mengutus bodiguard mengikutinya, dia akan segera kembali!"

Howard Yi tersenyum, "Betapa bagusnya jika seperti itu."

John Xiao lanjut berkata: "Untuk bercerai denganmu."

Wajah rupawan yang sempurna di depan mata langsung menjadi dingin.

"Batalkan saja."

"Baik."

Di atas jalan di Toronto yang memiliki aura modern.

Tiga orang asia yang terdiri dari dua pria dan satu wanita dengan wajah yang memukau, singgah di toko dengan merek terkenal.

"Baby, kita sudah sepakat untuk pergi berjalan-jalan, tapi kenapa malah menjadi berbelanja?

Di dalam sebuah toko busana pria bermerek, Eleanor Chu dengan begitu serius sedang memilih tali pinggang kulit di hadapan mata.

Sebelumnya, dia telah meminjam sebuah tali pinggang kulit terhadap Howard Chen, dan terus lupa untuk mengembalikannya.

"Kalian berdua juga pilihlah, ambillah jika ada yang kalian sukai, aku yang bayar."

James cemberut, "Semua ini tidak cocok denganku."

Eleanor Chu menggenggam sepasang bahunya, lalu mendorongnya keluar dari pintu, dan menunjuk ke arah sebelah, "Toko baju di sana lebih cocok denganmu, pergilah Pikachu, jika sudah selesai memilih, kakak akan ke sana untuk membayar tagihan."

"Ini baru benar."

Setelah melihat James telah keluar, Eleanor berkata terhadao Frans Wen di samping: "Pria tampan suka apa?"

Sang pria menunjuk ke arah tali pinggang kulit yang ada di tangannya.

"Kamu juga suka terhadap model yang ini? Kelihatannya pilihan kita berdua memang sama."

Eleanor Chu tersenyum dan menyuruh pegawai toko untuk mengambilkan tali pinggang dengan model yang sama, lalu memilih sendiri beberapa pasang baju untuk Frans Wen, setelah itu baru membayar tagihan dan berjalan ke sebelah.

"Atas dasar apa aku harus mengalah terhadapmu, bunga busuk!

Eleanor Chu masih belum masuk, tapi sudah bisa mendengar James sedang membentak-bentak di dalam, para pegawai berdiri di samping dengan begitu tak berdaya.

Sama-sama merupakan pembeli yang tidak bisa mereka buat marah.

Di hadapan James, merupakan seorang pria muda yang merias diri dengan begitu fashionable, dan memiliki sepasang mata menawan bagaikan buah persik, dan sedang menatap James yang marah besar dengan tatapan jahil, di wajahnya yang sangat tampan, penuh dengan ekspresi nakal, dan terkadang akan menambahkan minyak, membuat James menjadi semakin membara.

"Ada apa? Hanya membeli baju bahkan bisa sampai bertengkar?" Eleanor Chu berusaha meredakan emosi James.

"Baby, barang terbatas ini hanya ada satu, jelas-jelas akulah yang duluan melihatnya, tapi bunga busuk ini malah bersikeras ingin merebutnya denganku!"

"Dengan hanya hal seperti ini, bisa membuat kalian bertengkar? Memangnya sedang membeli sayur di pasar?"

Eleanor Chu segera merampas baju itu, lalu merobeknya.

Terdengar suara "Srett", baju dengan jumlah terbatas langsung terobek.

"Ini." Seorang setengah, sangat pas.

Sang wanita membalikkan badan dan berjalan ke arah rak pajangan, dengan cekatan memilih beberapa baju dari sana, dan langsung memasukkannya ke dalam tangan pegawai, lalu menyerahkan sebuah kartu berwarna emas kepadanya.

"Di tambah dengan baju yang tadi, bayar."

Pergerakannya begitu cekatan, dan selesai dalam sekejab.

Semua orang yang melihatnya menjadi melongo.

Melihat James masih menggerutu, sang wanita langsung menggantungkan sekumpulan kantong belanjaan di tangannya, "Pilihlah antara merebutnya kembali, ataupun memusnahkannya, kalau tetap terus cemberut, aku akan mengguntingnya!"

Eleanor Chu mengulurkan tangan dan melakukan pergerakan seperti sedang menggunting, James segera mengembalikan mulut yang tadinya cemberut seperti semula.

Pria di belakang melihat sosok bayangan ketiga orang yang pergi menjauh dengan pandangan yang sedikit tertarik, beberapa saat kemudian baru mengeluarkan ponsel untuk berpesan pada orang yang dihubunginya: "Bantu aku selidiki......"

Ketiga orang itu pergi makan malam bersama, dan Frans Wen yang mengantar kedua orang itu pulang ke hotel.

"Baby, dari mana kamu menemukan sebuah gunung es itu?"

"Di internet." Eleanor Chu berkata dengan ekspresi seperti biasa: "Gunung es kah? Jelas-jelas dia adalah lelaki hangat."

James memiringkan bibirnya, "Kamu memiliki aura masochism."

"Ngomong-ngomong, apakah mahasiswa sekarang begitu kaya? Mobil sedan Mercedes-Benz, sepertinya bukanlah sebuah biaya yang bisa ditanggung oleh seorang mahasiswa yang sekolah di luar negeri."

"Aku memberikan uang untuk menyuruhnya menyewa mobil." Eleanor Chu membalikkan bola mata putih terhadapnya, kenapa begitu peka, bukankah dia harusnya begitu bodoh?

Sama sekali tidak imut.

Kedua orang itu duduk di balkon, melihat pemandangan malam sambil menikmati hembusan angin, dan berbincang-bincang sejenak.

"Aku sudah lapar."

Eleanor Chu, "......"

Bukankah baru saja selesai makan malam?

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu