Adore You - Bab 124 Kamu Adalah Oksigen Buat Aku Bertahan Hidup (1)

“Kamu seorang pria. Kehidupan dewasamu baru saja dimulai dan kamu harus fokus menciptakan masa depan yang cemerlang, bukan tiap hari cari masalah denganku. Dulu aku memang terlalu egois dan tidak mempertimbangkan dirimu.”

“Kalau kamu tidak berencana bilang tidak mau aku, anggaplah percakapan ini tidak pernah terjadi. Aku akan selalu ada di sampingmu.” Sama halnya dengan kamu selalu ada di sampingku, begitu pikir si pria.

Kamu adalah oksigen buat aku bertahan hidup. Tanpa kamu, aku tidak akan bisa bernafas lagi.

Nada bicara Frans Wen saat ini penuh keyakinan. Eleanor Chu akhirnya pasrah saja dan hanya bisa merespon: “Baiklah, anggap saja aku tidak pernah bicara ini. Tunggu kamu lebih dewasa lagi saja.”

“Tidak peduli seberapa dewasa, aku tetap akan terus ada di sampingmu.”

“Baik, baik, baik, silahkan saja. Pria muda tampan seperti ini jadi milikku seorang masak aku menolak?”

Eleanor Chu mau tidak mau harus mengakui, sikap keras kepala Frans Wen sedikit banyak mirip dengan Howard Yi.

“Aku dari dulu memang milikmu.” Frans Wen menganggap Eleanor Chu dari tubuh sampai jiwa semuanya milik dia.

Eleanor Chu dalam hati berpikir, Bibi Lian pasti sudah terlalu memanjakan Frans Wen sampai dia jadi orang yang selalu ingin menang sendiri begini. Bagaimana pun juga Bibi Lian dulu sangat setia dengan mama, jadi mungkin wanita itu juga meminta Frans Wen setia pada dirinya.

Kasihan anak ini…… Bisa-bisanya dia jadi begitu. Sekarang memang masih zaman ya memerintah-memerintah anak begini?

“Iya-iya, memang milikku. Sejak kamu lahir kamu langsung ditakdirkan jadi milikku. Seumur hidup, kamu hanya jadi milikku seorang,” ledek Eleanor Chu. Si wanita menyudahi: “Sudah larut, makanlah sendiri lalu istirahat. Dua hari ini kalau ada waktu luang aku kemari, kalau kamu kangen kamu boleh kirim pesan ke aku, oke?”

“Baik.” Kata-kata Eleanor Chu membuat hati Frans Wen tenang. Jaminan akan dijenguk dan boleh kirim pesan inilah akhiran telepon yang biasa dia harapkan.

Saat makan malam, Sharen Yi dan Shawn Yi tidak ada di ruah. Eleanor Chu hanya menyuap dua sendok nasi, lalu tidak bernafsu untuk lanjut makan.

Tuan Besar Yi menyadari suasana hati Eleanor Chu yang tidak begitu baik. Ia dalam hati merasa agak bersalah. Sudah terbiasa duduk di kursi utama selama ini, ia masih bingung tahu bagaimana harus mengajak Eleanor Chu bicara. Pria itu pun memberi kode mata pada Howard Yi untuk minta bantuan.

Yang diberi kode membuang muka dan pura-pura tidak lihat.

“Eleanor Chu, jangan menyalahkan aku kejam ya. Sebelumnya aku mengaku memang sudah terpengaruh dengan dua-tiga foto itu. Kesalahan rendahan ini aku jamin tidak akan terjadi lagi untuk yang kedua kalinya. Kalau kamu masih ada perasaan tidak senang, aku bisa berikan tongkat jalanku padamu. Kamu boleh pukul Howard Yi, pukul Harwin Yi, pukul Shawn Yi, atau pun pukul Ivan Yi. Semuanya boleh kamu pukul, yang penting amarah yang ada di tubuhmu itu bisa keluar, oke?” Wajah Tuan Besar Yi cemberut. Ia lama-lama jadi ingin menjual para cucu-cucunya yang tidak bersedia diandalkan.

Orang-orang satu meja langsung saling bertatapan.

Irina Song mengeraskan pegangannya pada sumpit dengan kesal.

Rasa kebencian yang dipendam dalam hatinya makin bertambah, khususnya ketika barusan melihat orang-orang sangat melindungi Eleanor Chu. Ini membuat rasa bersalahnya yang memang sedikit pada wanita itu langsung pudar. Sekarang, yang diinginkan hatinya hanya melihat akhir yang tragis dari Eleanor Chu.

Orang ini sudah melukai putrinya sendiri! Atas dasar apa dia masih berhak hidup baik-baik saja!

Orang yang menyakiti Karen Xue-ku pasti harus kena ganjaran!

“Tuan Besar Yi, aku tidak apa-apa, kamu jangan khawatir. Sebelumnya bukankah aku yang memang ditipu orang? Aku sungguh tidak menyalahkan kamu. Yang aku salahkan adalah orang-ornag jahat yang tidak mau lihat keluarga kita tenteram itu.” Sebenarnya Eleanor Chu memang tidak nafsu makan karena khawatir Sharen Yi, bukan karena insiden Tuan Besar Yi.

Gadis itu sudah disakiti cukup parah oleh Irina Song, entahlah sekarang pergi ke mana. Meski perginya bareng Shawan Yi, tetapi Eleanor Chu masih tidak bisa tenang. Ia daritadi maunya cepat-cepat menyudahi makan dan pergi meneleponnya untuk menanyakan kabar.

“Baiklah, baiklah kalau begitu. Kamu harus makan banyak supaya cucu laki-lakiku ini saat keluar badannya bisa tinggi besar.”

Howard Yi mendeham dingin tidak senang, “Siapa bilang itu cucu laki-laki? Itu jelas-jelas anak perempuanku.”

“Kata-kataku itu tidak boleh diperdebatkan!” Tuan Besar Yi terpancing emosi.

Eleanor Chu, “……”

“Haduh kalian berdua ini, apa sih yang layak diributkan? Anak laki-laki oke, anak perempuan juga tidak masalah. Kalau masih mau jenis kelamin yang satu lagi, kan bisa bikin lagi!” kata Widya Cao menengahi.

Hanna Yi mengelus-elus perut Eleanor Chu sambil tertawa, “Sepertinya perutmu ini jauh lebih besar dibanding perutku waktu hamil empat bulan.”

“Betul tuh. Ivan Yi, anak kami yang paling berat saat lahir, bahkan waktu dikandung tidak sampai sebesar ini.”

Mendengar kata-kata Widya Cao dan Hanna Yi, orang-orang satu meja jadi tertarik bahas kehamilan Eleanor Chu.

“Jangan-jangan kembar nih!” Perut sebesar ini kemungkinan hamil kembarnya besar sih!

“Tidak ah seharusnya. Eleanor Chu dulu sempat mengadakan tes USG sekali kan? Saat itu tidak ada tanda-tanda hamil anak kembar kok!”

Hati Irina Song makin tidak senang mendengarkan percakapan dua wanita itu.

Anaknya baru meninggal dan belum terlalu lama masuk tanah, masak mereka tidak menjaga perasaannya sama sekali sih? Bukannya bahas yang senang-senang, ini mereka malah bahas anak dalam kandungan Eleanor Chu.

Karen Ying bagaimana pun juga kan anak keluarga Yi juga!

Rasa cemburu dan dendam memakan habis rasionalitas pikiran Irina Song, juga membutakan hati nuraninya.

Saat ini, ia sangat-sangat berharap Eleanor Chu bisa masuk neraka bareng anak yang lagi dikandung!

“Tes USG kadang bisa tidak tepat, apalagi waktu mengikuti tesnya usia kehamilan Eleanor Chu masih kecil. Barusan kata-kata Howard Yi kamu dengar tidak? Dokter yang memalsukan hasil tes DNA Eleanor Chu bunuh diri, siapa tahu ini karena dia menyembunyikan sesuatu!”

Hipotesis Widya Cao memicu timpalan dari Hanna Yi, “Betul-betul! Kalau di dalam perut Eleanor Chu ada dua anak, bisa jadi papa barusan tidak rela dia aborsi. Anak kembar begini orang jahat juga akan merasa sayang tidak sih?”

Plak! Tuan Besar Shen memukul sumpit ke meja kencang-kencang. Ia menatap Hanna Yi gusar, “Semuanya sudah lewat, buat apa diungkit lagi!”

Bicarakan beginian sama saja menggali lubang untuk menjebak diri sendiri!

Hanna Yi memejamkan mata. Ia dalam hati bergumam, ini orang apaan sih. Barusan siapa sih yang sangat berkeinginan aborsi!

Wajah Howard Yi berbinar-binar. Ia menatap Eleanor Chu dengan penuh pengharapan, “Istriku, kita dalam waktu dekat ke rumah sakit untuk mengecek deh. Siapa tahu benar-benar anak kembar!”

Kalau benar kembar, ini adalah keturunan kembar keluarga Yi dan keluarga Stuart pertama dalam beberapa tahun! Ini bukti kehebatan dia sebagai bapak!

Satu kali melahirkan, dua anak keluar. Ini kan berarti jumlah Eleanor Chu melahirkan berkurang sekali. Itu tandanya……

Memikirkan ini, wajah Howard Yi jadi makin berbinar-binar.

Belakangan Eleanor Chu suka menolak ajakan seksnya karena masalah-masalah kecil yang dia tengah pusingkan. Akhirnya penolakan itu digantikan dengan dua anak kembar yang lucu.

“Sebenarnya……” Eleanor Chu ragu-ragu sejenak, lalu melanjutkan: “Aku memang hamil anak kembar.”

Meski berniat menunggu mengabari Howard Yi sampai saat-saat terakhir biar jadi kejutan yang berkesan, melihat wajah si pria yang sumringah, Eleanor Chu memutuskan langsung bercerita saja sekarang. Toh bergembira lebih dini tidak ada salahnya bukan?

“Apa? Istriku, ini sungguhan?” Howard Yi menggapai tangan si istri, mengecupnya, dan mengelus-elusnya.

Howard Yi tidak bicara lagi. Ia seketika bingung bagaimana harus mengekspresikan sukacitanya yang amat membuncah.

Ia dari dulu tahu betul Eleanor Chu adalah sumber kebahagiaannya, tetapi tidak menyangka bakal dapat kejutan sespesial ini. Ia sekarang bahkan lebih senang dibanding saat dengar kabar Eleanor Chu hamil.

Howard Yi menatap Eleanor Chu dengan mata berseri. Si wanita tidak kuasa membuang muka. Sudut bibir wanita itu perlahan terangkat dan memancarkan senyum kebahagiaan.

“Sungguh,” angguk Eleanor Chu pelan. Ia melanjutkan: “Waktu kejadian nyaris ditabrak di Y Jewelry, kamu ingat kamu menyuruhku ke dokter untuk memastikan kehamilanku baik-baik saja? Aku tahunya saat pengecekan itu。”

Mendengar cerita Eleanor Chu, Tuan Besar Yi jadi ingat kata-kata Sharen Yi padanya. Saat itu, Eleanor Chu sepertinya harus tertabrak mobil. Wajah si pria tua memuram, “Oh iya aku baru ingat juga soal itu, kamu luka di mana? Dokter yang waktu itu tidak bisa diandalkan, kamu cari dokter baru untuk cek sekali lagi saja. Meski kamu hanya kaget, dalam kondisi hamil hal kecil macam itu bisa jadi besar.”

“Aku tidak apa-apa kok, Tuan Besar Yi. Waktu pergi ke rumah sakit, dokter yang waktu itu sudah tidak ada lagi. Aku diberi dokter satunya lagi, dia bilang dua bayi di kandunganku baik-baik saja.”

“Baguslah kalau begitu.” Tuan Besar Yi menaruh kedua sumpit di atas mangkok, lalu berpesan pada Howard Yi, “Rawat dia baik-baik berhubung semuanya tidak apa-apa. Jangan sampai kejadian nyaris tertabrak itu terjadi lagi.”

“Baik, paham.”

Howard Yi menjawab datar.

Ia masih agak sebal dengan Tuan Besar Yi karena kejadian barusan. Kok bisa-bisanya pria itu ingin menggugurkan darah dagingnya sih? Sebagai pria yang akan segera jadi ayah, ia jadi geram sendiri. Walau itu hanya ide awal saja, tetap saja tidak boleh!

“Istriku, ayo pulang.”

Howard Yi memapah Eleanor Chu bangkit berdiri.

Tuan Besar Shen buru-buru ikut bangkit berdiri. Mana mungkin ia tidak paham sikap Howard Yi ini?

Gila, semua keturunannya kok berani macam-macam sama dia sih!

Ini sih namanya pada tidak berbakti! Kalau tahu mereka bakal begini dari awal, lebih baik saat kecil tidak usah dikasih makan deh!

“Mau pulang sekarang? Tinggalah di rumah keluarga dulu beberapa hari.”

“Tidak. Di rumah keluarga banyak yang macam-macam, kalau istriku ketakutan bagaimana?”

Wajah Irina Song seketika canggung.

Widya Cao dan Hanna Yi buru-buru berusaha mendingkan suasana, “Mending balik ke Vila Britany. Rumah keluarga tidak selega di sana, kalau di sana mau jalan kesana kemari jauh lebih leluasa. Kami kalau mau ke sana juga tidak jauh-jauh amat kok.”

“Yuk pulang. Kami pamit dulu ya.” Eleanor Chu mencubit lengan Howard Yi seolah tidak senang dengan sindirannya barusan.

Apa bagusnya sih Howard Yi menunjukkan sikap bermusuhan pada Irina Song begini?

Mereka kan satu keluarga, lebih-lebih Irina Song mama dari Sharen Yi. Sebelum ada kejadian Karen Yi, Irina Song juga selalu bersikap baik dan perhatian padanya kok.

Maybach Hitam perlahan melaju keluar kompleks perumahan militer. Entah sengaja atau tidak, jendela mobil yang daritadi ditutup rapat tiba-tiba Howard Yi turunkan. Dari luar, terlihat wajah seorang pria tampan yang melintas.

“Pulang sana.”

Allan Jiang buru-buru membuang muka.

Kedua tangan Howard Yi mengepal erat tanda tengah menahan marah.

Brengsek!

Jelas-jelas dia masih di Treasure Island, kok sekarang ada di sini!

“Howard Yi, mau apa kamu? Musim dingin begini mau masuk angin ya?”

Eleanor Chu bertanya dengan alis terangkat.

Howard Yi kembali menaikkan kaca jendela. Ia menjawab asal, “Hari ketika salju turun biasanya muncul binatang buruan. Aku penasaran apakah ada atau tidak.”

“Binatang buruan? Kelinci liar atau ayam liar?” Di jalan besar begini memangnya ada binatang buruan ya?

Eleanor Chu jadi penasaran untuk menoleh ke belakang melihat sosok yang berpapasan dengan mobil barusan. Baru bergerak sedikit, tubuhnya langsung dipeluk Howard Yi, “Sini peluk, ditipu mau saja nih.”

Wajah Howard Yi penuh percaya diri. Siapa pun yang melihatnya pasti tidak akan rela mengalihkan tatapan.

“Oh ya Howard Yi, ada sesuatu yang aku harus bicarakan denganmu.”

“Silahkan.”

“Kamu harus lebih sopan dan hormat sedikit dengan Tante Pertama. Dia tidak melakukan apa-apa pada kita kok.” Sebagai seseorang yang akan segera jadi ibu, Eleanor Chu sangat bisa memahami rasa sakit hati yang dialami Irina Song karena kehilangan buah hati.

Seburuk-buruknya seorang anak, seorang ibu akan tetap menganggapnya sebagai mutiara.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu