Adore You - Bab 174 Hadiah Besar

Tengah malam, saat semua sedang berlayar di pulau kapuk, Eleanor masih sedang memikirkan masalah Frans, ia membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang karena tidak bisa tertidur, setelah beberapa saat dan merasa mulai mengantuk, tiba-tiba handphonya yang ia letakkan di atas meja ranjang pun berdering.

Untung saja hanya bergetar saja.

Eleanor langsung melirik ke arah Howard yang masih tertidur pulas itu, setelah itu barulah ia merasa lega dan segera mengangkat teleponnya.

"Siapa ya?" tadi Eleanor sempat melihatnya sejenak, begitu melihat nomor tidak dikenal, suaranya pun berubah menjadi sangat was-was.

Dari telepon itu terdengarlah sebuah suara hembusan nafas yang sangat pelan, namun selain itu tidak ada lagi, wajah Eleanor pun berubah pucat, tiba-tiba ia pun teringat pada video yang dikirim oleh Michelle waktu itu, di dalam video itu, hanya ada sebuah ruangan yang sangat putih.

Langit-langit yang putih, dinding yang putih, selimut yang putih......

Apa ini Frans?

"Frans?" tanya Eleanor.

Lalu, telepon itu pun terputus, dan terdengar suara nada dering yang sibuk.

Eleanor pun mencoba untuk menelepon nomor itu kembali, tapi nomor itu sudah tidak aktif.

Ia pun mengirimkan nomor itu pada John dan menyuruhnya untuk menyelidiki nomor itu besok.

Pagi harinya, di kantor, John pun datang ke ruangannya dengan membawa beberapa berkas dokumen serta kabar dari nomor telepon itu.

"Nomor ini terdaftar atas nama Asisten Wen. Namun nomor ini baru saja didaftarkan seminggu yang lalu, selain meneleponmu, nomor ini juga melakukan panggilan ke satu nomor lain lagi."

"Nomor lain?" Eleanor terdiam sejenak, lalu tiba-tiba bertanya, "Michelle?"

John pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Iya, Michelle."

"Apa Harwin sudah memberi kabar soal masalah Michelle?"

"Sementara ini belum."

"Apa ada kabar mengenai Frans?" Eleanor hanya tahu bahwa Frans masih hidup, awalnya saat Michelle datang mencarinya, ia mengatakan bahwa orang itu memiliki persyaratan, namun sekarang Michelle sudah mati, ia tak tahu dirinya harus menghubungi siapa.

"Sementara ini belum ada, di Kyoto ada sekitar dua ribu rumah sakit, kalau dikurangi dengan rumah sakit-rumah sakit militer, sisanya masih ada seribu lima ratus lebih, aku sudah menyuruh orang untuk memeriksanya dengan sangat teliti beberapa hari ini, tapi kalau gerakan kita terlalu besar, orang itu bisa memindahkannya, kalau begitu sama saja tidak ada hasilnya."

"Memang sulit kalau harus mencari dalam ribuan rumah sakit, lagipula juga tidak pasti ada di sekitar Kyoto, sama seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Begini saja, pencarian bisa kita lakukan pelan-pelan, kita harus memfokuskan pikiran kita pada nomor telepon ini, aku yakin setelah ia menghubungiku satu kali, ia pasti akan menghubungiku untuk kedua kalinya, suruhlah orang untuk mengirimkan sebuah perangkat ke rumah kediaman lama dan perhatikan handphone ini dengan seksama, terkadang kita harus menggunakan cara seperti ini untuk menangkap mangsa kita."

"Baik, aku mengerti."

"Istriku!"

Eleanor mendengak ke atas, lalu melihat Howar yang masuk ke ruangannya sambil menggendong serangkai bunga lili putih.

"Kau bosan sendirian di rumah?"

"Sedikit." senyum Howard sambil memeluk Eleanor, "Aku merindukanmu."

Melihat kondisi itu, John pun segera pamit hendak pergi.

Namun tiba-tiba Howard malah memanggilnya.

"Suruh asisten Drake untuk menekan Drake, suruh Bertha menyelidiki di mana letak Lambang Kepala Keluarga."

"Baik, aku mengerti."

"Kenapa tetap mempertahankan Drake dan Bertha? Aku tidak percaya kau tidak bisa membereskan mereka berdua."

Tanya Eleanor tiba-tiba setelah John keluar dari ruangannya.

"Apa kau bisa bermain chinese chess? Waktu itu aku melihatmu bermain catur dengan kakek, kelihatannya lumayan juga."

Howard pun menggandeng Eleanor dan duduk di atas sofa, ia menunjuk ke arah chinese chess di atas meja dan berkata pada Eleanor, "Apa kau tidak merasa posisi kita saat ini sama seperti posisi chinese chess ini?"

Saat ia berbicara, ia pun menata anak-anak caturnya di posisinya.

"Kalau aku adalah General Merah ini, berarti Kakek adalah General Hitam, apa kau bisa melihat sesuatu?" Howard mengangkat kedua anak catur itu bersamaan, lalu meletakkannya kembali.

"Kau ingin langsung mengalahkan sang General Hitam?"

"Setelah permainan dimulai, akan ada banyak Prajurit-prajurit yang berdiri di sisiku dan Kakek, ada Prajurit yang mengikutinya, ada juga yang mengikutiku, tapi di kehidupan nyata, satu-satunya yang berbeda dari catur ini adalah, para Prajurit-prajurit ini tidak bisa mengalahkan General, oleh karena itu aku sama sekali tidak perlu khawatir, kalau sang General Hitam kalah, seluruh pengikutnya pasti juga akan musnah dengan sendirinya, sekarang aku membiarkan orang-orang ini hanya karena aku menginginkannya, mungkin aku berharap permainan ini terasa lebih ramai, karena dengan begitu, orang-orang akan salah mengira bahwa sang General Hitam masih sangat kuat."

"Dasar manusia licik, kau sedang melumpuhkan lawanmu."

"Bukan begitu juga, sebenarnya aku sungguh sangat tidak suka sesuatu yang rumit, bagus kalau ada orang yang membantuku untuk membereskan Prajurit-prajurit ini, kalau tidak ikat saja mereka menjadi satu dengan tali, lalu bereskan mereka satu persatu, tak perlu memikirkan cara yang terlalu rumit untuk melawan mereka."

"Jadi, kalau kau ingin mengalahkan sang General Hitam, kau harus memiliki Lambang Kepala Keluarga?"

Howard tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Lambang Kepala Keluarga itu juga bikinan manusia, aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat."

Setelah John memberinya daftar para pengkhianat dalam distributor-distributor itu, Howard pun mengantarkan orang-orang itu ke neraka satu per satu.

"Ya sudah, kuharap aku bisa menjadi orang yang bisa membantumu membereskan para prajurit itu dan membuat seluruh hal-hal rumit yang ada di sekitarmu menjauh darimu itu."

"Aku malah berharap kau bisa menjadi orang yang bisa membuat hatiku selalu merasa senang itu, Istriku, pagi ini tubuhku masih belum bersenang-senang......" katanya sambil mengedipkan matanya pada Eleanor.

"Jangan bercanda, sebentar lagi......"

Eleanor terkejut, tiba-tiba tubuhya dipeluk dan diangkat oleh Howard.

Lalu, Howard pun menendang pintu ruang istirahat di sana, lalu menutupnya kembali dengan kakinya, tak lama setelahnya, suara yang sangat mesra pun terdengar dari dalam sana......

Melihat kedua anak itu semakin hari semakin tumbuh besar. Waktu berjalan dengan sangat cepat, tak terasa satu minggu pun berlalu.

Semalam sebelum acara pernikahan Drake, John tiba-tiba datang ke rumah kediaman lama untuk mencari Howard di tengah malam, kedua orang itu berdiskusi di dalam ruang kerja cukup lama. Sampai pagi hampir menjelang, barulah Howard kembali ke kamarnya dengan penuh semangat.

"Apa kau baru kembali dari berburu, kenapa sesemangat ini?"

Tanya Eleanor yang langsung terbangun.

"Iya, memang mau pergi berburu, tapi bukan sekarang, besok."

"Besok? Maksudmu acara pernikahan Drake? Aku kira kau tidak mau pergi."

Eleanor membalikkan tubuhnya dengan malas, "Cepat tidur, hari sudah hampir pagi."

Baru saja ia selesai bicara, pria di sebelahnya itu pun sudah tertidur pulas.

Sambil tersenyum, Eleanor membantunya mengenakan selimut, lalu memeluknya, ia merasa sangat puas.

Resepsi pernikahan Drake pada awalnya hendak dilaksanakan di Q Hotel, namun ternyata di hari pernikahannya itu, seisi Q Hotel dipesan oleh orang lain, tidak ada pilihan lain, ia hanya bisa melaksanakannya di Kyoto Hotel.

Di hari pernikahan itu, karena Stuart Tua juga hadir, hampir semua orang-orang papan atas dari dalam maupun luar negeri berkumpul semua di Kyoto Hotel, pernikahan ini sungguh sangat megah dan cocok untuk dijuluki Century Wedding.

Bertha yang mengenakan mahkota berlumur berlian itu menggandeng tangan Stuartu Tua dan berdiri di antara kerumunan orang-orang, ia menarik seluruh perhatian orang di sana, meskipun ia tampak sangat tenang dan elegan, namun sebenarnya hatinya sangat bergelombang bak ratu yang akan naik ke atas takhtanya, setelah menunggu bertahun0tahun, akhirnya dirinya bisa tersenyum lega!

Di dunia ini, tak ada lagi pria yang lebih kaya dan kedudukannya lebih tinggi dari Stuart Tua!

TIba-tiba ia pun merasa, sebenarnya tidak ada buruknya kalau ia bersamanya, bagaimana pun ia adalah pria yang sangat gentleman, pria gentleman sesungguhnya selalu disukai oleh para wanita, apalagi ia juga sudah berumur, ia benar-benar tidak perlu menghabiskan waktunya untuk menjalani hubungan yang rumit dengan Drake, Stuart Tua sudah berjanji akan menikahinya, setelah Stuart Tua mati nanti, ia akan memiliki seluruh keluarga ini tanpa perlu bersusahpayah sedikit pun!

"Kudengar, hari ini kau memberi Drake sebuah hadiah istimewa?"

Tanya Eleanor pelan pada Howard sambil tersenyum melihat ke arah Drake yang sedang menunggu pengantin wanitanya di atas panggung.

Howard tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Jadi, agar kita bisa memberi hadiah bersamaan, aku juga menyiapkan sebuah hadiah untuknya, tapi aku tidak tahu apa dia bisa menerimanya atau tidak."

"Kuharap aku tidak akan merusak kegunaan hadiahmu itu."

"Tidak akan, pasti ada orang yang harus menerima hadiah besar ini." kata Eleanor sambil melirik ke arah Bertha yang duduk tak jauh dari sana.

Kelompok orkestra yang besar di pesta itu pun memainkan lagu-algu pernikahan dengan sangat romantis, Drake yang terus menunggu pengantin wanitanya di atas panggung itu pun mulai tidak tenang, ia terus mengangkat tangannya melihat ke arah jam tangannya.

Seharusnya sang pengantin wanita sudah muncul sejak setengah jam yang lalu, namun dari keluarga mempelai wanita sama sekali tidak ada kabarnya, sang pembawa acara pun tak henti-hentinya mencari bahan pembicaraan untuk memecah ketegangan di sana.

"Apa kau menyembunyikan pengantin wanitanya?"

Mata Eleanor tetap menatap ke arah panggung, namun jelas sekali ia sedang berbicara pada Howard.

"Mungkin saja hanya macet di jalan? Kau boleh memberi hadiah besarmu itu dulu, untuk menghabiskan waktu para tamu-tamu ini."

"Tidak."

Jari-jari Eleanor pun membuka layar handphonenya dan menelepon sebuah nomor telepon, setelah berdering beberapa saat, telepon itu pun terputus.

Tak lama, lagu-lagu yang dimainkan orkestra itu pun terhenti, seluruh lampu di sana pun mati, seisi ruangan itu tiba-tiba berubah tenang.

Tamu-tamu yang hadir di sana tak tahu apa yang terjadi, mereka mengira ini adalah bagian dari acara pernikahan itu, mereka semua duduk diam di tempat duduk mereka masing-masing sambil menunggu acara berikutnya.

Tiba-tiba, layar LED yang dari tadi terus menayangkan foto-foto sang pengantin pria dan wanita itu tiba-tiba mati.

"Apa yang terjadi?" Drake menggunakan sinar dari handphonenya dan mencari sang event organizer, wajahnya tampak sangat suram.

Sang event organizer menggeleng-gelengkan kepala dengan sangat merasa bersalah, "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, mungkin sistem aliran listrik di hotel sedang ada masalah, aku sudah menyuruh orang untuk memeriksanya......"

Tiba-tiba, "Plak", tepat saat bekas tamparan merah muncul di wajah sang event organizer, layar LED di belakang mereka pun tiba-tiba menampilkan sebuah video yang sangat mengejutkan!

Di atas ranjang klasik yang mewah dan besar, ada sepasang pria dan wanita telanjang bulat yang sedang melakukan kegiatan yang sungguh sangat menggemparkan seluruh orang!

Pria yang ada di dalam video itu adalah pengantin pria di pesta pernikahan ini, Drake, dan sang wanitanya, adalah Nenek Drake yang penuh dengan berita-berita negatif sejak kabar kehamilannya, wanita yang akan segera dinikahi oleh Stuart Tua, Bertha Song!

Bertha terkejut bukan kepalang, sekujur tubuhnya terasa membeku, wajahnya yang putih pucat itu melambangkan ketakutan yang luar biasa di dalam hatinya, ia duduk diam di tempatnya, sama sekali tidak berani bergerak.

Dari mana, dari mana datangnya video ini!

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu