Adore You - Bab 76 Lelaki Brengsek Selingkuh (3)

“Mereka mana?”

“Aku suruh mereka pulang duluan.”

“Apa aku kelewatan galak?” Eleanor Chu menerima sapu tangan pemberian Ashton Ling dan mengelap wajahnya.

“Kamu menangis ya.” Aston Ling tiba-tiba merasa iba. Ia tidak tahan melihat wanita ini menangis.

“Iya, aku menangis.”

“Kamu cinta dengan dia?”

Eleanor Chu membuang nafas panjang, lalu mendongak menatap bintang-bintang di langit. Ia bingung harus menjawab apa.

Cinta tidak ya?

Eleanor Chu menggeleng, “Tidak cinta.”

Eleanor Chu sendiri tidak tahu apa jawaban ini memang sesuai kenyataan atau tidak.

“Wanita, jalanmu jangan secepat ini. Tunggu aku.”

“Ashton Ling, jangan ikuti aku. Aku ingin menenangkan diri.”

Eleanor Chu lanjut melangkah meninggalkan Ashton Ling yang terdiam.

Ia berbalik badan, “Pergilah ke rumah kediaman keluarga Qin. Aku besok cari kamu di sana.”

Eleanor Chu terus berjalan tanpa tahu tujuan. Entah beberapa lama kemudian, ia tiba di depan gerbang sebuah rumah yang berlokasi di Alessandra Valley.

Di sini, ia pernah punya memori-memori indah.

Ia membuang nafas panjang. Ia kemudian masuk lift dan memencet nomor lantai unit apartemen yang ditujunya.

Alan Jiang masih di Treasure Island. Ia mengetikkan sendiri tanggal ulang tahunnya di mesin sandi elektronik pintu unit apartemen itu.

Pintu pun terbuka.

Eleanor Chu masuk, mengunci pintu, dan berbaring di sofa. Ia menyalakan televisi lalu tidak lama kemudian terlelap.

Pemandangan inilah yang dilihat Alan Jiang begitu ia pulang.

Di atas sofa biru mudanya, Eleanor Chu tengah tertidur dengan rambut berantakan. Televisi masih terus menyiarkan sebuah acara kartun.

Eleanor Chu terlihat seperti seorang istri yang tertidur di sofa saat menunggu suaminya yang lembur pulang.

Hati Alan Jiang langsung iba. Ia menghampiri wanita itu dengan perlahan, membopongnya, lalu memindahkannya ke kamar tidur utama tidak jauh dari situ.

Saking lelapnya, Eleanor Chu tidak terbangun sama sekali begitu dipindahkan. Hanya bibir dan alisnya yang bergerak-gerak sedikit.

Bibir Alan Jiang dengan lembut mengecup bibirnya itu.

Alan Jiang kemudian menutup pintu dan keluar dari kamar tidur utama dengan tenang.

Ketika Eleanor Chu terbangun, hari sudah siang.

Melihat langit-langit kamar, ia baru sadar ada sesuatu yang aneh. Ia jelas-jelas tidur di sofa sebelumnya, mengapa sekarang ia ada di kamar tidur?

Ia keluar kamar masih dengan kondisi setengah sadar.

Di dapur yang bersih dan mengkilat, Alan Jiang tengah memasak makanan sambil mengenakan apron. Ia terlihat sangat tampan dan memukau.

Alan Jiang dari dulu memang sangat lihai dalam memasak. Eleanor Chu bahkan pernah ketagihan dengan makanan-makanan yang pria itu buatkan.

Seperti menyadari ada seseorang yang datang, Alan Jiang berbalik badan. Tatapan matanya langsung menemui tatapan mata Eleanor Chu yang jernih.

“Eh, sudah bangun ya. Mandi dulu sana, sebentar lagi sudah bisa makan nih.”

“Iya.”

Ketika Eleanor Chu kembali lagi ke ruang makan, di atas meja sudah tersaji berbagai makanan lezat yang ia suka.

Alan Jiang menarikkan kursi makan untuknya.

“Hei, ngapain berdiri terus? Ayo duduk dan makan.”

“Kakak Alan Jiang kok tiba-tiba sudah pulang?”

Alan Jiang tersenyum tipis, “Karena ingin ketemu denganmu.”

Eleanor Chu tidak tahu harus menjawab apa. Ia menunduk dan mengambil nasinya.

Alan Jiang menyendokkan lauk ke mangkuk Eleanor Chu. Mangkuk wanita itu terus diisi sampai penuh.

“Kemarin malam ponselmu terus berdering, jadi aku matikan.”

“Iya.”

“Apa yang terjadi?” Alan Jiang menunjuk wajah Eleanor Chu, “Raut wajahmu kelihatannya sangat tidak baik.”

“Tidak terjadi apa-apa, semuanya baik kok.”

“Dengar-dengar Chu’s Corp……”

“Margaku bukan Chu lagi, sudah seharusnya ganti.” Tetapi bukan ganti ke marga Jiang juga.

Alan Jiang paham ada sesuatu yang tidak beres. Ia tidak melanjutkan pertanyaannya. Ia hanya bilang: “Kata-kataku masih sama seperti waktu itu. Kalau ada apa-apa, beritahu aku, aku pasti bantu kamu. Tidak peduli apa pun yang terjadi, aku terus ada di belakangmu……” Dan menunggumu.

Alan Jiang mengatakan dua kata terakhir dalam hati.

“Iya, aku paham.”

Eleanor Chu menerima ponsel yang dikembalikan Alan Jiang. Ia langsung menyalakannya.

Deretan pesan-pesan tidak terbalas dan panggilan-panggilan tidak terjawab langsung memenuhi ponselnya seolah ingin membuat ponsel itu meledak.

Notifikasi-notifikasi itu belum selesai bermunculan, ponsel Eleanor Chu tiba-tiba sudah berdering saja.

Ia meliriknya sekilas. Seperti biasa, telepon dari Howard Yi. Ia pun mematikan nada dering dan menaruh ponsel itu dalam posisi terbalik di atas meja makan.

Eleanor Chu kemudian dengan canggung berkata, “Ayo makan.”

Alan Jiang tersenyum lebar. Suasana hatinya sepertinya sangat baik.

Setelah makan siang, teringat semalam ia berjanji pada Ashton Ling untuk menemuinya di rumah kediaman keluarga Qin, Eleanor Chu pun berpamitan dengan Alan Jiang. Bagaimana pun juga, status mereka berdua tidak jelas, kalau ia tinggal kelamaan di rumah pria ini itu akan sangat tidak etis.

Karena ponsel Eleanor Chu tidak bisa dihubungi semalaman, rumah kediaman keluarga Qin jadi sangat heboh. Daisy Qin marah-marah ke Ashton Ling karena membiarkan Eleanor Chu keluar sendirian.

Ashton Ling sadar ia salah. Hatinya pun sangat khawatir. Ketika ia bersiap keluar untuk mencari-cari Eleanor Chu, wanita itu kebetulan langsung muncul di depan rumah.

Cahaya matahari sore yang menyelimuti tubuh Eleanor Chu membuat wanita itu terlihat bersinar-sinar.

Ashton Ling terpana sendiri melihatnya. Sepasang wanita itu bening sekali seperti kristal.

“Kak Eleanor! Kamu ke mana saja, kami kebetulan lagi bersiap keluar mencarimu. Aku khawatir setengah mati tahu!” Daisy Qin segera menghampirinya.

“Aku semalam menginap di rumah teman. Aku baik-baik saja kok.” Eleanor Chu mengelus-elus hidung Daisy Qin, “Cie sudah mau menikah nih ye, aku mesti buru-buru siapkan kado nih.”

“Kak Eleanor.”

Wajah Daisy Qin jadi merah ketika disinggung hal ini.

Ponsel Eleanor Chu tiba-tiba berdering.

Lucy Mei.

Eleanor Chu mengangkatnya.

“Istriku……”

Baru Howard Yi mengucapkan satu kata ini, dari seberang sana langsung terdengar bunyi “tut tut tut”.

Melihat Howard Yi mengernyitkan alis, John Xiao sungguh khawatir.

Bos terlihat sangat putus asa dijebak di atas ranjang. Nyonya sebelumnya belum pernah semarah ini!

“CCTV di berbagai sudut vila sudah dicek?” tanya Howard Yi datar.

“Sudah.”

“Bisa tercek apa?”

John Xiao berpilik, “Bisa tercek wanita itu masuk ke kamarmu sendirian.”

“Ada lagi?”

“Tidak.”

“Tidak?” Ini mah sama saja dengan tidak ada yang bisa dicek!

“Iya, CEO Yi. Itu tidak bisa membuktikan bahwa wanita itu datang bukan atas panggilanmu, juga tidak bisa membuktikan apa sebenarnya terjadi sesuatu atau tidak di kamar.” Melihat wajah Howard Yi makin lama makin muram, John Xiao refleks mundur dua langkah. Ia kemudian menambahkan tanpa takut mati sama sekali: “Sebab bagaimana pun juga wanita itu muncul dalam kondisi telanjang di kasurmu dan Nyonya!”

Howard Yi memijat-mijat dahinya yang pegal.

Siapa yang bisa memberitahukannya apa yang bisa ia lakukan!

Kalau pun wanita itu muncul dan memberi keterangan bahwa tidak terjadi apa-apa di kamar, Eleanor Chu pasti juga tidak akan percaya. Kata-kata John Xiao memang benar, wanita itu sudha telanjang sejak pertama kali muncul di ranjangnya.

Yang orang-orang lihat hanyalah apa yang mata mereka lihat, bukan pengakuan yang tidak bisa dibuktikan.

Ia benar-benar ingin meneriaki wanita yang entah muncul dari mana itu!

“Nyonya sekarang di mana?”

“Rumah kediaman keluarga Qin.”

Howard Yi mengembalikan ponsel Lucy Mei sambil bertanya, “CEO Chu seberapa percaya denganmu?”

Lucy Mei menunduk, “Maaf, Presdir Yi, kepercayaan CEO Chu padaku hanya sebatas dalam pekerjaan. Lagipula, aku sendiri kan tidak melihat sama sekali apa yang sebenarnya terjadi ketika kamu berduaan dengan wanita telanjang itu di dalam kamar.”

Mendengar percakapan Howard Yi dan John Xiao daritadi, Lucy Mei kurang lebih sudah paham garis besar kejadian ini.

CEO Chu benar-benar kasihan. Urusan Chu’s Corp belum selesai, kini malah muncul masalah baru dari rumahnya sendiri!

Memang dasar pria!

Lucy Mei dalam hati protes, pria bisanya main-main saja sih, tidak bisa mencintai!

Katharina Ying tiba-tiba masuk tanpa mengetuk dahulu.

Melihat Howard Yi duduk di kursi Eleanor Chu, ia terperangah, lalu kemudian buru-buru menampilkan senyum ramah.

“Kakak Howard Yi.”

Sejak Howard Yi bilang padanya bahwa ia sudah menikah, pria itu selalu menghindar darinya. Telepon tidak diangkat, pesan singkat tidak pernah dibalas.

Bukan hanya Howard Yi, bahkan Kakek Yi juga mulai menjauhinya. Kakek Yi awalnya ada berdiskusi dengan kedua orangtuanya untuk menikahkan Howard Yi dengannya, tetapi kemudian tidak ada kelanjutan lagi.

Hari ini ia akhirnya bisa berjumpa dengan Howard Yi. Apa pun caranya, ia harus memanfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin.

Melihat Katharina Ying tersenyum padanya, hati Howard Yi jadi makin gusar. Orang-orang yang dulu-dulu tidak begitu menarik di matanya mengapa sekarang jadi pada menarik! Mereka lagi coba memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ya?

Khatarina Ying tidak marah meski diabaikan oleh Howard Yi. Wanita itu bahkan bertanya: “Kemari mencari Eleanor Chu ya? Ia suddah lama tidak muncul di kantor, jangan-jangan sedang main-main ke luar lagi……”

Menyadari tatapan dingin Howard Yi padanya, Khatarina Ying refleks berbatuk dan menampilkan wajah mengibakan pada pria itu.

Howard Yi mana ada waktu luang meladeni wajah mengibakan ini? Istrinya sudah mau hilang dari hidupnya ini!

Pria itu bangkit berdiri dan melewatinya tanpa berkata apa-apa.

Ia bertingkah seperti tidak ada Khatarina Ying di dekatnya.

Hati Katharina Ying sontak langsung pecah-belah saat itu juga.

Ia jelas-jelas baik dan pernah menyelamatkan nyawa Howard Yi, mengapa pria itu sekarang tidak memedulikannya sama sekali!

Dan soal Eleanor Chu, Howard Yi ngapain cari Eleanor Chu?

Eleanor Chu brengsek…… Ia pasti sudah menggoda Howard Yi!

Rumah kediaman keluarga Qin.

“Hatchi!” Eleanor Chu bersin dua kali.

“Kak Eleanor flu ya?” Daisy Qin buru-buru menuangkan segelas air hangat unutknya.

Eleanor Chu menerima gelas itu dan menggeleng sambil tersenyum, “Ini pasti gara-gara merebut terlalu banyak pria milik wanita lain. Mereka pasti sedang memaki-maki aku di belakang sana.”

“Kak Eleanor, kamu benar-benar……” Memang harus sefrontal ini ya Kak?

“Nona, ada seorang pria ingin menemuimu.”

Ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba pembantu rumah datang dan memberi kabar.

Daisy Qin terhenyak, teman pria Eleanor Chu dari mana nih?

“Oh, suruh masuk saja.”

Beberapa lama kemudian, sosok pria itu sudah muncul di depan pintu utama rumah kediaman keluarga Qin.

Posisi berdirinya sama persis dengan posisi berdiri Eleanor Chu saat datang tadi.

Cahaya matahari sore juga sama-sama menyelimuti tubuhnya dan sama-sama membuatnya terlihat bersinar-sinar.

Ketiga kebetulan ini membuat semua orang yang ada di ruang tamu terperangah.

Soal identitas dan latar belakang Howard Yi, Robin Qin pernah mendalaminya.

Meksi sama-sama pria seperti dirinya, Howard Yi punya pesona yang tidak bisa dikalahkan pria mana pun di dunia.

Robin Qin relfeks menoleh ke Eleanor Chu yang terdiam. Ia bingung sendiri sebenarnya Eleanor Chu bahagia atau tidak hidup dengan Howard Yi.

Urusan dua orang yang mencintai memang rumit. Dipotong tidak putus, dirapihkan tetap kacau.

Robin Qin mengangguk pada Howard Yi. Bersama dengan Daisy Qin, ia menarik Ashton Ling naik ke lantai atas.

Eleanor Chu bangkit berdiri. Ia sebenarnya ingin ikut naik ke lantai atas, tetapi bahunya ditahan oleh Howard Yi.

Ia menatap pria itu dengan dingin, “Sudah lupa dengan kata-kataku?”

“Istriku, kalau pun kamu mau memvonisku hukuman mati, bisa kan memberiku satu kesempatan banding?’

“Ada gunanya memang?” tanya Eleanor Chu balik. Wanita itu melanjutkan pertanyaanya, “Howard Yi, mengapa kamu tidak mau hubungan kita berakhir sih? Kamu bisa kembali mendapatkan hidup yang bebas. Mau ngapain bebas lakukan, tidak akan ada yang memedulikanmu……”

Belum selesai ia berucap, bibirnya sudah duluan ditempel oleh bibir Howard Yi……

Eleanor Chu menatap pria itu lekat-lekat. Hidungnya merasakan nafas pria itu yang teratur dan anggun, namun bibirnya merasakan lidahnya yang agresif.

“Istriku.” Howard Yi berbisik pelan di samping telinganya, “Aku beritahu kamu suatu rahasia.”

“Tidak mau dengar.” Eleanor Chu berbalik badan ingin pergi.

Tetapi Howard Yi langsung mendekapnya, “Istriku.”

Pria itu menggenggam tangan Eleanor Chu dan mengarahkannya ke selangkangannya, “Ini, tidak ada wanita yang bisa membuatnya mengeras selain kamu.”

Merasakan tingkah Howard Yi yang kelewat batas, Eleanor Chu tercengang dan langsung membentaknya, “Brengsek.”

Namun bibirnya tanpa sadar tersenyum tipis.

Kakek Yi barusan sempat meneleponnya dan memberitahukan sesuatu soal masa lalu Howard Yi.

Dulu keluarga Yi sangat khawatir dengan orientasi seksual Howard Yi yang sepertinya tidak tertarik pada perempuan. Mereka pernah memberinya obat, juga pernah menguncinya bersama beberapa wanita……

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu