Adore You - Bab 124 Kamu Adalah Oksigen Buat Aku Bertahan Hidup (3)

“Awasi setiap gerak-geriknya secara ketat. Kalau dia benar-benar tidak bisa bangkit, kamu kasihanilah dia sedikit. Kenalkan dia pada sutradara yang suka kecantikan wanita. Bahkan, kalau ada kenalan yang buat film bokep jangan lewatkan juga. Kamu harus tahu Angela Wen cukup lihai dalam bidang ini. Aku percaya tubuh dan kemampuan dia bisa menarik perhatian banyak orang di luaran.”

“Baik, aku paham,” angguk Lucy Mei.

“CEO Chu, ada satu hal lagi.”

“Silahkan.”

Pintu ruangan tiba-tiba diketuk, “Nyonya, sarapanmu datang.”

Suara si pengetuk agak mengejutkan Eleanor Chu. Sudut bibirnya perlahan terangkat dan ia pun bergegas membuka pintu.

“Ashton Ling, aku tahu itu suaramu!”

“Wanita, kangen aku tidak?” Ashton Ling menyerahkan nampan sarapan yang ia bawa ke Lucy Mei, lalu mendekap Eleanor Chu erat-erat.

Yang didekap melepaskan diri sambil meledek, “Sudah menikah kok masih peluk-peluk aku begini? Tidak takut dihukum suruh menyetrika pakaian sendiri kamu?”

“Di rumahku tidak ada hukuman macam itu.

“Adanya hukuman satu tonjokan tiap kali ganti saluran televisi favorit si istri ya.”

Ashton Ling menuduk agak kesal, “Bisa jangan bahas begituan tidak? Aku jadi malas tahu.”

“Siapa suruh kamu bercandai aku barusan,” balas Eleanor Chu.

Mendamaikan relasi Ashton Ling dan Howard Yi sangat tidak mudah. Eleanor Chu sadar diri, dia tidak boleh menyinggung lawakan soal Howard Yi lagi.

“Masih mau aku tidak nih kamu?”

“Pertanyaan apa tuh? Buat apa aku mau pria bersuami seperti kamu? Di luaran sana banyak pria tampan yang lajang kok.”

Ketika Eleanor Chu berbicara, dari belakang melintaslah Harwin Xi. Wanita itu menarik tangan si pria masuk, lalu menunjuk-nunjuknya sambil berkata pada Ashton Ling: “Lihat nih, contohnya pria yang satu ini. Bagaimana, kamu jadi merasa rendah diri tidak dibandingkan dengan dia?”

Eleanor Chu mencubit pipi Harwin Xi iseng, “Mau fisik sempurna ada, mau wajah tampan juga ada. Pria tua model kamu cepat-cepatlah keluar dan masuk goa!”

Wajah yang diledeki memerah. Bibir si pemilik wajah itu tersenyum kecut.

“Wah! Wanita, bisa saja mainanmu. Ini kan adik sepupu suamimu, parah nih.”

“Kalau adik sepupu suami memangnya kenapa? Asalkan dia lajang dan tampan, mengapa tidak?” Eleanor Chu menambahkan: “Sayang, kamu dua kriteria itu sudah tidak punya.”

Ashton Ling mengeluarkan ponsel, lalu menatap wajahnya sendiri melalui pantulan yang ada di layar. Ia sungguh merasa dirinya tampan.

“Sudah tidak lajang si benar, tetapi aku kurang setuju kalau dibilang kurang tampan. Dulu aku salah satu pria paling populer di Negara Z loh.”

“Tiap malam ada saja wanita yang menggandrungiku……” Sharen Yi tiba-tiba masuk dan merangkul bahu Eleanor Chu. Ia juga memukul dada Harwin Xi sekali, “Boleh juga, dadanya bidang dan kuat. Di ranjang pasti jago.”

Wajah yang dadanya dipukul memuram, “Shawn Yi sepertinya harus ajarkan sopan santun padamu nih.”

Sekalinya mendengar nama Shawn Yi, wajah Sharen Yi langsung cemberut. Ia berujar datar, “Eleanor Chu, yuk temani aku sarapan di bawah. Sarapanmu sudah mau dingin dan menangis karena tidak dimakan tuh.”

“Dia kenapa? Apa yang terjadi dengan dia?”

Melihat tidak ada yang menanggapi, Ashton Ling mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Eleanor Chu untuk mendesak jawaban, “Sharen Yi kenapa nih?”

Eleanor Chu mengernyitkan alis, “Sejak kamu keluar dari lingkaran hidup dia, Sharen Yi tidak pernah menemukan pria yang sesuai lagi. Wajarlah dia jadi agak gugup bertemu denganmu.”

“……” Tuhkan, aku memang pria yang sangat diidolakan!

“Kakak.” Melihat kedatangan Ashton Ling, Valenshia Ling langsung jadi gugup. Ia mencoba memanggil pelan sebagai basa-basi.

“Henny Gu mana?” Eleanor Chu melirik segala arah untuk mencari Henny Gu.

“Dia di Kota S.”

“Kok kamu tinggalkan sendirian di Kota S sih? Kalau dia bisa main kemari beberapa hari kan seru.”

“Aku kemari untuk menjemput dia dari sana kok.”

“Kakak iparku hamil!” Valenshia Ling bercerita dengan sumringah, “Kakak ipar barusan cerita, karena dia hamil kakak khawatir dia kelelahan di pesawat, jadi dia disuruh tinggal di rumah saja. Ia agak tidak enak hati bicara denganmu. Awalnya aku mau tahan cerita ini beberapa bulan lagi, tetapi lama-lama tidak tahan.”

“Widih, jago juga.” Eleanor Chu membuka jari seolah tengah berhitung, “Kalian menikah belum sampai satu bulan kan……”

“Itu pas baru pertama loh……”

“Baru pertama langsung jadi, lihai!”

“Iyalah. Aku dari dulu sudah bilang aku lebih lihai dari suamimu. Kamu tidak percaya kan waktu itu? Bagaimana kalau sekarang kita berdua coba……”

Kata-kata belum selesai, Ashton Ling tiba-tiba berhenti bicara.

Eleanor Chu memindahkan pandangan ke arah yang ditatap Ashton Ling. Di sana, ada Howard Yi yang berdiri tidak jauh darinya. Dengan wajah dingin, pria itu bertanya, “Kamu benar-benar mau mencoba seberapa lihai skill-mu?”

“Bercanda, hanya bercanda.”

“Sudah begitu saja minta maafnya?”

“Presdir Yi.”

Orang-orang baru duduk di kursi makan, John Xiao tiba-tiba datang dan membisikkan sesuatu ke telinga Howard Yi. Yang dibisikkan mengangguk tidak sabar. Pria itu lalu bangkit berdiri sambil pamit pada Eleanor Chu, “Istriku, kamu makan dulu. Aku mau ke ruang buku, seebntar lagi aku turun dan temani kamu lagi.”

Eleanor Chu dari dulu tidak banyak tanya soal urusan Howard Yi. Karena khawatir suaminya telat sarapan, dia mengajukan ide, “Aku suruh Pengurus Rumah Lu mengantarkan sarapanmu naik ya.”

“Boleh.”

Howard Yi dan John Xiao naik ke atas tanpa saling bicara.

“Sudah berhasil melacak orang yang menaruh foto di ruang buku Tuan Besar Yi?” tanya Sharen Yi begitu mereka masuk ruang buku.

Kemarin Sharin Yi pergi terburu-buru, jadi tidak tahu akhiran dari kejadian itu.

Ada orang aneh mengikuti setiap gerakan mereka sungguh sesuatu yang tidak menyenangkan. Di mana pun mereka berada, mereka selalu melihat sepasang mata mencurigakan.

“Belum, sepertinya John Xiao kemari juga untuk bahas urusan itu,” jawab Eleanor Chu datar dengan diikuti satu tegukan susu. Ia sepertinya tidak memasukkan kejadian itu ke dalam hati.

Di rumah keluarga, orang yang bisa masuk ruang kerja Tuan Besar Yi sangat terbatas. Bahkan, kalau ada pembantu rumah yang sudah bekerja belasan tahun di sana masuk tanpa izin, Tuan Besar Shen pasti akan tetap marah besar.

Tuan Besar Shen sudah tua. Tindakan konyol begitu hanya akan membuat saraf-sarafnya menegang.

“Baby, akhirnya aku bisa bertemu kamu lagi tanpa kekurangan sesuatu apa pun,” kata Jennifer sambil memeluk Eleanor Chu.

“Kenapa lagi nih kamu? Mabuk sarapan nih ya?”

“Berita Y Jewelry itu tersebar kesana-kemari. Semua orang tahu soal kabar kamu nyaris ditabrak di depan pintu kantor. Aku telepon berkali-kali, kamu tidak angkat. Waktu aku ke Vila Britany, kamu juga belum pulang. Aku khawatir sekali tahu.” Jennifer mengambil dua buah telur rebus dari meja, lalu menaruhnya di piring. Wanita itu bertanya, “Sebenarnya kejadian kemarin bagaimana sih? Siapa tuh yang mau melukaimu?”

Sharen Yi menaruh sumpit dan ikut menimpali, “Cepat cerita, aku juga penasaran.”

Eleanor Chu hanya tersenyum, “Mana aku tahu? Tanya Howard Yi sana, dia pasti tahu.”

Di lantai dua, di ruang buku yang sunyi.

Sebuah laporan soal identitas orang yang nyaris menabrak Eleanor Chu di depan pintu Y Jewelry diletakkan di meja Howard Yi.

“Orangnya Allan Jiang?”

John Xiao menggeleng, “Felicia Su.”

Pria di hadapannya mengetuk-ngetuk gelas kopi hiasan dengan jari. Setelah berpikir beberapa saat, pria itu menambahkan: “Soal orang ini, ada satu urusan lagi yang aku mau minta kamu dalami.”

“Silahkan.”

“Kematian mama mertuaku sepertinya terkait erat dengan orang ini.” Howard Yi kini mengetuk-ngetuk meja. Ia menambahkan, “Begini saja, mulai sekarang telusuri semua yang terjadi di antara hubungan mama mertuaku dengan Steve Jiang dari sejak mereka pertama berkenalan.”

Howard Yi awalnya tidak mau ikut campur soal ini. Ia ingin membiarkan Eleanor Chu menelusuri sendiri, sebab bagaimana pun juga dendam karena ibu dibunuh jauh lebih menyenangkan kalau dibalas sendiri daripada melalui orang lain. Tetapi, situasi dan kondisi Eleanor Chu sekarang tidak memungkinkan. Apalagi, si Felicia Su sepertinya juga tidak sabar cari mati. Mengapa tidak sekalian ia wujudkan sekarang keinginannya?

“Baik, Presdir Yi. Aku paham.”

Soal penyebab kematian mama Eleanor Chu, Howard Yi sebenarnya dari dulu sudah menyuruh John Xiao melakukan penyelidikan. Meski begitu, penyelidikan waktu itu hanya garis besar saja dan tidak diseriusi lagi.

Berhubung sekarang Howard Yi sudah terpikir untuk membunuh Felicia Su, berarti dokumen yang sekarang ada di meja harus diberikan juga ke Eleanor Chu. Biarlah dia juga tahu profil orang yang mau menabraknya biar tidak penasaran……

Bagaimana pun juga, Felicia Su adalah nyonya nomor satu di Treasure Island. Kalau sungguh-sungguh mau main tangan padanya, demi mencegah terjadinya perselisihan antara Treasure Island dan Negara Z, semua hal perlu dipersiapkan matang-matang dari awal.

“Benahi dan cek berkas yang aku suruh kamu cari, lalu kirim ke Treasure Island. Kalau tidak ada yang mencurigakan, ya sudah kelar.” Berdasarkan pemahaman Howard Yi pada Steve Jiang, pria itu sebenarnya tidak kejam kalau bukan dalam urusan dengan mama Eleanor Chu. Pasti sempat terjadi sesuatu yang membuatnya berubah sikap begini. Sesuatu itu mungkin ada hubungannya juga dengan jadinya Eleanor Chu sebagai putri keluarga Chu.

“Baik.”

“Soal si pencari masalah, buat skenario yang cantik untuk membawa dia ke ke mansion keluarga Jiang.”

“Baik.”

Malam harinya, sebuah teriakan kencang memecah kesunyian di mansion keluarga Jiang.

Sesosok manusia tidak bertangan dan tidak berkaki dimasukkan ke sebuah kotak, lalu kotak itu ditaruh di ranjang Felicia Su.

Tengah malam terbangun, Felicia Su menyadari keberadaan kotak misterius itu. Ketika membukanya dengan malas, sosok manusia itu langsung jatuh dari kotak ke tubuhnya. Felicia Su ketakutan luar bias sampai dilarikan ke rumah sakit.

Eleanor Chu mendapat laporan soal itu keesokan harinya. Ia tidak kaget sama sekali. Berhubung ingin melakukan sesuatu pada dirinya, wanita itu pasti tengah melakukan persiapan. Ia hanya tidak menyangka Felicia Su mau pakai cara semenakutkan itu untuk membuatnya jantungan.

“Tuan mana?”

Setelah mengantar Ashton Ling dan adik perempuannya ke bandara, Eleanor Chu tidak melihat batang hidung Howard Yi sama sekali.

Pengurus Rumah Lu menunduk hormat, lalu menjawab, “Tuan barusan keluar dengan Asisten Xiao. Dia berpesan nanti siang tidak balik untuk makan siang.”

“Baik.” Eleanor Chu menggoyangkan kunci mobil yang ada di tangan, “Aku juga ada urusan, kamu tidak usah siapkan makan siangku.”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu