Marriage Journey - Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 139 Tanggal 19/10/2020
Ada edit nama Joshua -> Luis 139 19/10/2020
Setelah semua orang berdiskusi bersama, mereka pun memastikan targetnya sekali lagi. Penyelidikan seharian ini membuat semua orang sangat lelah. Tapi mereka semua tidak lengah dan malas-malasan sama sekali, mereka tetap duduk bersama dan mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Sifa, sekarang sudah waktunya menyerah dengan penyelidikan ini. Mereka sudah mencoba mencari tahu dari orang sekitar, tapi hampir tidak ada informasi yang berguna untuk mereka.
Jadi pikiran mereka saat ini lebih banyak terpusat ke titik jongkok.
Semua orang mulai mengatur sebuah jadwal shift sesuai dengan kesediaan masing-masing. Sifa akan berjongkok dari jam satu siang sampai jam tujuh malam. Marsha akan berjongkok jam tujuh pagi sampai shift Sifa tiba yaitu jam satu siang.
Sedangkan, Luis dan Domi. Dua pria ini berinisiatif meminta shift malam demi keamanan dan keselamatan para wanita ini.
Setelah menentukan jadwal shift, lalu membahas dan berdiskusi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan. Setelah itu diskusi mereka pun selesai dengan sesederhana ini.
Di luar masih saja gerimis. Waktu menunjukkan sudah larut malam, semua orang terlihat sangat kelelahan.
Sifa berdiri dan menatap semua orang, lalu berkata “Kalian semua kembali ke kamar masing-masing pergi istirahat dulu sana. Ini juga sudah larut malam, mulai besok mari kita laksanakan rencana kita ini. Malam ini, kalian semua harus tidur nyenyak, maka besok pasti akan sangat bersemangat.”
Setelah mereka semua kembali ke kamar masing-masing, Marsha dan Sifa pun pergi mandi. Selesai mandi waktu sudah menunjukkan hampir jam sebelas. Marsha takut dia kelelahan, jadi langsung berbaring di ranjang lalu bicara tidak terlalu jelas dengan Sifa dan akhirnya tertidur.
Sifa geleng-geleng kepala tersenyum melihat Marsha, lalu membenarkan selimut Marsha. Setelah itu, dia berdiri dan berjalan ke ambang jendela. Lalu, dia menoleh menatap Marsha yang sedang tidur di ranjang. Setelah memastikan Marsha benar-benar sudah tidur, dia pun mengeluarkan ponselnya.
Dia menatap nomer yang sangat familiar di ponselnya. Lalu, menelepon nomer itu dengan suasana hati yang deg-degan dan sangat bahagia.
Setelah beberapa saat, terdengar suara pria yang begitu rendah dan berat “Bagaimana perkembangan rencana proyekmu?”
Sifa masih belum bereaksi sepenuhnya, dia pun menjawab dengan terbata-bata “Hah...penyelidikannya gagal, tapi rencana proyek ini masih belum gagal. Menyelidiki di sekitar sini sepenuhnya tidak ada gunanya. Jadi, aku mengubahnya dengan cara baru yang lain, yaitu langsung berjongkok di titik tertentu untuk lebih memahami sesuatu, baru setelah memahami dengan baik, kami bisa langsung turun tangan.”
Walaupun Sifa agak terbata-bata, tapi penjelasannya ini cukup sangat jelas. Decky sekejap langsung mengerti maksud Sifa.
“Kamu rasa itu baik, maka itu sudah cukup. Kamu adalah orang utama yang bertanggung jawab atas proyek ini. Aku hanya bertugas untuk mendengarkan hasil dari pekerjaanmu saja.” Kata Decky dengan santai.
Sifa mengiyakan, lalu tidak bicara lagi. Setelah hening beberapa saat, mereka pun terdiam dan masuk ke titik sepi.
Sifa hanya merasa suasana seperti ini membuatnya sedikit canggung. Jadi, dia hanya bisa lebih dulu berinisiatif memecah keheningan dan kesunyian di antara mereka, berkata dengan suara pelan “Jika tidak apa-apa lagi, ya sudah begini saja dulu.”
Cukup lama Decky juga tidak bicara, tidak menolak dan tetap tak bicara. Setelah berlalu beberapa saat, baru dia bicara dengan santai “Jaga diri baik-baik.”
Sifa sedikit membeku “Hah? Em...”
Kemudian, Decky pun menutup teleponnya lebih dulu. Sifa langsung tediam berdiri melamun di samping jendela. Angin dingin di luar yang berhembus masuk ke dalam langsung membuat Sifa jadi sepenuhnya sadar.
Sifa menatap gerimis hujan, tiba-tiba dia teringat dengan Kota Jiang. Kota Jiang tidak seperti Kabupaten Kansas yang sering sekali hujan. Di sana empat musim, perbedaannya sangat jelas.
Dia menggelengkan kepalanya dan tidak ingin terlalu banyak berpikir. Sifa pun beberes dan naik ke ranjang, dalam sekejap langsung masuk ke alam mimpi.
Juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba dia memimpikan Decky berdiri di lantai bawah hotel sedang menunggu dirinya. Dia juga memegang satu buket bunga baby breath. Tampak senyuman muncul di wajahnya, lalu Sifa pun berlari menghampiri Decky dan memberinya pelukan hangat, berjinjit lalu berbisik di telinganya, Aku merindukanmu.
Sifa pun bangun dengan susah payahnya. Ketika dia duduk dengan masih tidak sepenuhnya sadar, dia melihat ranjang Marsha sudah kosong. Ketika melihat ke jam, ternyata sudah jam sembilan pagi.
Di atas meja, ada semangkuk sup ayam. Kelihatannya Marsha yang membelinya dari luar.
Sifa mengucek matanya, lalu meregangkan pinggangnya yang sakit dan mencoba untuk berdiri. Tapi, saat jari kakinya menyentuh lantai, dia langsung tidak bertenaga.
Sifa hanya merasakan dalam sekejap kekuatan dan tenaga tubuhnya langsung terkuras habis. Dia berbaring lagi di ranjang dengan napas yang tak teratur.
Napas rasanya tercekik pun datang dan Sifa langsung panik. Sekarang Marsha sudah pergi. Dan dirinya sekarang benar-benar sudah tak punya tenaga. Luis dan Domi yang ada di ruang sebelah pasti tidak akan bisa mendengar teriakannya.
Dalam sekejap, Sifa hanya merasakan terkucil dan tak berdaya. Dia berjuang untuk duduk di ranjang. Namun, setelah mencoba bergerak, dalam sekejap seluruh tubuhnya lumpuh dan mati rasa.
Perasaan ini seperti jatuh ke lumpur hidup dan tidak bisa bergerak. Tangan Sifa yang gemetaran langsung meraba-raba ponsel yang ada di ranjang yang baru saja dia lempar setelah melihat jam tadi. Dia seperti menemukan penyelamat hidupnya.
Dia mengangkat telepon, dengan sedikit kekuatan yang tersisa dia pun menelepon Hendi.
Kebetulan Hendi baru saja selesai operasi. Setelah dia mencuci tangannya, dia mengambil ponselnya yang bergetar dan melihat nama Sifa di layar.
Hendi cukup terkejut, dia tak menyangka Sifa akan menelepon dirinya di jam segini. Namun, jika Sifa menelepon dirinya, biasanya Sifa sedang mengalami masalah.
Hendi panik dan langsung mengangkat teleponnya “Halo, Sifa, kenapa? Apa ada masalah yang terjadi?”
Sifa dengan napas yang tak teratur berkata “Hendi, seluruh tubuh bagian atas dan bawahku kehilangan kekuatan dan tenaganya, hanya terasa mati rasa.”
Suara Sifa sangat pelan sekali. Tapi, dia ini sudah menggunakan seluruh kekuatan yang tersisa di tubuhnya.
Hendi meremas erat ponsel dan langsung mencoba menenangkan Sifa “Sifa, dengarkan aku baik-baik. Kamu coba tenang dulu, lalu tarik napas dalam-dalam dan keluarkan perlahan dan jangan sampai panik.”
Sifa pun melakukan semua yang dikatakan oleh Hendi. Meskipun cukup sulit, namun setelah percobaan pertama, dia langsung merasa jauh lebih membaik dan nyaman.
Sifa lagi dan lagi melakukan apa yang dikatakan oleh Hendi.
Setelah lewat sepuluh menit lebih, mati rasa di tubuhnya perlahan menghilang. Sifa juga merasakan kekuatan dan tenaganya kembali penuh lagi.
Hendi bertanya dengan khawatirnya “Sifa, bagaimana sekarang?”
Sifa menarik napas dalam-dalam dan berkata “Aku sudah cukup membaik. Tapi, aku belum pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya. Rasanya sangat tidak nyaman."
Tampak keringat dingin di kening Sifa. Setelah Hendi mendengar Sifa baik-baik saja, dia pun jadi tenang “Baguslah kalau baik-baik saja. Mungkin itu karena kamu terlalu kecapekan dan memforsir tubuhmu terlalu keras. Oh iya ada lagi, hal ini juga disebabkan karena kekurangan nutrisi dan gizi.”
Setelah Hendi selesai bicara, dia pun mulai cemas.
Sifa pun berjanji dengan tenang “Kalau memang seperti itu, aku akan lebih berhati-hati lagi. Hendi, terima kasih banyak!”
Hendi tersenyum dan berkata “Kamu paling suka bicara terima kasih padaku ya. Namun, kamu ini terima kasih untuk apa. Di antara kita, tidak perlu mengatakan kata-kata seperti ini. Aku sudah senang sekali ketika kamu teringat kepadaku begitu mengalami masalah dan itu sudah cukup.”
Kata-kata Hendi sontak membuat Sifa merasa sedikit tidak enak. Tapi memang dirinya seperti itu. Setiap kali mengalami masalah, dia pasti langsung teringat ke Hendi.
Sifa pun mengobrol sederhana dengan sedikit bersalah kepada Hendi, lalu baru dia menutup teleponnya.
Saat ini, Kabupaten Kansas masih saja hujan di luar. Sifa sedikit khawatir dengan keadaan Marsha.
Marsha sementara waktu duduk di sebuah toko minuman bernama Motale yang tidak begitu jauh dari keluarga itu. Karena di luar hujan, jadi tidak terlalu enak untuk beraktifitas. Jadi, dia sementara ini mencari tempat untuk duduk sebentar.
Marsha yang selalu bisa membedakan apapun ini tahu dari pria di toko minuman dingin ini, kalau tempat ini sebelum pembongkaran adalah perkampungan kecil Kuno.
Lingkungan di sini tidak terlalu baik, tapi hubungan antar tetangga cukup sangat baik. Tapi, hanya Juna Lai satu-satunya yang tidak terlalu suka berkomunikasi atau berbaur dengan yang lain. Jadi, semua orang di sini sering membicarakan keluarganya dan menyebut mereka orang yang aneh.
Marsha cukup lama mengobrol dengan pria yang ada di toko minuman ini. Dari ucapan pria ini bisa tahu kalau orang yang bernama Juna Lai ini biasanya jam delapan pagi selalu keluar rumah. Lalu, pulang ketika sudah larut malam. Kelihatannya pria itu bekerja di sebuah lokasi kontruksi pembangunan.
Di keluarganya ada empat orang yang harus dia nafkahi, ada dua orang yang sudah tua dan satunya lagi istrinya. Istrinya menjaga orang tuanya di rumah. Hanya Juna seorang yang bekerja mencari uang.
Marsha memandangi pria yang menjual minuman dingin itu dengan dua tangannya menompang pipinya “Jika memang seperti ini, lalu kenapa tidak menerima uang dari perusahaan saja. Lalu pindah rumah. Jika melakukan hal ini, setidaknya ini adalah pilihan terbaik untuk keluarga mereka.”
Pria penjual minuman dingin itu langsung tersipu malu begitu dilihat seperti ini oleh Marsha, wanita yang cantik seperti ini “Sebenarnya, semua orang tahu aku sudah bertahun-tahun di sini. Aku tidak pernah mengobrol dengan keluarga mereka. Semua orang mungkin merasa kalau dia pasti otaknya bermasalah. Jika itu orang lain, pasti dari awal mereka sudah memilih pindah dan menikmati kebahagiaan.”
Pria itu memegang minuman di tangannya untuk pelanggannya sambil bicara dengan Marsha.
Marsha sudah duduk cukup lama. Tapi, pria itu dan Marsha yang mengobrol cukup lama, tidak menarik perhatain orang lain sama sekali.
Harusnya jika pria yang kepribadiannya begitu dominan yang bertemu dengan wanta cantik seperti ini, lalu punya topik pembicaraan yang cocok dengannya, pasti tidak akan mungkin melepaskannya dengan mudah.
Novel Terkait
Si Menantu Buta
DeddyJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMy Cute Wife
DessyThe Revival of the King
ShintaCutie Mom
AlexiaAku bukan menantu sampah
Stiw boyPejuang Hati
Marry SuTakdir Raja Perang
Brama aditioMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka