Marriage Journey - Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
Dia berpikir seperti ini, Sifa pasti tidak pergi jauh. Atau mungkin dia menyewa sebuah rumah yang tidak jauh dari sini.
Hendi tidak tahu apakah pikirannya terlalu konyol. Dia hanya mencari-cari terus tanpa tujuan, sambil meneriakkan nama Sifa dan terus mencari. Tapi dia sudah mencari seharian, hingga malam pun tiba, dia masih saja tidak mendapatkan kabar dan informasi apapun.
Hendi terus menghubungi nomor telepon Sifa di Amerika, tapi dia terus mendengar suara tut tut tut... suara ponsel dimatikan.
Dia pun kembali ke rumahnya. Hendi tidak merasakan capek sama sekali. Dia masih saja gelisah, panik dan tak tenang. Bahkan dia tidak bisa duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Dia masih saja berpikir sebenarnya Sifa pergi kemana.... Pada saat ini dia ada di tempat seperti apa, dia tinggal di rumah seperti apa sekarang dengan anaknya.
Decky bangun dari mabuknya. Samar-samar dia merasakan kepalanya yang sakit sekali.
Dia melihat Laras tidur di sampingnya. Di pikirannya perlahan teringat kembali dia yang minum banyak kemarin malam.
Dia ingat kenapa dia minum sampai mabuk. Hatinya pun kembali sangat kesal dan gelisah lagi. Dia segera berdiri dari ranjang, lalu membereskan diri, dan berencana pergi ke rumah besar keluarga Leng untuk memeriksa keadaan!
Decky tahu Sifa saat ini pasti sudah pulang. Ketika memikirkan ini, hatinya terasa sangat sakit sekali.
Pada saat ini ponselnya berdering...
Yuli yang menelepon. Decky melihat ke ponsel yang ada di tangannya, di layar tertulis nama Yuli. Tapi ada perasaan ragu-ragu yang tak pasti yang tidak ingin menjawab telepon itu....
Tapi ketika berpikir mungkin karena Yuli sudah tidak sabar menunggu dirinya datang di rumah sakit, jadi Yuli menelepon untuk menanyakannya. Decky tidak tega mendengar ponselnya yang terus berdering....
Pada saat ini, Laras sudah terbangun karena suara dering ponsel Decky yang tidak dijawab cukup lama itu. Dia perlahan duduk, dan menyentuh kepalanya yang sedikit sakit sambil menatap Decky di sebelahnya.
"Decky ... kenapa kamu tidak mengangkat teleponnya. Teleponmu daritadi bunyi terus loh!”
Seiring dengan pertanyaan ini, Decky pun menekan tombol jawab. Lalu, suara yang sangat familiar terdengar....
“Decky, bukannya kamu bilang pagi hari ini kamu akan datang ke rumah sakit ya? kenapa masih belum datang juga, aku ingin keluar dari rumah sakit hari ini.”
Mendengar pertanyaan Yuli kepada dirinya, yang mengatakan mengenai keluar dari rumah sakit. Decky tiba-tiba tidak tahu harus menjawab apa di telepon ini.
Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Yuli, benar-benar maaf sekali. Kemarin malam aku menemani Laras minum. Dia mabuk berat jadi aku menjaganya semalaman ini. Dan akhirnya jadi menunda waktuku. Sebentar lagi aku akan pergi ke rumah sakit, kamu tunggu sebentar saja ya.”
Decky berusaha menjawab Yuli dengan setenang mungkin. Tapi, di dalam hatinya sudah bergejolak tidak karuan....
Begitu memikirkan Yuli yang tiba-tiba membahas ingin keluar dari rumah sakit. Dai berpikir, tidak tahu apakah Yuli membuat keputusan ini karena mendengar kabar itu. Hati Decky semakin tidak tenang dan gelisah.
“Em, baiklah kalau begitu. Aku akan menunggumu di rumah sakit. Cepat datanglah kemari.”
Setelah selesai bicara, Yuli menutup teleponnya. Seiring dengan suara tut tut tut telepon yang sudah ditutup, Hati Decky perlahan jadi ikut lega.
Laras yang disebelahnya melihat semua ini. Dia membatin, Decky yang baru saja berbohong ini mungkin juga karena berita tentang kembalinya Sifa, yang sedikit mengejutkannya.
Decky yang selalu dingin dan tegas di mata Laras. Ternyata juga bisa begitu ragu-ragu seperti ini.
“Laras, kamu tadi juga sudah mendengarnya kalau Yuli mau keluar rumah sakit. Menurutmu, apakah dia mendengar mengenai berita kembalinya Sifa?”
Mendengar pertanyaan Decky ini kepadanya, Laras untuk sementara ini juga tidak tahu bagaimana menilai hal-hal ini. Mungkin Decky terlalu gugup dan bingung sapai bisa menduga seperti ini.
"Decky. Menurutku kabar kembalinya Sifa sebenarnya hanya diketahui olehmu dan keluarga Leng saja. Harusnya Yuli masih belum tahu kan?"
Laras mengucapkan kata-kata ini kepada Decky. Di sisi lain, dia berpikir mengenai semua yang akan diaturkan untuk Sifa setelah dia kembali. Laras bertanya-tanya dalam hati, apakah orang keluarga Leng akan meminta Sifa tinggal di rumah besar keluarga Leng. Lagipula bagaimanapun, dia kembali kali ini karena anak itu.
Laras merasa keluarga Leng tidak akan menyerah atas hak asuh anak itu. Karena hal ini sudah diketahui oleh keluarga Leng, mungkin segala hal tentang anak itu tidak akan bisa diputuskan oleh Sifa seorang...
Ketika berpikir sampai sini, Laras merasa kehidupan Sifa kedepannya mungkin tidak akan berubah lebih santai dan mudah lagi.
“Tidak peduli bagaimana pun, wanita itu juga sudah kembali. Tapi, aku tetap harus pergi ke rumah sakit. Aku akan pulang dulu ke rumah besar, kamu temani aku pergi kesana ya.”
Saat Decky mengatakan ini pada dirinya sendiri, Laras sudah mulai merasakan kegugupan yang tak bisa diungkapkan. Karena bagaimanapun, selama hampir setahun, dia akan bertemu Sifa yang sanagat dirindukannya dalam hatinya.
Walaupun ini semua hanyalah perasaan Laras sendiri, namun ketika berpikir akan segera bertemu dengan Sifa, hati Laras seperti melayang keluar dari ruangan ini.
Mereka berdua pun membereskan diri, lalu mengendarai mobil menuju ke arah rumah besar keluarga Leng.
Sifa dan kakek Leng mengobrol sebentar mengenai hal-hal di Amerika. Kemudian, dia membawa anaknya itu pergi ke kemar tidur untuk beristirahat.
Karena bagaimanapun, di pesawat selama semalam itu cukup sangat menyiksa. Dia dan anaknya sangat capek sekali.
Dia pun menaruh kopernya ke samping kamar tidur. Sifa berpikir dalam hati kalau dirinya juga tidak akan mungkin meletakkan semua isi di dalam koper satu persatu. Lagipula, dia tidak berencana untuk tinggal lama di rumah besar keluarga Leng ini.
Setelah dia menidurkan anaknya pelan-pelan, dia duduk di sofa di samping kamar. Di pikirannya teringat lagi semua potret dan adegan ketika dia dan Decky tinggal di rumah besar keluarga Leng ini....
Lalu tiba-tiba terdengar suara “Bruakkkk”....
Pintu dibuka dengan keras, semua lamunan Sifa langsung buyar dalam sekejap.
Dia langsung menoleh melihat itu. Pada saat ini, Decky sedang berdiri di depan Sifa!
Walaupun di sepanjang perjalanan kembali ini, dia tidak berhenti memikirkan bagaimana pertemuannya dia dan Decky nanti. Tapi adegan ini tiba-tiba secepat ini terjadi.
Melihat Decky yang terlihat sangat dingin di depan matanya. Bahkan Decky mengerutkan kening. Jantung Sifa langsung berdetak dengan kencang. Bahkan tiba-tiba ada rasa takut yang besar dalam hatinya....
Dia takut Decky yang menatapnya dengan ekspresi seperti ini. Tatapan ini membuatnya merasa sangat gelisah dan ketakutan.
Karena tatapan mata seperti itu telah menemaninya selama tiga tahun penuh.
"Sifa! Aku tidak menyangka kamu wanita yang begitu licik. Dengan membawa anak itu, kamu secepat ini masuk dan tinggal di rumah besar keluarga Leng!”
Seiring dengan kata-kata Decky yang keluar ini. Ini tidak membuat Sifa sangat terkejut. Dia dari dulu sudah tahu kalau ketika dirinya bertemu dengan Decky, pasti akan disalahpahami lagi oleh orang itu.
“Decky, kamu terlalu berpikir banyak. Aku sebenarnya ingin menjalani hidupku dengan tenang dan nyaman di Amerika. Keluarga Leng kalianlah yang memaksaku untuk kembali kesini.”
Begitu ucapan ini keluar, Decky tiba-tiba menendang lagi pintu kamar itu....
Dia mempercepat langkahnya dan berjalan menuju Sifa. Jantung Sifa kembali berdegup kencang tak terkendali. Dia hanya melihat wajah tampan dan sangat tidak asing yang sudah berjalan dengan cepat hampir menempel di wajah Sifa.
"Dasar kamu wanita ini ya, sudah di saat seperti ini, kamu masih saja berpura-pura tidak bersalah di depanku?"
"Cih! Jika bukan karena kamu yang membocorkan kabarmu. Keluarga ini mana mungkin bisa tahu kondisi dan situasimu?”
Dengan pertanyaan yang berulang-ulang ini, di dalam hati Sifa terasa seperti ada pisau yang terus menerus menusuk hatinya sendiri. Walaupun rasa sakit ini sudah sering dialaminya sebelumnya. Tapi ketika sakit ini terasa lagi, masih saja terasa sakit seperti dulu, tidak ada berkurangnya sama sekali.
Novel Terkait
Marriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka