Marriage Journey - Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik

Dia berpikir seperti ini, Sifa pasti tidak pergi jauh. Atau mungkin dia menyewa sebuah rumah yang tidak jauh dari sini.

Hendi tidak tahu apakah pikirannya terlalu konyol. Dia hanya mencari-cari terus tanpa tujuan, sambil meneriakkan nama Sifa dan terus mencari. Tapi dia sudah mencari seharian, hingga malam pun tiba, dia masih saja tidak mendapatkan kabar dan informasi apapun.

Hendi terus menghubungi nomor telepon Sifa di Amerika, tapi dia terus mendengar suara tut tut tut... suara ponsel dimatikan.

Dia pun kembali ke rumahnya. Hendi tidak merasakan capek sama sekali. Dia masih saja gelisah, panik dan tak tenang. Bahkan dia tidak bisa duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Dia masih saja berpikir sebenarnya Sifa pergi kemana.... Pada saat ini dia ada di tempat seperti apa, dia tinggal di rumah seperti apa sekarang dengan anaknya.

Decky bangun dari mabuknya. Samar-samar dia merasakan kepalanya yang sakit sekali.

Dia melihat Laras tidur di sampingnya. Di pikirannya perlahan teringat kembali dia yang minum banyak kemarin malam.

Dia ingat kenapa dia minum sampai mabuk. Hatinya pun kembali sangat kesal dan gelisah lagi. Dia segera berdiri dari ranjang, lalu membereskan diri, dan berencana pergi ke rumah besar keluarga Leng untuk memeriksa keadaan!

Decky tahu Sifa saat ini pasti sudah pulang. Ketika memikirkan ini, hatinya terasa sangat sakit sekali.

Pada saat ini ponselnya berdering...

Yuli yang menelepon. Decky melihat ke ponsel yang ada di tangannya, di layar tertulis nama Yuli. Tapi ada perasaan ragu-ragu yang tak pasti yang tidak ingin menjawab telepon itu....

Tapi ketika berpikir mungkin karena Yuli sudah tidak sabar menunggu dirinya datang di rumah sakit, jadi Yuli menelepon untuk menanyakannya. Decky tidak tega mendengar ponselnya yang terus berdering....

Pada saat ini, Laras sudah terbangun karena suara dering ponsel Decky yang tidak dijawab cukup lama itu. Dia perlahan duduk, dan menyentuh kepalanya yang sedikit sakit sambil menatap Decky di sebelahnya.

"Decky ... kenapa kamu tidak mengangkat teleponnya. Teleponmu daritadi bunyi terus loh!”

Seiring dengan pertanyaan ini, Decky pun menekan tombol jawab. Lalu, suara yang sangat familiar terdengar....

“Decky, bukannya kamu bilang pagi hari ini kamu akan datang ke rumah sakit ya? kenapa masih belum datang juga, aku ingin keluar dari rumah sakit hari ini.”

Mendengar pertanyaan Yuli kepada dirinya, yang mengatakan mengenai keluar dari rumah sakit. Decky tiba-tiba tidak tahu harus menjawab apa di telepon ini.

Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Yuli, benar-benar maaf sekali. Kemarin malam aku menemani Laras minum. Dia mabuk berat jadi aku menjaganya semalaman ini. Dan akhirnya jadi menunda waktuku. Sebentar lagi aku akan pergi ke rumah sakit, kamu tunggu sebentar saja ya.”

Decky berusaha menjawab Yuli dengan setenang mungkin. Tapi, di dalam hatinya sudah bergejolak tidak karuan....

Begitu memikirkan Yuli yang tiba-tiba membahas ingin keluar dari rumah sakit. Dai berpikir, tidak tahu apakah Yuli membuat keputusan ini karena mendengar kabar itu. Hati Decky semakin tidak tenang dan gelisah.

“Em, baiklah kalau begitu. Aku akan menunggumu di rumah sakit. Cepat datanglah kemari.”

Setelah selesai bicara, Yuli menutup teleponnya. Seiring dengan suara tut tut tut telepon yang sudah ditutup, Hati Decky perlahan jadi ikut lega.

Laras yang disebelahnya melihat semua ini. Dia membatin, Decky yang baru saja berbohong ini mungkin juga karena berita tentang kembalinya Sifa, yang sedikit mengejutkannya.

Decky yang selalu dingin dan tegas di mata Laras. Ternyata juga bisa begitu ragu-ragu seperti ini.

“Laras, kamu tadi juga sudah mendengarnya kalau Yuli mau keluar rumah sakit. Menurutmu, apakah dia mendengar mengenai berita kembalinya Sifa?”

Mendengar pertanyaan Decky ini kepadanya, Laras untuk sementara ini juga tidak tahu bagaimana menilai hal-hal ini. Mungkin Decky terlalu gugup dan bingung sapai bisa menduga seperti ini.

"Decky. Menurutku kabar kembalinya Sifa sebenarnya hanya diketahui olehmu dan keluarga Leng saja. Harusnya Yuli masih belum tahu kan?"

Laras mengucapkan kata-kata ini kepada Decky. Di sisi lain, dia berpikir mengenai semua yang akan diaturkan untuk Sifa setelah dia kembali. Laras bertanya-tanya dalam hati, apakah orang keluarga Leng akan meminta Sifa tinggal di rumah besar keluarga Leng. Lagipula bagaimanapun, dia kembali kali ini karena anak itu.

Laras merasa keluarga Leng tidak akan menyerah atas hak asuh anak itu. Karena hal ini sudah diketahui oleh keluarga Leng, mungkin segala hal tentang anak itu tidak akan bisa diputuskan oleh Sifa seorang...

Ketika berpikir sampai sini, Laras merasa kehidupan Sifa kedepannya mungkin tidak akan berubah lebih santai dan mudah lagi.

“Tidak peduli bagaimana pun, wanita itu juga sudah kembali. Tapi, aku tetap harus pergi ke rumah sakit. Aku akan pulang dulu ke rumah besar, kamu temani aku pergi kesana ya.”

Saat Decky mengatakan ini pada dirinya sendiri, Laras sudah mulai merasakan kegugupan yang tak bisa diungkapkan. Karena bagaimanapun, selama hampir setahun, dia akan bertemu Sifa yang sanagat dirindukannya dalam hatinya.

Walaupun ini semua hanyalah perasaan Laras sendiri, namun ketika berpikir akan segera bertemu dengan Sifa, hati Laras seperti melayang keluar dari ruangan ini.

Mereka berdua pun membereskan diri, lalu mengendarai mobil menuju ke arah rumah besar keluarga Leng.

Sifa dan kakek Leng mengobrol sebentar mengenai hal-hal di Amerika. Kemudian, dia membawa anaknya itu pergi ke kemar tidur untuk beristirahat.

Karena bagaimanapun, di pesawat selama semalam itu cukup sangat menyiksa. Dia dan anaknya sangat capek sekali.

Dia pun menaruh kopernya ke samping kamar tidur. Sifa berpikir dalam hati kalau dirinya juga tidak akan mungkin meletakkan semua isi di dalam koper satu persatu. Lagipula, dia tidak berencana untuk tinggal lama di rumah besar keluarga Leng ini.

Setelah dia menidurkan anaknya pelan-pelan, dia duduk di sofa di samping kamar. Di pikirannya teringat lagi semua potret dan adegan ketika dia dan Decky tinggal di rumah besar keluarga Leng ini....

Lalu tiba-tiba terdengar suara “Bruakkkk”....

Pintu dibuka dengan keras, semua lamunan Sifa langsung buyar dalam sekejap.

Dia langsung menoleh melihat itu. Pada saat ini, Decky sedang berdiri di depan Sifa!

Walaupun di sepanjang perjalanan kembali ini, dia tidak berhenti memikirkan bagaimana pertemuannya dia dan Decky nanti. Tapi adegan ini tiba-tiba secepat ini terjadi.

Melihat Decky yang terlihat sangat dingin di depan matanya. Bahkan Decky mengerutkan kening. Jantung Sifa langsung berdetak dengan kencang. Bahkan tiba-tiba ada rasa takut yang besar dalam hatinya....

Dia takut Decky yang menatapnya dengan ekspresi seperti ini. Tatapan ini membuatnya merasa sangat gelisah dan ketakutan.

Karena tatapan mata seperti itu telah menemaninya selama tiga tahun penuh.

"Sifa! Aku tidak menyangka kamu wanita yang begitu licik. Dengan membawa anak itu, kamu secepat ini masuk dan tinggal di rumah besar keluarga Leng!”

Seiring dengan kata-kata Decky yang keluar ini. Ini tidak membuat Sifa sangat terkejut. Dia dari dulu sudah tahu kalau ketika dirinya bertemu dengan Decky, pasti akan disalahpahami lagi oleh orang itu.

“Decky, kamu terlalu berpikir banyak. Aku sebenarnya ingin menjalani hidupku dengan tenang dan nyaman di Amerika. Keluarga Leng kalianlah yang memaksaku untuk kembali kesini.”

Begitu ucapan ini keluar, Decky tiba-tiba menendang lagi pintu kamar itu....

Dia mempercepat langkahnya dan berjalan menuju Sifa. Jantung Sifa kembali berdegup kencang tak terkendali. Dia hanya melihat wajah tampan dan sangat tidak asing yang sudah berjalan dengan cepat hampir menempel di wajah Sifa.

"Dasar kamu wanita ini ya, sudah di saat seperti ini, kamu masih saja berpura-pura tidak bersalah di depanku?"

"Cih! Jika bukan karena kamu yang membocorkan kabarmu. Keluarga ini mana mungkin bisa tahu kondisi dan situasimu?”

Dengan pertanyaan yang berulang-ulang ini, di dalam hati Sifa terasa seperti ada pisau yang terus menerus menusuk hatinya sendiri. Walaupun rasa sakit ini sudah sering dialaminya sebelumnya. Tapi ketika sakit ini terasa lagi, masih saja terasa sakit seperti dulu, tidak ada berkurangnya sama sekali.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu