Marriage Journey - Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?

Sifa keluar rumah pagi-pagi, mengabaikan sepatu kulit pria dan sepatu hak tinggi wanita yang diletakkan di depan pintu.

Mulai saat ini, dia harus perlahan-lahan belajar bagaimana melepaskannya, meskipun dia tahu dirinya membutuhkan waktu, tapi setidaknya lebih baik daripada sekali demi sekali disakiti.

Sifa menaiki bus paling pagi dan tiba di kantor pagi-pagi, pada dasarnya belum banyak orang yang datang pada jam segini.

Sifa menjalankan tugasnya seperti biasa, dia duluan pergi ke kantor Decky, mulai mengemas dan membersihkan kantornya.

Melihat waktunya tidak banyak lagi, dia menyiapkan teh sesuai dengan kebiasaan Decky dan meletakkannya di atas meja kerja.

Dia berusaha menghindari kesempatan untuk bertemu dan bergaul dengan Decky, ini merupakan hal baik bagi siapapun.

Bukankah Decky hanya ingin menyiksa dan membalas dendam padanya, dia telah berhasil melakukannya.

Setelah bangun, Decky membawa Ariana bersarapan di aula secara terang-terangan, Ariana tetap mengenakan pakaian semalam, meskipun tidak mempesona seperti dalam TV.

Tapi seluruh tubuhnya terlihat sangat menarik, dia duduk di samping Decky dengan berani, Decky adalah pria idaman yang diinginkan banyak wanita.

Ariana tahu Decky tidak menyukai Nyonya Leng ini, sehingga dia berani bersikap sombong di depan Sifa.

Decky sengaja berbicara sekuat-kuatnya dengan Ariana, tapi tidak ada tindakan apapun di kamar lantai atas.

Decky sedikit tidak sabar, dia mengerutkan kening dengan kesal, apakah wanita ini tidak ingin masuk kerja, mengapa jam segini masih belum turun?

Ariana menatap Bibi Wu dan tersenyum berkata pada Bibi Wu “Bibi, di mana Nyonya Leng? Apakah tidak memanggilnya turun dan makan bersama?”

Ariana sangat sombong, dia ingin sekali menekan Sifa pada saat ini.

Meskipun Bibi Wu tidak menyukai Ariana, tapi karena Decky berada di sini, dia juga tidak dapat mengatakan apapun.

Dia menundukkan kepala dan berkata dengan serius: “Nona sudah keluar.”

Begitu mendengar kata-kata Bibi Wu, Decky tiba-tiba menjadi panik.

Dia segera berdiri dan bergegas ke dalam kamar Sifa, menendang pintu kamar dan melihat dalam kamar sangat rapi dan bersih.

Semua barang di atas meja rias masih ada, Decky berjalan ke depan lemari dan membukanya.

Baju Sifa yang tidak banyak masih digantung dengan rapi, Decky tiba-tiba merasa lega, dia tidak pergi.

Decky tiba-tiba menjadi lega, dia tidak tahu apa yang dia khawatirkan, Decky sangat kesal dan menarik dasinya dengan tidak sabar.

Ariana mengikuti Decky bergegas naik ke lantai atas, dia membuka lebar matanya menatap Decky dan berkata: “Tuan Leng, mengapa kamu…..”

Ariana masuk ke dalam kamar Sifa dan melihat ke sekeliling, menatap Decky dan bertanya.

Decky memelototi Ariana dengan tatapan kejam dan berkata dengan dingin: “Siapa yang menyuruhmu masuk, ini bukan tempat yang boleh kamu masuk, keluar.”

Decky sangat kesal, kebetulan bisa berteriak marah pada Ariana.

Ariana telah lama mengetahui karakter Decky yang tidak stabil, tapi tanpa terduga, berubah dengan begitu cepat, semalam masih bermesraan.

Hari ini langsung berubah wajah dan berteriak marah padanya, Ariana sama sekali tidak mengetahui situasinya.

Tapi dia tetap mundur dengan gelisah dan tidak berani mengatakan sepatah katapun.

Decky berjalan keluar dengan wajah suram, sama sekali tidak mempedulikan Ariana, dia mengambil tas kerja dan berjalan ke tempat parkir bawah tanah.

Ariana ikut di belakangnya dengan hati-hati dan tidak berani berkata.

Decky duduk ke dalam mobil dan menyalakannya, Ariana segera masuk dan duduk ke dalam mobil.

Dicky melirik Ariana dan berteriak marah: “Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam mobil? Keluar, ini bukan tempatmu!”

Wajah Decky terlihat buruk, dia memegang stir mobil dengan erat dan berteriak marah pada Ariana.

Ariana tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia menatap Decky dengan sedih dan berkata dengan gagap: “Tuan Leng, aku…….”

Tidak menunggu Ariana selesai berkata, Decky langsung membuka pintu mobil dan menendang bahu Ariana.

Ariana jatuh ke bawah, seluruh tubuhnya menempel erat pada permukaan bumi dan menjerit kesakitan.

Decky tidak menatap Ariana sama sekali, dia langsung menginjak pedal gas dan melaju pergi.

Ariana agak bingung, dia berdiri dan menjerit nama Decky, air mata mengalir dari pipinya.

Ariana selalu memandang arah kepergian Decky, dia berdiri lumayan lama di tempat dan tidak ingin pergi.

Awalnya lengan dan betisnya yang putih, sekarang menimbulkan beberapa goresan dan bahkan berdarah.

Ariana berwajah sedih, ekspresi di wajahnya terlihat mengerikan.

Dasar wanita sialan, sangat jelas Decky tidak menyukainya, tapi mengapa begini, karena wanita itu, dirinya menjadi begini, dirinya bukanlah tahu lembut yang bisa dihancurkan sesuka hati, tunggu saja!

Ariana berekspresi ganas, tatapannya penuh dengan kemarahan, meskipun enggan, tapi dia hanya bisa memanggil taksi dan kembali ke apartemennya, menunggu setelah luka pada kaki dan tangannya sudah sembuh baru keluar.

Decky melewati banyak lampu merah di sepanjang jalan dan pergi ke perusahaan dengan cepat, saat ini sebagian besar karyawan telah masuk kerja.

Decky harus memastikan sendiri, apakah Sifa ada di kantor pada saat ini, dia tidak sabar ingin mengetahuinya.

Decky berwajah suram, berjalan menuju ke lift khusus miliknya, banyak karyawan wanita yang telah bekerja lumayan lama di dalam perusahaan belum pernah bertemu Decky.

Begitu melihat Decky, mata mereka langsung bersinar, tidak berhenti berbisik dan pandangan mereka tidak berhenti mengikuti Decky.

Decky tidak tinggal lama, langsung berjalan ke arah kantornya.

Tidak tahu mengapa, ketika mendekati kantor Sifa, dirinya menjadi sedikit gugup.

Decky membuka pintu kantor Sifa, tidak ada orang di dalam, hati Decky terkejut, dia melihat ke sekeliling dan tidak menemukannya.

Decky agak ragu, dia berjalan ke kantornya, apakah wanita ini tidak datang ke sini? Jadi ke mana dia pergi?

Decky mendekati kantor, langsung tercium aroma yang menyegarkan, Decky segera melihat cangkir teh di meja kantornya.

Decky berjalan ke sana, mengambilnya dan meminum seteguk, rasanya kebetulan yang dia suka, aromanya segera menyebar.

Decky mengangkat sudut bibirnya tersenyum, kelihatannya wanita ini tidak pergi.

Mungkin tidak ada sifat baiknya si Sifa, tapi dirinya paling menyukai teh yang dia buat.

Meskipun Decky tidak bertemu dengan Sifa, tapi bukan siapapun dapat menyiapkan teh seperti ini.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu