Marriage Journey - Bab 72 Perubahan Mendadak
Laras membawa sekumpulan orang ke tempat di mana Sifa dan Marsha dikurung sebelumnya, lalu menendang pintu hingga terbuka.
Orang-orang yang menculik Sifa dan Marsha telah ditangkap oleh mereka dan diikat di pojok oleh bodyguard.
Tidak ada ekspresi di wajah Laras, ketika melihat darah Sifa mengalir di pelukannya, keinginan Laras untuk melindunginya tersulut.
Dia mengepalkan tinjunya dengan erat, beberapa orang itu membuat wanita yang dicintainya berubah menjadi seperti ini.
Laras mengambil tongkat di lantai dan menghantamkannya ke salah satu pria dengan marah, kemarahan itu terlihat jelas di wajahnya.
Pria itu berteriak kesakitan, lalu terdengar suara tulang patah.
“Lepaskan aku, ampun, ampun lain kali tidak berani lagi…” Pria itu memohon ampun kepada Laras dan mencoba bersembunyi di belakang.
Emosi Laras tersulut oleh pria ini, dia berlutut menjambak rambut pria ini, tersenyum dingin “Kala itu tahukah kamu dia juga pernah takut seperti dirimu?”
Tatapan Laras tampak galak, pria itu berteriak keras, bercampur dengan suara memohon belas kasihan, tapi Laras tidak berniat melepaskan pria ini.
Dia langsung menendang tubuh pria ini dan pria itu langsung mengeluarkan jeritan seperti babi yang hendak dibunuh, lalu matanya membelalak besar seolah hampir keluar dan pingsan di lantai.
Laras berbalik, berkata dengan dingin kepada mereka “Jangan beri ampun, habisi mereka.”
Setelah mengatakannya, dia langsung berbalik keluar, lalu beberapa pria di belakangnya menganggukkan kepala.
Laras pergi ke depan kamar Yuli sesuai dengan perintah Decky, Decky berdiri membelakangi Laras.
Laras berjalan menghampiri, berdiri satu meter dari Decky, berkata “Sudah diatasi semuanya, aku akan menyelidiki sisanya.”
Decky berbalik, dengan kelelahan yang terlihat jelas di wajahnya “Sudah cukup kalau sudah mengatasi semuanya, akhir-akhir ini ada masalah di perusahaan, kamu bantu mengatasinya, aku akan kembali setelah mengatasi masalah di sini.”
Decky berbalik, berjalan ke arah kamar pasien.
“Kamu tidak ingin pergi melihatnya, dia terluka.” Laras mengangkat kepalanya, dia tidak bisa menahan dorongan dalam hatinya.
Decky mengerutkan kening, menghentikan langkahnya, berbalik menatap Laras, berkata dengan dingin “Laras, kamu tidak pernah ikut campur dalam urusanku.”
Kemudian Decky berbalik dan tidak menjawab apa yang baru saja dikatakan Laras.
Laras menundukkan kepalanya, mengepalkan tinjunya dengan erat. Bagaimana mungkin dirinya tidak mengkhawatirkan Sifa, jelas-jelas dia tahu Sifa adalah wanita Decky.
Hendi sedang menemani Sifa, Hendi berusaha merahasiakan penyakit Sifa. Namun, kondisi Sifa yang terbaring di tempat tidur semakin memburuk, dia tampak sangat kurus.
Terkadang Sifa akan mimpi buruk di malam hari, lalu terbangun sambil berteriak dan kepalanya penuh keringat.
Akhir-akhir ini, dia tidak banyak bicara. Hendi dan para dokter sangat khawatir karena kejadian malam itu akan berdampak pada kesehatan mental Sifa.
Tentu saja Laras tahu, akhir-akhir ini dia terus bolak-balik dari perusahaan ke rumah sakit.
Sifa tidak pernah bertanya kepada Decky mengapa tidak pernah datang atau mengapa tidak datang menyelamatkan dirinya, bahkan tidak pernah mengirim sebuah pesan, dirinya terlihat tenang, duduk di tempat tidur menatap keluar jendela.
Marsha sudah sadar, semuanya pulih lebih cepat dibanding Sifa, setelah mendapat persetujuan dari dokter, dia langsung pergi ke kamar Sifa.
Marsha melihat Hendi dan Laras berdiri di kamar Sifa, lalu mengetuk pintu dengan sopan dan masuk.
Laras dan Hendi menoleh menatap Marsha, lalu segera berdiri dan tersenyum kepadanya.
“Sifa.” Marsha yang masih belum berjalan ke samping tempat tidur Laras, sudah tidak bisa menahan dirinya memanggil nama Sifa.
Sifa yang mendengar suara Marsha, menoleh dan berusaha sekuat tenaga tersenyum padanya “Sudah datang ya.”
Marsha menganggukkan kepala, melihat mata Sifa berubah menjadi merah dan air mata mengalir dari matanya.
Dia menghampiri Sifa, mengulurkan tangan memeluknya, Sifa yang berada dalam pelukannya menangis tersedu-sedu.
Hendi dan Laras keluar dari kamar.
Sifa tersenyum tidak berdaya, membelai kepala Marsha “Kenapa?”
Bahu Marsha bergetar hebat, memeluk Sifa dan berkata kepadanya “Sifa, mulai sekarang kita jangan berpisah ya?”
Mata Sifa tiba-tiba memerah, ia menahan air matanya, tidak membiarkan dirinya menangis, mengangguk dan setuju “Iya.”
Saat ini, polisi juga terlibat dalam masalah ini. Laras menyerahkan orang-orang itu kepada polisi. Polisi datang ke rumah sakit meminta Sifa dan Marsha membantu penyelidikan.
Sifa dan Marsha memberitahu polisi seluk beluk masalah ini, tapi polisi memberitahu Sifa dan Marsha bahwa wanita dan anak kecil yang mereka tolong telah meninggal. Alasannya belum ditemukan sampai saat ini.
Sifa dan Marsha sedikit bingung, tapi Laras memberitahu Sifa, masalah ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian, yakinlah mereka pasti bisa memberikan sebuah keadilan untuk kalian.
Decky menunggu pemberitahuan penyakit kritis Yuli dihapus, baru pergi ke kantor dengan tenang.
Tapi karena Sifa cedera, ia tidak masuk kerja selama beberapa hari, lalu muncul rumor di perusahaan, ditambah dengan Marsha juga tidak datang bekerja.
Semua orang bergosip mengatakan Sifa dan Marsha dipukuli karena selingkuh dengan suami orang, sekarang keduanya berada di rumah sakit.
Kalau tidak tahu apa-apa, jangan menyebarkan rumor Sifa dan Marsha di dalam perusahaan.
Decky duduk di dalam kantor, melihat dokumen yang ada di tangannya, bukan dirinya tidak tahu dengan rumor yang beredar di perusahaan.
Melihat berita utama di surat kabar pagi ini menerbitkan polisi menangkap geng kriminal lokal yang menjual anak-anak.
Decky tiba-tiba mengingat Sifa, mendengar Laras mengatakan masalah Sifa, pandangan Decky tentang Sifa tiba-tiba berubah.
Tapi ketika mengingat Sifa meminta tolong pada dirinya dan dia tidak bisa pergi, lalu ketika wanita itu masuk rumah sakit, dirinya juga tidak bisa pergi menjenguknya.
Decky meremas koran itu dengan gelisah, dirinya tiba-tiba menjadi takut, takut wanita yang patuh padanya akan membuat perubahan pada dirinya setelah kejadian ini.
Sebelum pulang kerja, Decky kembali ke vila. Tepat ketika dia masuk, ia melihat sepatu Sifa di depan pintu. Apakah Sifa sudah pulang?
Decky mencoba menekan kegembiraan di dalam hatinya, lalu berjalan ke aula dengan wajah dingin.
Sifa berjalan ke bawah, melihat Decky kembali dengan tas di tangannya.
Sifa memalingkan tatapannya, tanpa sedikit pun ekspresi di wajahnya, seolah dia tidak melihat Decky dan berjalan menuju dapur.
Decky merasakan perubahan Sifa, lalu mengerutkan kening tidak senang, melihat Sifa menganggap dirinya seperti angin lalu, berjalan melewati dirinya begitu saja tanpa melihatnya, hati Decky sangat tidak nyaman seolah terhalang oleh sesuatu.
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaAfter The End
Selena BeeKisah Si Dewa Perang
Daron JayHarmless Lie
BaigeUnperfect Wedding
Agnes YuJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka