Marriage Journey - Bab 247 Dipaksa Kembali

"Sudahlah, Decky, jangan minum lagi. Kalau kamu minum lagi, kamu akan minum terlalu banyak.”

Decky menatap Laras yang ada di sampingnya. Lalu, dia sekali lagi merebut gelas alkohol itu.

“Laras, kamu tidak usah mengurusiku. Menurutmu, Sifa wanita itu kenapa selalu saja mengganggu di sekitarku?”

“Kenapa dia mau melahirkan anak itu, ternyata benar-benar wanita yang mengerikan dan licik.”

Decky bicara sambil terus mengeluhkan apa yang ada di hatinya mengenai Sifa. Dia merasa jika bukan karena Sifa melahirkan anak itu.

Keluarga Leng juga tidak akan mungkin mencari berbagai cara untuk menjemput ibu dan anak itu kembali pulang kesini. Dia membatin, ini pasti rencana licik dari wanita itu.

Decky tidak berhenti menebak-nebak. Wanita itu dulu bersikeras untuk melahirkan anak itu pasti karena harta kekayaan keluarga Leng.

Laras melihat Decky yang sudah sedikit mabuk di sampingnya. Dia juga tidak tahu bagaimana harus menenangkan dan membujuk Decky.

“Decky, mungkin kamu yang terlalu banyak memikirkan ini. Semua ini bukannya diatur oleh keluargamu? Karena bagaimanapun Sifa memiliki anak darimu. Berdasarkan dengan sifat dan karakter kakek, kalau dia tahu, tidak mungkin dia tidak membawa Sifa kembali pulang kan.”

Decky mendengarkan penjelasan Laras di sampingnya. Sebenarnya di dalam lubuk hatinya, dia sangat mengerti kalau apa yang dikatakan Laras sangat masuk akal.

Tapi bagi Decky, semua ini benar-benar membuat Decky merasa kesulitan dan sangat sakit.

“Jika dia kembali, lalu bagaimana dengan aku dan Yuli? Bagaimana aku harus menghadapi Yuli? Apa kamu tahu? hari ini Yuli masih saja menanyakan mengenai Sifa kepadaku. Aku malah memberitahunya kalau aku tidak tahu apapun!”

Decky mengatakan semua ini kepada Laras yang ada di sampingnya, sambil terus berpikir dalam hati, kedepannya jika Yuli tahu semua ini, bagaimana dirinya ini menghadapinya.

Dirinya merasa selama bertahun-tahun ini terus merasa berhutang kepada Yuli. Semakin memikirkan ini, Decky semakin kesal. Sehingga dia mengangkat lagi gelas alkohol yang ada di tangannya lalu meneguknya langsung sampai habis.

Laras memandang Decky dari samping, dan tidak tahu bagaimana cara menghiburnya untuk beberapa saat.Meski kadang dia tidak bisa mengerti, dia tidak bisa menahan diri untuk membantu dan menasehati Decky ini.

“Sudahlah, Decky...”

“Kamu tidak bisa minum seperti ini lagi. Kamu sudah cukup mabuk. Jika kamu meminumnya lagi, kamu bahkan tidak akan bisa pulang nanti."

"Dan kamu tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini dalam waktu dekat ini. Nanti setelah Sifa pulang, baru kita cari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun, masalah ini untuk saat ini sudah tidak bisa diapa-apakan sekarang."

Setelah Laras mengatakan ini, dia mengulurkan tangan dan memindahkan gelas anggur di tangan Decky ke tempat yang jauh, lalu mengambil banyak uang dari sakunya, meletakkannya di atas meja bar, dan membantu Decky berjalan keluar dari bar...

Begitu keluar dari bar, Decky dengan cepat mendorong Laras yang memapahnya. Lalu mencari sebuah pohon dan muntah di sana.

Ketika Laras melihat ini, dia dengan cepat melangkah maju dan menepuk-nepuk punggung Decky dengan ringan agar dia tidak merasa lebih tidak nyaman karena muntah.

“Bagaimana sekarang? Decky, bukankah aku sudah memberitahumu? Sudah bilang kurangi minumnmu. Kamu masih saja tidak mau dengar. Sekarang kamu sendiri yang menderita kan?”

Meski hanya kata-kata keluhan yang terucap di bibirnya, tapi dalam hati Laras masih saja merasa iba dan tidak tega pada Decky.

Dia merasa jika semua ini terjadi padanya, bahkan dia mungkin juga tidak tahu harus bagaimana menyelesaikannya ...

"Laras, menurutmu... kenapa? Kenapa Sifa wanita ini kembali?"

Decky mabuk dan mengatakan ini kepada Laras. Melihat Laras tidak menjawab, dia pun bicara sekali lagi....

"Menurutmu, sebenarnya dendam seperti apa yang ada di antara aku dan dia dalam hidup ini? dia sudah menyakiti Yuli sampai seperti itu, sekarang malah masih saja melahirkan anak itu, dan dia bisa-bisanya datang ke rumahku untuk menyiksaku.”

Laras memandanginya yang terus bicara sambil membungkuk untuk berpegangan di pohon besar dan muntah lagi. Pada saat ini, Laras tidak tahu bagaimana cara menghiburnya. Lagi pula, dia tidak mau mengomentari apapun tentang Sifa.

Dalam hati Laras, yang tidak pernah dipahami adalah mengapa Decky memperlakukan Sifa seperti ini. Kalaupun hal itu berkaitan dengan Sifa. Setelah penyiksaan Decky beberapa tahun terakhir kepadanya, bukannya ini bisa dibilang sudah impas antara dia dan Sifa.

Laras, kenapa kamu tidak bicara? Laras, meurutmu wanita itu Sifa melakukannya dengan sengaja untuk membuatku merasa tidak enak menjalani hidup ini ya, atau dia sudah mengetahui tentang Yuli yang sudah siuman dari luar negeri, jadi dia kembali untuk membuat banyak masalah untukku..."

"Menurutmu, apakah dia melakukannya untuk membalas apa yang pernah aku lakukan padanya sebelumnya!"

Laras mendengarkan Decky yang terus bicara kata-kata yang tidak nyata sama sekali ini. Laras tidak percaya sama sekali kalau semua ini adalah rencana Sifa.

Karena bagaimanapun Laras paling mengerti apa yang dulu Decky perbuat kepada Sifa. Sifa mana mungkin bisa jadi orang yang membalas perbuatan orang lain.

Apalagi, Sifa masih sedang sakit saat ini. Dia juga membawa anak, jadi mana mungkin dia tega membalas ayah dari anaknya.

“Sudahlah, Decky, kamu tidak usah banyak memikirkan ini lagi di sini. Kamu memikirkan Sifa terlalu jahat. Itulah kenapa kamu selalu merasa sangat menderita seperti ini.”

Begitu selesai bicara ini, Laras pun memapah Decky naik ke mobil.

Ketika mobil melaju langsung ke vila tempat Decky tinggal sendirian, Laras menoleh ke belakang dan mendapati bahwa Decky sudah tertidur karena mabuk.

Dia membawa Decky ke dalam rumah. Setelah menaruhnya, dia masih saja mengkhawatirkan Decky yang mabuk dan terlalu banyak minum ini. sehinngga Laras pun ikut tidur di sofa ruang tamu.

Saat pesawat mendarat, jantung Sifa terasa berdetak dengan kencang. Tanpa sadar dia memeluk anak dalam dekapannya dengan erat....

Pada saat ini anak itu masih tertidur dengan manisnya.

Melihat Kepala Petugas Zhang yang berada di sampingnya di seberang kabin, Sifa merasakan tekanan di hatinya sangat besar. Bagaimanapun, dia kembali ke Keluarga Leng kali ini karena anaknya.

Sifa berpikir, mungkin Decky tidak tahu tentang kepulangannya ini. Karena semua ini diatur oleh Keluarga Leng.

Dia dan Decky setelah melewati beberapa tahun itu, Sifa dalam hati sangat mengerti dengan jelas kalau kepala dan pimpinan terbesar dari keluarga besar PT Leng Tbk adalah kakek Decky.

Begitu memikirkan sampai sini, hatinya jadi terasa lebih nyaman. Kakek Decky selalu bersikap baik pada Sifa. Jadi ketika tinggal di rumah keluarga Leng dulu. Dia juga tidak pernah kekurangan sandang dan pangan.

Walaupun ketika dia sendirian bersama Decky, selalu saja menerima penyiksaan dan pelecehan. Tapi ketika pertemuan keluarga besar, karena kasih sayang dan cinta dari kakek, dia pun tidak terlalu tampak menyedihkan di depan keluarga Leng ini.

Ketika Sifa memikirkan ini, Kepala Petugas Zhang juga sudang bangkit dan berdiri.

"Nona Shen, setelah kita tiba nanti, kamu tinggal menggendong bayimu saja. Nanti, kami yang akan membantumu membawa barang-barang yang lain."

Setelah mendengar perintah dari Kepala Petugas Zhang. Sifa berdiri dan melihat para penumpang yang ada di kabin pesawat. Hampir dari mereka sudah turun. Pada saat ini, anak yang tertidur di dekapan Sifa itu belum juga bangun karena keramaian ini. Sifa pun mengikuti Kepala Petugas Zhang dan berjalan keluar dari pesawat.

Begitu rombongan itu turun dari pesawat, mereka melihat dari kejauhan banyak pelayan Keluarga Leng yang sudah menunggu.

Seiring dengan langkah kaki perlahan mendekat, Sifa melihat dengan jelas ada wajah yang asing yang sepertinya belum pernah dilihat olehnya. Wanita itu tersenyum kepadanya.

Wanita ini sepertinya berumur kira-kira 30 tahunan. Dia berpakaian dengan sangat sopan sekali.

"Nona Shen, halo, saya dipekerjakan oleh tuan besar yang secara khusus untuk melayani nona dan juga menjadi pengasuh anak. Kedepannya, aku yang akan bertanggung jawab atas makan dan keperluan hidup sehari-hari nona. Anda bisa memanggilku Rizky.”

Setelah mendengar perkataan Rizky, Sifa mengangguk dan tersenyum. Tapi tidak menyerahkan anak itu padanya, karena bagaimanapun anak ini adalah anak yang dilahirkannya dengan susah payah dan dengan usaha yang sangat keras sekali.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu