Marriage Journey - Bab 247 Dipaksa Kembali
"Sudahlah, Decky, jangan minum lagi. Kalau kamu minum lagi, kamu akan minum terlalu banyak.”
Decky menatap Laras yang ada di sampingnya. Lalu, dia sekali lagi merebut gelas alkohol itu.
“Laras, kamu tidak usah mengurusiku. Menurutmu, Sifa wanita itu kenapa selalu saja mengganggu di sekitarku?”
“Kenapa dia mau melahirkan anak itu, ternyata benar-benar wanita yang mengerikan dan licik.”
Decky bicara sambil terus mengeluhkan apa yang ada di hatinya mengenai Sifa. Dia merasa jika bukan karena Sifa melahirkan anak itu.
Keluarga Leng juga tidak akan mungkin mencari berbagai cara untuk menjemput ibu dan anak itu kembali pulang kesini. Dia membatin, ini pasti rencana licik dari wanita itu.
Decky tidak berhenti menebak-nebak. Wanita itu dulu bersikeras untuk melahirkan anak itu pasti karena harta kekayaan keluarga Leng.
Laras melihat Decky yang sudah sedikit mabuk di sampingnya. Dia juga tidak tahu bagaimana harus menenangkan dan membujuk Decky.
“Decky, mungkin kamu yang terlalu banyak memikirkan ini. Semua ini bukannya diatur oleh keluargamu? Karena bagaimanapun Sifa memiliki anak darimu. Berdasarkan dengan sifat dan karakter kakek, kalau dia tahu, tidak mungkin dia tidak membawa Sifa kembali pulang kan.”
Decky mendengarkan penjelasan Laras di sampingnya. Sebenarnya di dalam lubuk hatinya, dia sangat mengerti kalau apa yang dikatakan Laras sangat masuk akal.
Tapi bagi Decky, semua ini benar-benar membuat Decky merasa kesulitan dan sangat sakit.
“Jika dia kembali, lalu bagaimana dengan aku dan Yuli? Bagaimana aku harus menghadapi Yuli? Apa kamu tahu? hari ini Yuli masih saja menanyakan mengenai Sifa kepadaku. Aku malah memberitahunya kalau aku tidak tahu apapun!”
Decky mengatakan semua ini kepada Laras yang ada di sampingnya, sambil terus berpikir dalam hati, kedepannya jika Yuli tahu semua ini, bagaimana dirinya ini menghadapinya.
Dirinya merasa selama bertahun-tahun ini terus merasa berhutang kepada Yuli. Semakin memikirkan ini, Decky semakin kesal. Sehingga dia mengangkat lagi gelas alkohol yang ada di tangannya lalu meneguknya langsung sampai habis.
Laras memandang Decky dari samping, dan tidak tahu bagaimana cara menghiburnya untuk beberapa saat.Meski kadang dia tidak bisa mengerti, dia tidak bisa menahan diri untuk membantu dan menasehati Decky ini.
“Sudahlah, Decky...”
“Kamu tidak bisa minum seperti ini lagi. Kamu sudah cukup mabuk. Jika kamu meminumnya lagi, kamu bahkan tidak akan bisa pulang nanti."
"Dan kamu tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini dalam waktu dekat ini. Nanti setelah Sifa pulang, baru kita cari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun, masalah ini untuk saat ini sudah tidak bisa diapa-apakan sekarang."
Setelah Laras mengatakan ini, dia mengulurkan tangan dan memindahkan gelas anggur di tangan Decky ke tempat yang jauh, lalu mengambil banyak uang dari sakunya, meletakkannya di atas meja bar, dan membantu Decky berjalan keluar dari bar...
Begitu keluar dari bar, Decky dengan cepat mendorong Laras yang memapahnya. Lalu mencari sebuah pohon dan muntah di sana.
Ketika Laras melihat ini, dia dengan cepat melangkah maju dan menepuk-nepuk punggung Decky dengan ringan agar dia tidak merasa lebih tidak nyaman karena muntah.
“Bagaimana sekarang? Decky, bukankah aku sudah memberitahumu? Sudah bilang kurangi minumnmu. Kamu masih saja tidak mau dengar. Sekarang kamu sendiri yang menderita kan?”
Meski hanya kata-kata keluhan yang terucap di bibirnya, tapi dalam hati Laras masih saja merasa iba dan tidak tega pada Decky.
Dia merasa jika semua ini terjadi padanya, bahkan dia mungkin juga tidak tahu harus bagaimana menyelesaikannya ...
"Laras, menurutmu... kenapa? Kenapa Sifa wanita ini kembali?"
Decky mabuk dan mengatakan ini kepada Laras. Melihat Laras tidak menjawab, dia pun bicara sekali lagi....
"Menurutmu, sebenarnya dendam seperti apa yang ada di antara aku dan dia dalam hidup ini? dia sudah menyakiti Yuli sampai seperti itu, sekarang malah masih saja melahirkan anak itu, dan dia bisa-bisanya datang ke rumahku untuk menyiksaku.”
Laras memandanginya yang terus bicara sambil membungkuk untuk berpegangan di pohon besar dan muntah lagi. Pada saat ini, Laras tidak tahu bagaimana cara menghiburnya. Lagi pula, dia tidak mau mengomentari apapun tentang Sifa.
Dalam hati Laras, yang tidak pernah dipahami adalah mengapa Decky memperlakukan Sifa seperti ini. Kalaupun hal itu berkaitan dengan Sifa. Setelah penyiksaan Decky beberapa tahun terakhir kepadanya, bukannya ini bisa dibilang sudah impas antara dia dan Sifa.
Laras, kenapa kamu tidak bicara? Laras, meurutmu wanita itu Sifa melakukannya dengan sengaja untuk membuatku merasa tidak enak menjalani hidup ini ya, atau dia sudah mengetahui tentang Yuli yang sudah siuman dari luar negeri, jadi dia kembali untuk membuat banyak masalah untukku..."
"Menurutmu, apakah dia melakukannya untuk membalas apa yang pernah aku lakukan padanya sebelumnya!"
Laras mendengarkan Decky yang terus bicara kata-kata yang tidak nyata sama sekali ini. Laras tidak percaya sama sekali kalau semua ini adalah rencana Sifa.
Karena bagaimanapun Laras paling mengerti apa yang dulu Decky perbuat kepada Sifa. Sifa mana mungkin bisa jadi orang yang membalas perbuatan orang lain.
Apalagi, Sifa masih sedang sakit saat ini. Dia juga membawa anak, jadi mana mungkin dia tega membalas ayah dari anaknya.
“Sudahlah, Decky, kamu tidak usah banyak memikirkan ini lagi di sini. Kamu memikirkan Sifa terlalu jahat. Itulah kenapa kamu selalu merasa sangat menderita seperti ini.”
Begitu selesai bicara ini, Laras pun memapah Decky naik ke mobil.
Ketika mobil melaju langsung ke vila tempat Decky tinggal sendirian, Laras menoleh ke belakang dan mendapati bahwa Decky sudah tertidur karena mabuk.
Dia membawa Decky ke dalam rumah. Setelah menaruhnya, dia masih saja mengkhawatirkan Decky yang mabuk dan terlalu banyak minum ini. sehinngga Laras pun ikut tidur di sofa ruang tamu.
Saat pesawat mendarat, jantung Sifa terasa berdetak dengan kencang. Tanpa sadar dia memeluk anak dalam dekapannya dengan erat....
Pada saat ini anak itu masih tertidur dengan manisnya.
Melihat Kepala Petugas Zhang yang berada di sampingnya di seberang kabin, Sifa merasakan tekanan di hatinya sangat besar. Bagaimanapun, dia kembali ke Keluarga Leng kali ini karena anaknya.
Sifa berpikir, mungkin Decky tidak tahu tentang kepulangannya ini. Karena semua ini diatur oleh Keluarga Leng.
Dia dan Decky setelah melewati beberapa tahun itu, Sifa dalam hati sangat mengerti dengan jelas kalau kepala dan pimpinan terbesar dari keluarga besar PT Leng Tbk adalah kakek Decky.
Begitu memikirkan sampai sini, hatinya jadi terasa lebih nyaman. Kakek Decky selalu bersikap baik pada Sifa. Jadi ketika tinggal di rumah keluarga Leng dulu. Dia juga tidak pernah kekurangan sandang dan pangan.
Walaupun ketika dia sendirian bersama Decky, selalu saja menerima penyiksaan dan pelecehan. Tapi ketika pertemuan keluarga besar, karena kasih sayang dan cinta dari kakek, dia pun tidak terlalu tampak menyedihkan di depan keluarga Leng ini.
Ketika Sifa memikirkan ini, Kepala Petugas Zhang juga sudang bangkit dan berdiri.
"Nona Shen, setelah kita tiba nanti, kamu tinggal menggendong bayimu saja. Nanti, kami yang akan membantumu membawa barang-barang yang lain."
Setelah mendengar perintah dari Kepala Petugas Zhang. Sifa berdiri dan melihat para penumpang yang ada di kabin pesawat. Hampir dari mereka sudah turun. Pada saat ini, anak yang tertidur di dekapan Sifa itu belum juga bangun karena keramaian ini. Sifa pun mengikuti Kepala Petugas Zhang dan berjalan keluar dari pesawat.
Begitu rombongan itu turun dari pesawat, mereka melihat dari kejauhan banyak pelayan Keluarga Leng yang sudah menunggu.
Seiring dengan langkah kaki perlahan mendekat, Sifa melihat dengan jelas ada wajah yang asing yang sepertinya belum pernah dilihat olehnya. Wanita itu tersenyum kepadanya.
Wanita ini sepertinya berumur kira-kira 30 tahunan. Dia berpakaian dengan sangat sopan sekali.
"Nona Shen, halo, saya dipekerjakan oleh tuan besar yang secara khusus untuk melayani nona dan juga menjadi pengasuh anak. Kedepannya, aku yang akan bertanggung jawab atas makan dan keperluan hidup sehari-hari nona. Anda bisa memanggilku Rizky.”
Setelah mendengar perkataan Rizky, Sifa mengangguk dan tersenyum. Tapi tidak menyerahkan anak itu padanya, karena bagaimanapun anak ini adalah anak yang dilahirkannya dengan susah payah dan dengan usaha yang sangat keras sekali.
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomKisah Si Dewa Perang
Daron JayMy Greget Husband
Dio Zheng1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaRahasia Istriku
MahardikaLove In Sunset
ElinaMy Only One
Alice SongNikah Tanpa Cinta
Laura WangMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka