Marriage Journey - Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
Sifa sangat ketakutan, meringkuk di tempat tidur dengan kepala tertunduk, dan tidak berani berbicara.
Dia takut Decky akan mengunci dirinya seperti sebelumnya, dan menghabiskan berhari-hari di ruangan yang sempit, itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilewati.
Decky langsung menyadari emosinya sendiri, lalu menundukkan kepala dengan hati sesak dan berjalan ke arah Sifa.
Melihat Sifa meringkuk di tempat tidur dengan wajah panik, seketika hati Decky langsung merasa menyesal.
Setelah dirinya melihat sesuatu barang atau hal yang berkaitan dengan Yuli, dia langsung tidak bisa menahan diri untuk melampiaskan amarahnya pada Sifa, meskipun dirinya sangat ingin memulai hidup baru dengan wanita ini.
Decky menatap Sifa dari atas, dan membuat Sifa kehilangan akal.
Sifa menundukkan kepala dan tidak berani menatap Decky, ini seperti kembali ke masa yang dahulu itu, dimana dia yang baru saja menikah dengan Decky.
Perasaan takut dan khawatir seperti itu, Sifa tampak sedikit suram dengan kepala tertunduk, tetapi ruangan itu masih sangat sunyi sekali.
Decky pergi ke arah Sifa dan duduk, mengulurkan tangan untuk meraih lengan Sifa.
Tapi Sifa langsung menghindar dan menatap Decky dengan ngeri, karena takut dia akan melukai dirinya, lalu tanpa sadar langsung pergi ke sisi lain untuk menghindar.
Gerakan Sifa langsung tergambar di dalam hati Decky, Decky sedikit menarik bibirnya, lalu menatap wajah Sifa yang sangat panik itu, dan pada akhirnya menjatuhkan tangannya, dirinya masih tetap menyakitinya.
Decky bangkit berdiri dengan wajah yang sangat muram, memunggungi Sifa dan berkata dengan dingin: "Istirahatlah."
Setelah selesai berbicara, dia berjalan menuju ruang tamu, dia tampak sedikit tertekan dan langkah kakinya berat.
Sifa perlahan-lahan melihat pintu kamar ditutup, dan emosi yang tersembunyi dalam sekejap langsung diluapkan, dia menutup mulutnya dengan selimut dan sebagian besar permukaan selimut basah dengan air mata, lalu bahunya mulai bergetar hebat karena menangis.
Ledakan emosi Sifa dalam sekejap membuat Sifa sedikit kebingungan, apa yang terjadi saat ini?
Menggigit bibirnya dengan keras agar dirinya tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Di luar pintu, Decky duduk di atas sofa, mengamati ruangan yang telah dibuka itu, lalu bangkit berdiri dengan perlahan dan masuk ke dalam, ruangan itu digantung penuh dengan fotonya Yuli dan barang-barangnya yang telah dia kumpulkan.
Awalnya kamar ini ingin didesain sesuai dengan pola dan gaya yang disukainya, awalnya dia berniat memberikannya ketika melamarnya ….
Tapi dia tidak menduga, ternyata kemudian terjadi hal seperti ini ….
Decky melihat ke sekeliling, matanya sangat suram, mengingat bagaimana dirinya telah kehilangan kendali atas emosinya dan marah kepada Sifa, seketika Decky langsung merasa sangat bersalah ….
Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang, dia bahkan tidak ingin menghadapinya, mengingat semua hal yang telah dia lakukan pada Sifa sebelumnya, ini semua membuat hati Decky semakin lebih sesak lagi.
Sifa terbaring di tempat tidur sepanjang malam dan tidak tahu mengapa hatinya terasa sesak, tetapi seperti ditekan oleh sesuatu sampai tidak bisa berbicara dan bernafas.
Mereka berdua tidak bisa tidur sepanjang malam dan fajar datang dengan tenang, Sifa bangkit berdiri dengan mata yang merah, lalu mengambil perlengkapan mandi dari kopernya, dia berencana untuk pergi keluar setelah mengganti pakaian dan melakukan persiapan sederhana.
Bagaimanapun juga tempat ini bukan menjadi bagian dirinya sejak awal, dirinya ada di sini hanya merupakan sebuah ejekan saja.
Sifa berjalan keluar dengan sangat pelan, dan Decky sepertinya tertidur di sofa, Sifa membuka pintu lalu berbalik dengan penuh harap.
Ruangan itu sangat sunyi, Decky berbaring di sofa tampak tidak bergerak sama sekali dan tidak mengetahui kepergian Sifa.
Sifa akhirnya meletakkan tangannya, menggelengkan kepala dan tersenyum tak berdaya, lalu berjalan keluar.
Pada saat pintu ditutup, Decky membuka matanya yang merah, dia tidak tidur sepanjang malam, dan mengetahui kepergian Sifa dengan sangat jelas.
Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang, apa yang bisa dia jelaskan?
Sifa berdiri di pintu gerbang sambil membawa koper dan tidak tahu harus pergi ke mana, jadi dia hanya bisa berdiri diam sambil menunggu taksi.
Tapi pada dasarnya di sini adalah daerah orang kaya, hampir tidak ada taksi yang lewat, semuanya adalah mobil pribadi yang kelihatannya sangat mahal.
Sebuah peluit keras berbunyi, Sifa mengerutkan kening dan memandangi Porsche Cayenne di depannya.
Gustian duduk di dalam mobil lalu memandang Sifa dengan senyum menyeringainya, dan sosok yang sulit diatur: "Bertengkar atau kenapa, mau kemana kamu dengan membawa koper?"
Sifa tidak terlalu menyukai Gustian, dia selalu berbicara dengan menusuk perasaan orang, dan dia juga tidak suka tatapannya saat menatap dirinya, dirinya selalu merasa dia bisa melihat apa yang sedang dirasakannya.
Sifa berbalik dan berkata sambil tersenyum: "Tidak apa-apa, masalahku belum sampai ke tahap dimana kamu harus ikut campur."
Mendengar kata-kata Sifa, Gustian mengangkat alisnya dan tersenyum: "Benarkah? Tidak mudah untuk naik taksi di sini, aku bisa mengantarmu ke mana pun kamu ingin pergi, lagipula aku tidak terlalu suka kamu bersama dengan Decky, kamu tidak cocok untuknya."
Kata-ata Gustian sangat melukai hati Sifa, Sifa tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan menatap mata Gustian dengan cahaya yang tajam.
"Aku beritahu padamu, jangan banyak mengurusi masalahku, lagipula ada banyak orang di dunia ini yang tidak taku padamu!" sikap Sifa tangguh, dan tampaknya sedikit marah.
Gustian sedikit terkejut, meskipun dia pernah melihat kemampuan Sifa dalam membalas perkataan orang, tapi ini adalah pertama kalinya dia melihat wanita ini bertindak kasar, apa yang telah dia katakan? Dia hanya mengatakan jika mereka tidak cocok saja.
Gustian mengangkat bahu dan tampak acuh tak acuh: "Apa aku telah mengatakan sesuatu yang salah, jika memang begitu, aku minta maaf padamu."
Sifa menundukkan kepala dan mengepalkan tinjunya dengan erat, karena dia berdiri di tiupan angin dalam waktu yang lama, tiba-tiba dia merasa pusing dan terhuyung-huyung memegang mobil Gustian.
Dia menggelengkan kepalanya sejenak, seketika langit dan bumi terus berputar di depannya, dan tidak bisa membedakan utara dan selatan dengan jelas.
Gustian mengerutkan kening sambil melihat Sifa, lalu berkata dengan gagap: "Hei? … ada apa denganmu, aku hanya mengatakan beberapa patah kata saja, kamu tidak perlu seperti ini …."
Gustian memandang Sifa dengan panik, dan Sifa hanya merasakan kejang di bagian lambungnya, mengulurkan tangan untuk menutupi mulutnya dengan erat, kemudian darah mengalir melalui jari tangannya dan menetes ke jaket putihnya.
Gustian langsung dibuat ketakutan oleh Sifa, Sifa tampak lemah, wajahnya pucat, dan dia sepertinya sedang sakit.
Gustian keluar dari mobil dengan panik, lalu mengulurkan tangan untuk memapah Sifa, dan berkata: "Hei? Ada apa denganmu, aku bawa kamu ke rumah sakit saja, kamu sakit?"
Sifa mengulurkan tangan dan berniat untuk menolak Gustian, menggelengkan kepala: "Tidak apa-apa, tidak perlu merepotkanmu …."
Gustian langsung kesal dengan tindakan Sifa, dia tidak peduli dengan mata orang-orang di sekitarnya, langsung menggendong Sifa dan berjalan ke dalam mobil: "Sudah seperti ini, kamu masih berdebat denganku, apa kamu tidak ingin hidup lagi ya?"
Tiba-tiba Sifa jatuh ke dalam pelukan lembut, dan perlahan kesadarannya semakin melemah, dan suara Gustian yang memanggil namanya menjadi semakin kecil, semakin kecil ….
Gustian dengan cemas menelepon nomor Hendi, dan berteriak pada Hendi: "Sial, mengapa kamu baru menjawab telepon sekarang, kekasih kecilmu hampir meninggal, di mana kamu?"
Setelah mendapatkan alamat Hendi, dia langsung menginjak pedal gas dan mengendarai mobil dengan kencang di jalan.
Menyalip satu demi satu mobil dan kecepatan yang berlebihan di jalan, akhirnya menarik perhatian polisi, polisi terus mengejar dan berteriak pada Gustian: "Mobil di depan berhenti, kamu telah melanggar peraturan lalu lintas, menepi ke pinggir …."
Gustian tidak peduli sama sekali, melihat Sifa yang tampaknya tertidur di kursi penumpang bagian depan, Gustian pun menjadi lebih panik lagi.
Tidak peduli dengan polisi di belakang yang terus mengejarnya, dia mengendarai mobil dengan kencang ke arahnya Hendi.
Namun mobil polisi terus tidak memberi pengampunan, lalu terus mengejar dan meneriaki Gustian.
Wajah Gustian sangat suram dan sedikit cemas, dia memperlambat kecepatan mobilnya, lalu menjulurkan kepala untuk meneriaki mobil polisi itu: "Aku Gustian, jika kalian memiliki sesuatu, kalian bisa langsung pergi ke perusahaanku untuk menemuiku, jika kalian menunda waktuku untuk menyelamatkan orang, aku akan membuat kalian menanggung semua akibatnya!"
Ketika melihat Gustian, para polisi langsung saling memandang, itu benar Gustian, wajah sombong dan mendominasi yang tak akan terlupakan.
Polisi menepikan mobil di pinggir jalan dan langsung menyerah untuk mengejar, Gustian berteriak pada Sifa dengan ekspresi marah: "Wanita sialan, cepat bangun, jika ingin mati juga jangan mati di dalam mobilku!"
Tapi Sifa tidak bergerak sama sekali, tak lama kemudian Gustian sampai di rumahnya, Hendi berdiri di lantai bawah dan menunggu dengan wajah cemas, lalu melihat mobil Gustian yang datang dengan kencang.
Dia segera melangkah dan berlari menuju mobil.
Gustian dengan cepat keluar dari mobil dan menggendong Sifa, lalu berkata dengan panik: "Naik dulu."
Setelah melewati lebih dari sepuluh menit pemeriksaan dan pengobatan Hendi, Sifa akhirnya sadarkan diri.
Membuka matanya dengan perlahan, lalu melihat wajah Gustian yang marah.
Hendi melihat Sifa telah sadarkan diri, dia langsung mencondongkan tubuh dengan sedikit khawatir: "Apakah masih ada bagian yang tidak nyaman, Sifa?"
Novel Terkait
Doctor Stranger
Kevin WongMata Superman
BrickCinta Tak Biasa
SusantiVillain's Giving Up
Axe AshciellyMr. Ceo's Woman
Rebecca WangMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka