Marriage Journey - Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!

Sifa sangat ketakutan, meringkuk di tempat tidur dengan kepala tertunduk, dan tidak berani berbicara.

Dia takut Decky akan mengunci dirinya seperti sebelumnya, dan menghabiskan berhari-hari di ruangan yang sempit, itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilewati.

Decky langsung menyadari emosinya sendiri, lalu menundukkan kepala dengan hati sesak dan berjalan ke arah Sifa.

Melihat Sifa meringkuk di tempat tidur dengan wajah panik, seketika hati Decky langsung merasa menyesal.

Setelah dirinya melihat sesuatu barang atau hal yang berkaitan dengan Yuli, dia langsung tidak bisa menahan diri untuk melampiaskan amarahnya pada Sifa, meskipun dirinya sangat ingin memulai hidup baru dengan wanita ini.

Decky menatap Sifa dari atas, dan membuat Sifa kehilangan akal.

Sifa menundukkan kepala dan tidak berani menatap Decky, ini seperti kembali ke masa yang dahulu itu, dimana dia yang baru saja menikah dengan Decky.

Perasaan takut dan khawatir seperti itu, Sifa tampak sedikit suram dengan kepala tertunduk, tetapi ruangan itu masih sangat sunyi sekali.

Decky pergi ke arah Sifa dan duduk, mengulurkan tangan untuk meraih lengan Sifa.

Tapi Sifa langsung menghindar dan menatap Decky dengan ngeri, karena takut dia akan melukai dirinya, lalu tanpa sadar langsung pergi ke sisi lain untuk menghindar.

Gerakan Sifa langsung tergambar di dalam hati Decky, Decky sedikit menarik bibirnya, lalu menatap wajah Sifa yang sangat panik itu, dan pada akhirnya menjatuhkan tangannya, dirinya masih tetap menyakitinya.

Decky bangkit berdiri dengan wajah yang sangat muram, memunggungi Sifa dan berkata dengan dingin: "Istirahatlah."

Setelah selesai berbicara, dia berjalan menuju ruang tamu, dia tampak sedikit tertekan dan langkah kakinya berat.

Sifa perlahan-lahan melihat pintu kamar ditutup, dan emosi yang tersembunyi dalam sekejap langsung diluapkan, dia menutup mulutnya dengan selimut dan sebagian besar permukaan selimut basah dengan air mata, lalu bahunya mulai bergetar hebat karena menangis.

Ledakan emosi Sifa dalam sekejap membuat Sifa sedikit kebingungan, apa yang terjadi saat ini?

Menggigit bibirnya dengan keras agar dirinya tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

Di luar pintu, Decky duduk di atas sofa, mengamati ruangan yang telah dibuka itu, lalu bangkit berdiri dengan perlahan dan masuk ke dalam, ruangan itu digantung penuh dengan fotonya Yuli dan barang-barangnya yang telah dia kumpulkan.

Awalnya kamar ini ingin didesain sesuai dengan pola dan gaya yang disukainya, awalnya dia berniat memberikannya ketika melamarnya ….

Tapi dia tidak menduga, ternyata kemudian terjadi hal seperti ini ….

Decky melihat ke sekeliling, matanya sangat suram, mengingat bagaimana dirinya telah kehilangan kendali atas emosinya dan marah kepada Sifa, seketika Decky langsung merasa sangat bersalah ….

Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang, dia bahkan tidak ingin menghadapinya, mengingat semua hal yang telah dia lakukan pada Sifa sebelumnya, ini semua membuat hati Decky semakin lebih sesak lagi.

Sifa terbaring di tempat tidur sepanjang malam dan tidak tahu mengapa hatinya terasa sesak, tetapi seperti ditekan oleh sesuatu sampai tidak bisa berbicara dan bernafas.

Mereka berdua tidak bisa tidur sepanjang malam dan fajar datang dengan tenang, Sifa bangkit berdiri dengan mata yang merah, lalu mengambil perlengkapan mandi dari kopernya, dia berencana untuk pergi keluar setelah mengganti pakaian dan melakukan persiapan sederhana.

Bagaimanapun juga tempat ini bukan menjadi bagian dirinya sejak awal, dirinya ada di sini hanya merupakan sebuah ejekan saja.

Sifa berjalan keluar dengan sangat pelan, dan Decky sepertinya tertidur di sofa, Sifa membuka pintu lalu berbalik dengan penuh harap.

Ruangan itu sangat sunyi, Decky berbaring di sofa tampak tidak bergerak sama sekali dan tidak mengetahui kepergian Sifa.

Sifa akhirnya meletakkan tangannya, menggelengkan kepala dan tersenyum tak berdaya, lalu berjalan keluar.

Pada saat pintu ditutup, Decky membuka matanya yang merah, dia tidak tidur sepanjang malam, dan mengetahui kepergian Sifa dengan sangat jelas.

Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang, apa yang bisa dia jelaskan?

Sifa berdiri di pintu gerbang sambil membawa koper dan tidak tahu harus pergi ke mana, jadi dia hanya bisa berdiri diam sambil menunggu taksi.

Tapi pada dasarnya di sini adalah daerah orang kaya, hampir tidak ada taksi yang lewat, semuanya adalah mobil pribadi yang kelihatannya sangat mahal.

Sebuah peluit keras berbunyi, Sifa mengerutkan kening dan memandangi Porsche Cayenne di depannya.

Gustian duduk di dalam mobil lalu memandang Sifa dengan senyum menyeringainya, dan sosok yang sulit diatur: "Bertengkar atau kenapa, mau kemana kamu dengan membawa koper?"

Sifa tidak terlalu menyukai Gustian, dia selalu berbicara dengan menusuk perasaan orang, dan dia juga tidak suka tatapannya saat menatap dirinya, dirinya selalu merasa dia bisa melihat apa yang sedang dirasakannya.

Sifa berbalik dan berkata sambil tersenyum: "Tidak apa-apa, masalahku belum sampai ke tahap dimana kamu harus ikut campur."

Mendengar kata-kata Sifa, Gustian mengangkat alisnya dan tersenyum: "Benarkah? Tidak mudah untuk naik taksi di sini, aku bisa mengantarmu ke mana pun kamu ingin pergi, lagipula aku tidak terlalu suka kamu bersama dengan Decky, kamu tidak cocok untuknya."

Kata-ata Gustian sangat melukai hati Sifa, Sifa tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan menatap mata Gustian dengan cahaya yang tajam.

"Aku beritahu padamu, jangan banyak mengurusi masalahku, lagipula ada banyak orang di dunia ini yang tidak taku padamu!" sikap Sifa tangguh, dan tampaknya sedikit marah.

Gustian sedikit terkejut, meskipun dia pernah melihat kemampuan Sifa dalam membalas perkataan orang, tapi ini adalah pertama kalinya dia melihat wanita ini bertindak kasar, apa yang telah dia katakan? Dia hanya mengatakan jika mereka tidak cocok saja.

Gustian mengangkat bahu dan tampak acuh tak acuh: "Apa aku telah mengatakan sesuatu yang salah, jika memang begitu, aku minta maaf padamu."

Sifa menundukkan kepala dan mengepalkan tinjunya dengan erat, karena dia berdiri di tiupan angin dalam waktu yang lama, tiba-tiba dia merasa pusing dan terhuyung-huyung memegang mobil Gustian.

Dia menggelengkan kepalanya sejenak, seketika langit dan bumi terus berputar di depannya, dan tidak bisa membedakan utara dan selatan dengan jelas.

Gustian mengerutkan kening sambil melihat Sifa, lalu berkata dengan gagap: "Hei? … ada apa denganmu, aku hanya mengatakan beberapa patah kata saja, kamu tidak perlu seperti ini …."

Gustian memandang Sifa dengan panik, dan Sifa hanya merasakan kejang di bagian lambungnya, mengulurkan tangan untuk menutupi mulutnya dengan erat, kemudian darah mengalir melalui jari tangannya dan menetes ke jaket putihnya.

Gustian langsung dibuat ketakutan oleh Sifa, Sifa tampak lemah, wajahnya pucat, dan dia sepertinya sedang sakit.

Gustian keluar dari mobil dengan panik, lalu mengulurkan tangan untuk memapah Sifa, dan berkata: "Hei? Ada apa denganmu, aku bawa kamu ke rumah sakit saja, kamu sakit?"

Sifa mengulurkan tangan dan berniat untuk menolak Gustian, menggelengkan kepala: "Tidak apa-apa, tidak perlu merepotkanmu …."

Gustian langsung kesal dengan tindakan Sifa, dia tidak peduli dengan mata orang-orang di sekitarnya, langsung menggendong Sifa dan berjalan ke dalam mobil: "Sudah seperti ini, kamu masih berdebat denganku, apa kamu tidak ingin hidup lagi ya?"

Tiba-tiba Sifa jatuh ke dalam pelukan lembut, dan perlahan kesadarannya semakin melemah, dan suara Gustian yang memanggil namanya menjadi semakin kecil, semakin kecil ….

Gustian dengan cemas menelepon nomor Hendi, dan berteriak pada Hendi: "Sial, mengapa kamu baru menjawab telepon sekarang, kekasih kecilmu hampir meninggal, di mana kamu?"

Setelah mendapatkan alamat Hendi, dia langsung menginjak pedal gas dan mengendarai mobil dengan kencang di jalan.

Menyalip satu demi satu mobil dan kecepatan yang berlebihan di jalan, akhirnya menarik perhatian polisi, polisi terus mengejar dan berteriak pada Gustian: "Mobil di depan berhenti, kamu telah melanggar peraturan lalu lintas, menepi ke pinggir …."

Gustian tidak peduli sama sekali, melihat Sifa yang tampaknya tertidur di kursi penumpang bagian depan, Gustian pun menjadi lebih panik lagi.

Tidak peduli dengan polisi di belakang yang terus mengejarnya, dia mengendarai mobil dengan kencang ke arahnya Hendi.

Namun mobil polisi terus tidak memberi pengampunan, lalu terus mengejar dan meneriaki Gustian.

Wajah Gustian sangat suram dan sedikit cemas, dia memperlambat kecepatan mobilnya, lalu menjulurkan kepala untuk meneriaki mobil polisi itu: "Aku Gustian, jika kalian memiliki sesuatu, kalian bisa langsung pergi ke perusahaanku untuk menemuiku, jika kalian menunda waktuku untuk menyelamatkan orang, aku akan membuat kalian menanggung semua akibatnya!"

Ketika melihat Gustian, para polisi langsung saling memandang, itu benar Gustian, wajah sombong dan mendominasi yang tak akan terlupakan.

Polisi menepikan mobil di pinggir jalan dan langsung menyerah untuk mengejar, Gustian berteriak pada Sifa dengan ekspresi marah: "Wanita sialan, cepat bangun, jika ingin mati juga jangan mati di dalam mobilku!"

Tapi Sifa tidak bergerak sama sekali, tak lama kemudian Gustian sampai di rumahnya, Hendi berdiri di lantai bawah dan menunggu dengan wajah cemas, lalu melihat mobil Gustian yang datang dengan kencang.

Dia segera melangkah dan berlari menuju mobil.

Gustian dengan cepat keluar dari mobil dan menggendong Sifa, lalu berkata dengan panik: "Naik dulu."

Setelah melewati lebih dari sepuluh menit pemeriksaan dan pengobatan Hendi, Sifa akhirnya sadarkan diri.

Membuka matanya dengan perlahan, lalu melihat wajah Gustian yang marah.

Hendi melihat Sifa telah sadarkan diri, dia langsung mencondongkan tubuh dengan sedikit khawatir: "Apakah masih ada bagian yang tidak nyaman, Sifa?"

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu