Marriage Journey - Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
Sifa tidak tahu situasi seperti apa yang akan dia hadapi ketika dia kembali pulang kali ini. Dia sudah tanpa sadar memasang garis pertahanan ganda di dalam hatinya.
Menurutnya, akan lebih baik untuk waspada dengan orang-orang di keluarga Leng ini. Walaupun anak yang ada di dekapannya ini memang adalah darah daging keluarga Leng, tapi dirinya tidak mau sesantai itu dengan menyerahkan anaknya ke tangan orang asing....
"Baikah,tolong ya kedepannya pasti akan merepotkanmu.”
Setelah mengatakan ini, Sifa mengikuti apa yang telah diaturkan oleh Kepala Petugas Zhang. Dia masuk dan duduk ke mobil lalu pergi menuju rumah besar keluarga Leng.
Di dalam mobil, Kepala Petugas Zhang tidak berkata apa-apa sampai akhirnya hampir tiba di rumah besar Keluarga Leng.
Dia berkata pada Sifa, "Nona Shen, hari ini tuan muda tidak ada di rumah. Sementara ini, kamu tinggal dulu saja di rumah ini. Tuan besar sudah lama tidak melihatmu, dia sangat merindukanmu. Adalagi, anak ini juga, orang-orang di rumah juga belum pernah melihat wajahnya sama sekali...”
Ketika mendengarkan apa yang dikatakan Kepala Petugas Zhang kepada dirinya, Hati Sifa yang begitu tidak tenang dan waspada jadi sedikit lebih tenang.
Mungkin karena Decky tidak ada di rumah. Jadi, hatinya yang gugup itu bisa jadi lebih sedikit tenang.
“Em, baiklah, aku tahu, Kepala Petugas Zhang."
Setelah menjawab ini, Sifa mulai berpikir di dalam hatinya. Nanti ketika bertemu dengan kakek Decky, harus bagaimana menghadapinya. Karena bagaimanapun juga dirinya kali ini pulang, tidak ingin untuk tinggal lebih lama di rumah keluarga Leng.
Bayi yang ada di dekapannya ini memang darah daging keluarga Leng. Tapi dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk terkurung bersama dengan keluarga ini hanya karena anak ini.
Jika seperti ini, yang ada bukankah malah akan membuat dirinya jadi lebih rendah di mata Decky ...
Mobil dengan cepat melaju sampai ke vila besar keluarga Leng.
Berdiri di depan vila, Sifa melihat ke tempat yang dulu dia tinggali ini. Memikirkan semua orang yang ada di rumah, dia bahkan tidak merasakan kedekatan intim apapun di sini. Bahkan dia merasakan perasaan asing dan penolakan yang tak tertandingi dalam hatinya....
Karena semua ini baginya, dia merasa sangat tidak berdaya dan tak bisa apa-apa.
Pada saat ini, seiring dengan mengikuti Kepala Petugas Zhang , Sifa pun dengan cepat masuk ke dalam vila. Sekilas langsung bisa melihat ada kakek Decky yang sedang duduk di sofa menunggu dirinya.
Melihat Kepala Petugas Zhang berjalan menghampiri kakek Decky.
“Tuan besar, aku membawa Nona Shen dan anak itu kembali pulang.” Begitu suara itu keluar, kakek Decky mengangkat kepalanya dan memandang Sifa yang berdiri tak jauh dari sana dan anak dalam pelukannya.
Pada saat ini, semua pengasuh dan pelayan di belakangnya juga pergi satu demi satu, menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka masing-masing..
Sifa memandang kakek Decky, meski matanya penuh keakraban dengan orang ini.
Karena bagaimanapun, kakek Decky selalu memihak dan melindugi dirinya dalam beberapa tahun ini sehingga membuat Sifa tidak menerima begitu banyak penghinaan atau terlihat menyedihkan di depan anggota keluarga Leng lainnya.
Begitu memikirkan ini, Sifa tersenyum kepada orang tua di depannya ini.
“Kakek.... sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kesehatan tubuhmu, semuanya baik-baik saja kan”
Seiring dengan pertanyaan Sifa ini, dia hanya melihat Kakek berdiri dari sofa, lalu berjalan menghampirinya.
Kali ini, hati Sifa berdegup dengan kencang. Walaupun dirinya dalam hati tahu kalau orang di depannya ini tidak akan menjadi ancaman apapun untuk dirinya.
Tapi hatinya masih saja merasakan rasa panik yang tak bisa dijelaskan.
“Sifa, baguslah kalau sudah kembali. Pasti kamu capek sepanjang jalan ini. Ayo sini, jangan berdiri saja. Ayo ikut aku duduk di sofa sana!”
Setelah selesai bicara, Sifa mengikuti kakek Decky duduk di sofa. Yang membuatnya tidak menyangak adalah, kakek pertama kali tidak langsung minta menggendong anak itu. Dia malah menyuruhnya duduk di sampingnya dan menatapnya dengan penuh kasih sayang.
“Sifa, terima kasih sudah melahirkan anak untuk keluarga Leng ini. Aku tidak menyangka di umurku yang sudah segini, aku bisa melihat cicitku sendiri. Apakah boleh aku melihat anak di gendonganmu itu?”
Sifa mendengarkan Kakek Leng yang bicara kepadanya dengan begitu tulus tanpa memperlihatkan statusnya. Dian Sifa juga tidak punya alasan apapun untuk menolak permintaan ini.
Perlahan Sifa menyerahkan anak dalam gendokannya itu ke tangan Kakek Leng. Pada saat ini, anak itu sedang menatap kakek Leng dengan mata berbinar dan sangat patuhnya.
Mungkin hidup ini terlalu indah sekali, Begitu anak itu melihat Kakek Leng, dalam sekejap dia menunjukkan wajah tersenyum yang jarang terlihat. Sifa bisa melihat wajah yang tersenyum ini sangat rileks dan bahagia. Tanpa tercampur dengan emosi rumit apapun.
"Sifa ... Lihatlah, anak ini kelihatannya tampak dan sangat baik sekali. Sekali lihat memang seperti anak dari keluarga Leng. Kedepannya kalau sudah besar nanti, pasti akan jadi anak yang sangat tampan dan baik juga.”
Mendengarkan perkataan Kakek ini, Sifa yang ada di sampingnya tersenyum. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
Bagaimanapun, ucapan yang menyakiti membuatnya merasa dirinya tidak akan bisa mengatakan itu kepada kakek.
Hendi yang ada di Amerika masih belum tahu kalau Sifa sudah kembali ke negaranya. Di tangannya, dia membawa bahan makanan yang telah dibelinya dari supermarket. Dia berjalan menuju tempat tinggal Sifa.
Ketika dia sudah sampai di depan pintu, dia menyadari kalau pintu rumah Sifa terkunci rapat. Dia berpikir dalam hati, kenapa di siang bolong seperti ini pintunya di kunci rapat.
Dia mengeluarkan kunci cadangan di sakunya dan membuka pintu, lalu berjalan masuk dengan sedikit cemas ke dalam rumah...
Ketika dia berjalan ke ruang tamu, dia menyadari kalau ada beberapa barang di ruang tamu yang tidak ada. Pada saat ini hatinya langsung semakin cemas dan panik.
Sehingga, dia di rumah itu langsung memanggil nama Sifa, dan terus berteriak memanggilnya berkali-kali tapi sayangnya masih saja tidak ada yang menjawab. Ini sungguh membuat hati Hendi jadi semakin panik.
Dia buru-buru berjalan naik ke lantai atas menuju kamar tidur, lalu membuka pintu, dan menemukan ruangan itu sudah kosong, semua barang bayi telah dibersihkan dan dibereskan!
Walaupun masih ada beberapa barang Sifa yang tersisa di rumah itu, tapi itu bukanlah barang dan dokumen yang sangat penting.
Pada saat itu juga, dia melihat sebuah kertas di atas meja, dia berpikir Sifa pasti meninggalkan pesan untuknya. Dia membuka kertas catatan itu . Isi di dalam kertas itu perlahan bersinar di depan Hendi....
“Hendi, ketika kamu sudah melihat kertas catatan ini, berarti aku sudah pergi dari sini..”
“Terima kasih telah merawat dan menjagaku selama ini. Kamu juga tahu kalau kondisiku sudah sangat terkontrol dan aku juga sudah bisa merawat anak ini sendiri. Aku tidak ingin menunda masa depanmu. Sherly adalah gadis yang sangat baik. Kamu harus mempertimbangkannya baik-baik. Setelah aku pergi, jangan panik mencariku. Aku harap kamu dapat memiliki kehidupan yang baik. Jangan mengkhawatirkanku. Aku pasti akan bisa menjaga diriku dan anakku dengan sangat baik. Dari, Sifa.”
Hendi melihat isi kertas catatan itu berulang kali. Dia ingin mencari petunjuk tentang Sifa, tapi dia tidak bisa menemukan informasi dan petunjuk apapun yang bisa dia gunakan pada kertas catatan ini.
Dia tiba-tiba merasa sangat kecewa dan tak bertenaga di rumah ini. Dia melihat rumah besar ini yang tiba-tiba jadi kosong. Di pikirannya sejenak muncul bayangan Sifa saat dia tinggal di rumah ini...
Sifa yang sedang melukis, sedang memasak, bahkan ketika Sifa berdiri melamun di depan jendela menatap pemandangan di luar.
Mengingat Sifa yang tersenyum manis di halaman rumput di luar sana...
Hendi memikirkan dan mengingat semua ini. Hatinya merasakan kesepian yang sulit untuk diutarakan, yang memenuhi seluruh hati dan tubuhnya ini. Dia sepenuhnya tidak bisa terima Sifa yang meninggalkannya seperti ini.
Walaupun dia mengerti niat baik Sifa. Dia sebenarnya tidak ingin dirinya mengganggu masa depan Hendi. Tapi Hendi tidak pernah menunjukkan dan mengungkapkan apa yang dipikirkannya pada Sifa. Dia mengeluh dan kesal dengan gadis ini. Bagaimana bisa gadis itu sekejam ini padanya.
Tapi begitu memikirkan ini, dia juga tidak tega dengan Sifa. Dia berpikir dalam hati, Sifa sendirian sambil membawa anak. Bisa pergi kemana dia.Padahal jelas-jelas pagi ini dia bilang kepadanya mau mencari seorang pengasuh anak. Kenapa tiba-tiba decepat ini dia melakukannya, dan memutuskan membawa anaknya pergi.
Semakin Hendi berpikir, dia semakin merasa gelisah sekali dalam hati. Dia pun dengan segera pergi dari rumah ini dan mulai mencari bayangan Sifa di mana-mana.
Novel Terkait
Cantik Terlihat Jelek
SherinBehind The Lie
Fiona LeeCinta Yang Terlarang
MinnieLelaki Greget
Rudy GoldHidden Son-in-Law
Andy LeeLove at First Sight
Laura Vanessa1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka