Marriage Journey - Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
Di telepon ada keheningan beberapa saat.
“Decky, mama juga tidak berdaya dengan masalah ini. Kamu tahu, aku juga tidak suka Sifa. Tapi ini adalah maksud dari kakek dan ayahmu. Sudahlah, jika punya waktu luang ingat pulang ke rumah. Aku tutup dulu teleponnya ya.”
Decky bisa mendengar ketidakberdayaan ibunya dari ucapan ibunya ini. Dia juga tahu, mengenai Sifa, ibunya tidak pernah menyukainya sama sekali.
Karena bagaimanapun Sifa yang kelihatannya seperti wanita biasa saja ini, bahkan di mata dia dan keluarganya ini, Sifa tampak licik. Tapi, kabar yang diberikan oleh ibunya tadi ini memang bukanlah hal yang baik baginya.
Mengenai kakek dan ayahnya yang terus mengawasi segala hal yang dilakukannya, Decky juga merasa cukup tak berdaya. Dirinya lahir di sebuah keluarga besar seperti ini. Jadi juga tidak akan mudah kabur dan lepas dari nasib dikendalikan oleh orang tuanya atau tetua keluarga yang lain.
Decky berpikir terus dalam hatinya, tidak peduli bagaimanapun, dia harus menghentikan semua ini. Karena bagaimanapun Yuli akan segera keluar dari rumah sakit. Jika semua ini diketahui olehnya, entah resiko apa yang akan terjadi kedepannya....
Decky merasa di dalam hatinya dia tidak takut sama sekali dengan Yuli. Tapi tidak tahu kenapa, dia selalu saja merasa bersalah kepada Yuli.
Dia seorang diri melamun cukup lama di koridor. Dengan pemikiran dan tekanan yang berat ini, dia pun kembali lagi ke bangsal Yuli.
Atau mungkin karena Decky yang pergi terlalu lama. Jadi dia menemukan Yuli yang sudah tidur begitu dia kembali ke bangsal. Dia pun akhirnya menutup lagi pintu bangsal Yuli dengan pelan-pelan, lalu pergi meninggalkan rumah sakit.
Mobilnya melaju pergi dengan cepat ke arah rumahnya sendiri. Di sepanjang jalan ini, dia tidak bisa mengendalikan semua pemikirannya.
Dia tidak menyangka kalau Sifa, wanita ini dan dirinya dari awal sampai akhir punya hubungan yang tidak bisa dilepas ataupun diselesaikan...
Dia sedikit kesal dan resah, jadi dia pun ingin menelepon Laras.
“Decky, tengah malam seperti ini, kenapa kamu tiba-tiba meneleponku? Ada urusan yang mendesakkah?”
Laras menjawab panggilan Decky dengan nada bicara yang terdengar masih mengantuk.
“Laras, wanita itu akan kembali....”
Seiring dengan ucapan Decky ini, Laras yang ada di sisi lain telepon dalam sekejap langsung tersadar sepenuhnya dari kantuknya.
Dia tahu lebih baik dari siapapun kalau wanita yang dimaksud oleh Decky ini adalah Sifa.
Laras tidak tahu sebenarnya apa yang telah terjadi. Akhir-akhir ini, dia tidak pernah mendengar Decky membahas apapun mengenai Sifa. Kenapa di waktu ini, tiba-tiba dia meneleponnya dan mengatakan hal ini.
Apalagi Laras juga tahu kalu akhir-akhir ini kesehatan Yuli cukup pulih dengan baik. Decky juga punya keinginan untuk menjemput Yuli pulang ke rumahnya, lalu dia juga bilang akan menikahi Yuli dan membawanya masuk ke keluarganya.
Tapi pada saat ini, seiring dengan ucapan Decky ini. Semua hal dari semuanya ini di luar dugaan Laras. Hanya karena, kabar yang mengatakan kalau Sifa akan kembali.
“Decky, ada apa denganmu? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Sifa bukannya sudah lama tidak ada kabar ya. Kenapa tiba-tiba dia akan kembali, kalau waktu itu tiba, lalu bagaimana dengan Yuli?”
Laras seolah menanyakan semua yang pemikiran dan pertanyaan yang ada di lubuk hati Decky.
“Kamu jangan bertanya lagi, Bahkan aku juga tidak tahu apa yang sebaiknya harus dilakukan. Atau mungkin karena anak dari wanita itu. Sudahlah, tidak usah bicara mengenai ini lagi. Aku juga sedikit resah dan kesal, karena itulah aku meneleponmu. Aku pulang dulu dan memahami jelas situasinya. Besok aku hubungi lagi.”
Seiring dengan selesainya ucapan Decky ini, telepon pun ditutup....
Laras pun tidak bisa tidur lagi. Kabar ini adalah kabar baik baginya. Tapi, di sisi lain, Laras juga merasa khawatir dan bingung untuk Decky.
Laras tidak tahu apakah dengan kembalinya Sifa, ini adalah hal yang baik atau buruk bagi Decky, Yuli dan juga Sifa wanita yang sangat dirindukannya ini. Tapi semua ini bagaimanapun adalah hal pasti akan terjadi.
Laras awalnya mengira dengan bangun dan siumannya Yuli. Maka semua hal mengenai Sifa atau mungkin mengenai segalanya akan terkubur dalam-dalam di hati semua orang. Dan tidak akan lagi muncul atau dibahas lagi.
Apalagi beberapa hari ini, Decky juga mana mungkin tidak melakukan semua ini. Di malam yang begitu dalam dan gelap ini, Laras tidak pernah sesadar ini. Bahkan dia sangat menantikan pagi ini. Menantikan saat Sifa kembali.
Walaupun Laras diam-diam juga mencari informasi mengenai kabar Sifa di Amerika. Namun dia juga tidak menyangka kalau orang yang selalu dinantikan dan diharapkannya ini akan kembali.
Pada saat ini, Hendi dan Sifa yang berada jauh di Amerika, masih saja tidak tahu semuanya ini....
Dia dan Hendi sama sekali tidak tahu kalau di Amerika ada orang yang mengawasi dan memantau semua yang dilakukan mereka. Mengenai anak itu, mengenai hubungannya dan Hendi, bahkan hal-hal yang sangat kecil, semuanya dicatat dan direkam baik-baik oleh seseorang yang kemudian semua itu akan diteruskan dan dilaporkan ke keluarga Leng yang ada di dalam negeri.
Sifa melihat anak kecil yang baik dan patuhnya sedang bermain di dalam kereta bayi. Dia tersenyum lalu melanjutkan melukis lukisan di depannya yang ada di bingkai lukisan.
Matahari sudah menandakan siang hari, Hendi menenteng kantong berisi sayuran dan kembali pulang ke kediaman Sifa.
Dari kejauhan dia melihat Sifa yang sedang melukis dan melihat juga anak kecil yang begitu patuh dan baiknya di samping Sifa. Hendi tersenyum lalu berjalan ke dalam rumah.
“Sifa, lihat apa yang aku bawakan. Siang hari ini ayo kita makan dumpling. Sepertinya sudah lama sekali kita tidak makan dumpling....”
Hendi bicara sambil berjalan masuk ke dalam dapur. Sifa berdiri perlahan lalu menggendong anak yang ada di dalam kereta bayi. Dia pun juga ikut masuk ke dalam dapur.
Dia melihat dumpling yang ada di tangan Hendi. Dia baru ingat kalau dirinya memang sudah lama tidak pernah makan ini sejak dia datang ke Amerika.
“Hendi, walaupun dumpling ini froozen food. Tapi, kelihatannya lumayan enak juga ya.”
Setelah selesai mengatakan ini, Sifa mencium pipi anak yang ada di pelukannya.
“Sifa, jangan hanya melihat kalau dumpling ini frozen food saja. Di sini banyak sekali mahasiswa dari negara kita yang sangat suka makan ini. Bos toko saja bilang kalau dumpling frozen ini adalah yang paling cepat habis dibelinya.”
Hendi mengatakan semua ini dengan senang dan seriusnya.
“Iya iya, pokoknya aku sudah lapar. Sini, kamu gendong dia, aku akan rebus dumplingnya.”
Setelah selesai bicara, Sifa menyerahkan anak yang ada di tangannya ke Hendi. Dia pun mulai menyiapkan dan memasak segala bahan makanan yang baru dibeli dan dibawa Hendi pulang ini.
“Oh iya, kamu akhir-akhir ini selalu saja datang terus ke rumahku. Apa kamu sudah menghubungi Sherly? Sherly sering sekali menemuiku. Walaupun sering juga kamu tidak ada. Gadis muda itu benar-benar menyukaimu loh.”
Sifa bicara ke Hendi yang ada di ruang tamu sambil membereskan semua barang.
Padahal Hendi jelas-jelas mendengar apa yang dikatakan oleh Sifa. Tapi dia malah masih saja berpura-pura tidak mendengarnya. Dia masih saja bermain menggoda anak yang ada di gendongannya.
Sifa melihat Hendi yang tidak juga menjawab ucapannya. Dia bisa menebak kalau Hendi sengaja memberikan reaksi ini kepadanya.
Setelah dia memasukkan dumpling ke dalam panci, dia berhalan ke ruang tamu....
“Hei, kamu ini sengaja pura-pura tidak dengar apa yang aku ucapkan ya. Hendi....”
Begitu medengar pertanyaan Sifa kepadanya, Hendi tersenyum dengan malu dan tidak enak.
Sifa juga tidak tahan melihat Hendi yang masih saja pura-pura tak berdosa itu, dia terus saja menyalahkannya lagi.
"Kalau begitu aku akan memberitahumu lagi. Sherly, gadis itu sering menemuiku akhir-akhir ini. Menurutku, dia memang benar-benar sangat menyukaimu. Kamu jangan menggantungkan gadis ini terlalu lama.”
Dia mendengarkan Sifa berbicara tentang Sherly di telinganya. Walaupun dia juga tahu kalau Sherly ini juga adalah gadis yang luar biasa. Tapi, dia sama sekali tidak punya perasaan dan keinginan untuk menyukai Sherly. Jika jadi sahabat baik, Hendi sangat tidak masalah dan tidak keberatan.
Karena bagaimana pun dia sangat mengerti kalau di dalam lubuk hatinya orang yang sangat diinginkan dan selalu dirindukannya adalah Sifa. Tidak akan lagi ada siapapun yang bisa mengisi hatinya....
Walaupun Hendi tidak pernah mengungkapkan isi hatinya kepada Sifa. Tapi dia sudah merasa sangat puas hanya dengan terus menemani dan berada di sisi Sifa seperti ini dan dengan dia yang bisa melindungi dan menjaga Sifa seperti ini.
Novel Terkait
Back To You
CC LennyInnocent Kid
FellaThat Night
Star AngelHis Soft Side
RisePenyucian Pernikahan
Glen ValoraMenantu Hebat
Alwi GoMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka