Marriage Journey - Bab 141 Tidak Kenal Akrab
Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 141 Tanggal 19/10/2020
Ada edit nama Joshua -> Luis 141 19/10/2020
Saras menoleh, lalu mengangkat sediit gaunnya berjalan ke samping Decky “Kakak Decky, ayo temani aku menari. Ada banyak orang di sana.”
Tatapan mata Saras bersinar cerah. Suaranya yang pelan dibisikkan ke arah Decky.
Decky mengangkat kepalanya dan tidak mempedulikan Saras. Di wajahnya hanya terlihat dingin tanpa ada ekspresi lainnya sama sekali.
Saras masih saja tidak menyerah. Setelah berdeham, dia berkata “Aku tahu, kakak Decky dari dulu tidak pernah suka menari di tempat yang ada banyak orang.”
Saras memberikan dirinya ucapan seperti ini agar dirinya tidak merasa dipermalukan.
Laras menatap Saras sambil tersenyum dingin, wanita ini benar-benar sama saja seperti waktu kecil. Selalu saja suka mimpi di siang bolong. Selalu saja memimpikan suatu hari Decky akan jatuh cinta pada dirinya.
Tapi Decky mana mungkin suka dengan wanita seperti itu. Decky itu suka wanita yang seperti Sifa, wanita yang berbeda dari yang lain dan bersinar sangat memikat.
Sinar mata Laras dalam sekejap memudar memikirkan Sifa. Dia menundukkan kepalanya dan meneguk sampanyenya yang ada di gelasnya.
Saat ini, ada hiruk-pikuk di aula. Decky dan Laras melihat ke arah itu dan di sana ada Ariana yang berjalan masuk dengan mengenakan gaun putih ketat dengan ekor gaun yang cukup panjang.
Karena Ariana adalah artis yang sangat populer, ditambah dengan wajah yang cantik dan tubuh yang sangat indah. Hal ini membuat pandangan mata kagum dan perhatian banyak orang yang hadir di pesta ini langsung tertuju padanya.
Ariana tersenyum dan mengangguk lalu berjalan menghampiri Saras “Saras, ternyata kamu disini. Aku sudah mencarimu dari tadi.”
Ariana mengulurkan tangan dan langsung merangkul lengan Saras, dengan senyum di wajahnya.
Saras langsung emosi. Dia berusaha melepas tangan Ariana. Tapi, Ariana menggenggam lengan Saras dengan sangat erat, dia pun berbisik di telinga Saras “Jangan lupa dengan apa yang aku katakan tadi.”
Saras dalam sekejap langsung berhenti. Dia telah menggunakan ketenaran dan nama terkenal Ariana untuk mempromosikan dirinya sebagai partner dan sahabat baiknya. Jika dia difoto atau dilihat oleh orang lain ketika dia berselisih dan bertengkar dengan Ariana, usahanya selama ini akan sia-sia.
Saras langsung mengubah ekspresi di wajahnya, dia tersenyum pada Ariana dan berkata "Aku juga sudah menunggumu, sekarang baru kamu datang."
Melihat perubahan sikap Saras ini, Laras langsung tersenyum jijik.
Mata Ariana tertuju pada diri Decky dan perlahan berjalan ke samping Decky "Direktur Leng, entahlah apa anda masih mengingatku?”
Mata semua orang terfokus pada Decky dan Ariana.
Dulu, karena masalah kerja sama, Ariana dan Decky diisukan telah bersama dan berpacaran.
Sekarang, dua orang yang diisukan itu sedang bersama. Jadi jelas hal ini benar-benar menyedot perhatian banyak orang.
Decky mengangkat kepalanya dan tatapan matanya yang begitu gelap dalam bertemu dengan mata Ariana yang tampak mau menggodanya “Tidak kenal akrab.”
Begitu selesai bicara, Decky pun berbalik dan membawa Linda ikut dengannya pergi ke aula besar. Awalnya dia datang dan berkeliling sebentar hanya untuk sebuah formalitas saja. Tapi, Ariana kebetulan sekali memberinya kesempatan untuk pergi dari tempat itu.
Ariana tidak menyangka Decky mempermalukannya di depan banyak orang seperti ini, dia pun hanya bisa berdiri di tempatnya dengan wajah memerah malu sampai tidak tahu sebaiknya berbuat apa.
Saras yang berdiri di sampingnya sedikit terkejut ketika tahu kalau Ariana mengenal Decky. Tapi sikap Decky selanjutnya membuat Saras senang sekali. Memang siapa Ariana ini, beraninya menyukai pria yang disukainya?
Saras pun sangat senang dalam sekejap. Matanya melirik Ariana dan tampak senyum mengejek di sudut bibirnya.
Ariana bisa dibilang sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan begitu banyak orang. Dirinya jadi malu sekali sambil melihat Decky yang sudah pergi menjauh. Dan yang lainnya pun mulai berbisik-bisik.
Ariana hanya berdiri di tempatnya dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pertama kalinya dia mengalami situasi seperti ini. Bagaimanapun dirinya ini adalah artis. Decky dengan gampangnya menolaknya seperti ini, Ariana khawatir, besok ini akan jadi berita utama.
Saras berjalan menghampiri Ariana dengan senyum bersahabat, lalu berkata “Kak Ariana, Direktur Leng adalah orang sibuk jadi pasti sering lupa banyak hal. Mungkin dia tidak ingat, sudahlah tidak apa-apa.”
Selesai bicara, dia menepuk pundak Ariana. Tampak senyum licik di wajahnya.
Ariana hanya merasakan api emosi membara di dirinya. Wanita ini benar-benar bisa menertawakan kesengsaraan orang lain. Wajah yang begitu sombongnya itu mau diperlihatkan kepada siapa hah, bukannya dia sendiri juga seekor anjing penjilat yang berusaha menyenangkan dan mencari perhatian dari Decky hah?
Namun karena semua orang sedang melihat Ariana, jadi Ariana hanya bisa tersenyum dengan tenang dan berpura-pura kalau dirinya baik-baik saja “Tidak apa-apa kok. Dulu aku pernah bekerja sama dengan Direktur Leng. Mungkin Direktur Leng sudah lupa kali. Karena bagaimana pun urusannya dalam sehari jelas pasti ada banyak sekali.”
Laras yang berdiri di sisi lainnya hanya tersenyum menghina. Dia geleng-geleng kepala melihat Saras dan Ariana “Dasar benar-benar tokoh layar lebar. Sayang sekali kalau tidak mendapatkan penghargaan.”
Selesai bicara, Laras pun berjalan keluar.
Dalam sekejap, tidak ada pemandangan indah di pesta itu. Ariana pun segera pulang ke hotel diikuti manajernya.
Saras juga sudah tidak tertarik lagi di pesta begitu Decky pergi. Jadi dia pun hanya bisa ikut pergi dari sana.
Decky menghentikkan mobilnya di jalan, tidak tahu kenapa, di hatinya selalu saja memikirkan wanita itu.
Decky pun mengambil ponselnya dan menelepon Sifa. Sifa tercengang begitu mengambil ponsel dan melihat ada nama Decky di layar ponselnya.
Dia pun duduk di sisi lain, memandangi ponsel sambil menempelkan masker wajahnya. Sifa berbalik dan berjalan keluar dari kamar “Aku keluar dulu ya.”
Belum sempat Marsha menjawab, Sifa sudah duluan pergi keluar.
Sifa mengangkat teleponnya dengan jantung yang berdegup dengan kencang “Decky...”
Decky tidak menyembunyikan rasa rindunya pada Sifa, dengan suara yang sangat menggoda dia berkata “Apakah kamu merindukanku?”
Sifa langsung tidak enak sendiri. Tapi, dia masih saja dengan beraninya berkata “Iya, aku merindukanmu.”
Decky menaikkan alisnya, tersenyum puas dan berkata “Kalau begitu, tolong beritahu aku, apakah sekarang kamu ingin bertemu denganku?”
Sifa sedikit tidak mengerti dengan ucapannya “Em?”
Decky mengatakannya lagi “Kamu hanya perlu mengatakannya padaku, apakah kamu sekarang ingin bertemu denganku?”
“Iya ingin.” Jawab Sifa dengan simple namun penuh dengan rasa kerinduannya terhadap Decky.
“Baiklah.” Jawab Decky. Dia langsung menutup teleponnya.
Sifa melihat cuaca di luarnya yang sangat mendung. Seketika itu dia seperti tersesat.
Kabupaten Kansas sepanjang hari ini terus hujan. Berbeda dengan Marsha, Luis memilih toko kelontong yang ada di sebelah keluarga itu. Hanya ada sedikit rumah di sampingnya yang bisa dipakai untuk berteduh dari hujan.
Untungnya, Luis mengenakan jas hujan yang telah dia persiapkan sebelumnya agar tidak basah kuyup.
Pria itu berjalan pulang dengan tubuh yang hampir basah kuyup tepat jam enam sore.
Pria itu sedang memegang sesuatu di tangannya. Luis dengan hati-hati bersembunyi di balik dinding dan memperhatikan pria itu.
Tak ada ekspresi apapun di wajah pria itu. Dia hanya berjalan ke depan dengan berhati-hati. Tapi mungkin karena dia telah merasa seperti ada seseorang yang menatapnya sepanjang waktu, jadi dia berhenti untuk melihat ke sekelilingnya.
Luis terkejut dan ketakutan dalam sekejap. Dia pun dengan sangat cepat berjongkok. Pria itu pun kembali berjalan naik ke lantai atas setelah menemukan tidak ada siapapun.
Penjual di toko kelontong itu adalah seorang nenek nenek. Dia melihat Luis telah berdiri di sini dari tadi. Dia pun menghampiri Luis karena tidak tega “Hei nak, apakah kamu sedang berteduh dari hujan. Kalau iya, duduk di dalam saja sini. Aku sudah melihatmu berdiri dari tadi di sana.”
Nenek tua itu tampak baik hati, dia mengulurkan tangannya untuk mengajak Luis masuk.
Luis tidak tega untuk menolak. Kakinya juga terasa sedikit kesemutan karena terlalu lama berdiri.
Novel Terkait
Thick Wallet
TessaInventing A Millionaire
EdisonCutie Mom
AlexiaLoving Handsome
Glen ValoraLoving The Pain
AmardaMenunggumu Kembali
NovanBack To You
CC LennyMy Superhero
JessiMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka