Marriage Journey - Bab 141 Tidak Kenal Akrab

Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 141 Tanggal 19/10/2020

Ada edit nama Joshua -> Luis 141 19/10/2020

Saras menoleh, lalu mengangkat sediit gaunnya berjalan ke samping Decky “Kakak Decky, ayo temani aku menari. Ada banyak orang di sana.”

Tatapan mata Saras bersinar cerah. Suaranya yang pelan dibisikkan ke arah Decky.

Decky mengangkat kepalanya dan tidak mempedulikan Saras. Di wajahnya hanya terlihat dingin tanpa ada ekspresi lainnya sama sekali.

Saras masih saja tidak menyerah. Setelah berdeham, dia berkata “Aku tahu, kakak Decky dari dulu tidak pernah suka menari di tempat yang ada banyak orang.”

Saras memberikan dirinya ucapan seperti ini agar dirinya tidak merasa dipermalukan.

Laras menatap Saras sambil tersenyum dingin, wanita ini benar-benar sama saja seperti waktu kecil. Selalu saja suka mimpi di siang bolong. Selalu saja memimpikan suatu hari Decky akan jatuh cinta pada dirinya.

Tapi Decky mana mungkin suka dengan wanita seperti itu. Decky itu suka wanita yang seperti Sifa, wanita yang berbeda dari yang lain dan bersinar sangat memikat.

Sinar mata Laras dalam sekejap memudar memikirkan Sifa. Dia menundukkan kepalanya dan meneguk sampanyenya yang ada di gelasnya.

Saat ini, ada hiruk-pikuk di aula. Decky dan Laras melihat ke arah itu dan di sana ada Ariana yang berjalan masuk dengan mengenakan gaun putih ketat dengan ekor gaun yang cukup panjang.

Karena Ariana adalah artis yang sangat populer, ditambah dengan wajah yang cantik dan tubuh yang sangat indah. Hal ini membuat pandangan mata kagum dan perhatian banyak orang yang hadir di pesta ini langsung tertuju padanya.

Ariana tersenyum dan mengangguk lalu berjalan menghampiri Saras “Saras, ternyata kamu disini. Aku sudah mencarimu dari tadi.”

Ariana mengulurkan tangan dan langsung merangkul lengan Saras, dengan senyum di wajahnya.

Saras langsung emosi. Dia berusaha melepas tangan Ariana. Tapi, Ariana menggenggam lengan Saras dengan sangat erat, dia pun berbisik di telinga Saras “Jangan lupa dengan apa yang aku katakan tadi.”

Saras dalam sekejap langsung berhenti. Dia telah menggunakan ketenaran dan nama terkenal Ariana untuk mempromosikan dirinya sebagai partner dan sahabat baiknya. Jika dia difoto atau dilihat oleh orang lain ketika dia berselisih dan bertengkar dengan Ariana, usahanya selama ini akan sia-sia.

Saras langsung mengubah ekspresi di wajahnya, dia tersenyum pada Ariana dan berkata "Aku juga sudah menunggumu, sekarang baru kamu datang."

Melihat perubahan sikap Saras ini, Laras langsung tersenyum jijik.

Mata Ariana tertuju pada diri Decky dan perlahan berjalan ke samping Decky "Direktur Leng, entahlah apa anda masih mengingatku?”

Mata semua orang terfokus pada Decky dan Ariana.

Dulu, karena masalah kerja sama, Ariana dan Decky diisukan telah bersama dan berpacaran.

Sekarang, dua orang yang diisukan itu sedang bersama. Jadi jelas hal ini benar-benar menyedot perhatian banyak orang.

Decky mengangkat kepalanya dan tatapan matanya yang begitu gelap dalam bertemu dengan mata Ariana yang tampak mau menggodanya “Tidak kenal akrab.”

Begitu selesai bicara, Decky pun berbalik dan membawa Linda ikut dengannya pergi ke aula besar. Awalnya dia datang dan berkeliling sebentar hanya untuk sebuah formalitas saja. Tapi, Ariana kebetulan sekali memberinya kesempatan untuk pergi dari tempat itu.

Ariana tidak menyangka Decky mempermalukannya di depan banyak orang seperti ini, dia pun hanya bisa berdiri di tempatnya dengan wajah memerah malu sampai tidak tahu sebaiknya berbuat apa.

Saras yang berdiri di sampingnya sedikit terkejut ketika tahu kalau Ariana mengenal Decky. Tapi sikap Decky selanjutnya membuat Saras senang sekali. Memang siapa Ariana ini, beraninya menyukai pria yang disukainya?

Saras pun sangat senang dalam sekejap. Matanya melirik Ariana dan tampak senyum mengejek di sudut bibirnya.

Ariana bisa dibilang sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan begitu banyak orang. Dirinya jadi malu sekali sambil melihat Decky yang sudah pergi menjauh. Dan yang lainnya pun mulai berbisik-bisik.

Ariana hanya berdiri di tempatnya dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pertama kalinya dia mengalami situasi seperti ini. Bagaimanapun dirinya ini adalah artis. Decky dengan gampangnya menolaknya seperti ini, Ariana khawatir, besok ini akan jadi berita utama.

Saras berjalan menghampiri Ariana dengan senyum bersahabat, lalu berkata “Kak Ariana, Direktur Leng adalah orang sibuk jadi pasti sering lupa banyak hal. Mungkin dia tidak ingat, sudahlah tidak apa-apa.”

Selesai bicara, dia menepuk pundak Ariana. Tampak senyum licik di wajahnya.

Ariana hanya merasakan api emosi membara di dirinya. Wanita ini benar-benar bisa menertawakan kesengsaraan orang lain. Wajah yang begitu sombongnya itu mau diperlihatkan kepada siapa hah, bukannya dia sendiri juga seekor anjing penjilat yang berusaha menyenangkan dan mencari perhatian dari Decky hah?

Namun karena semua orang sedang melihat Ariana, jadi Ariana hanya bisa tersenyum dengan tenang dan berpura-pura kalau dirinya baik-baik saja “Tidak apa-apa kok. Dulu aku pernah bekerja sama dengan Direktur Leng. Mungkin Direktur Leng sudah lupa kali. Karena bagaimana pun urusannya dalam sehari jelas pasti ada banyak sekali.”

Laras yang berdiri di sisi lainnya hanya tersenyum menghina. Dia geleng-geleng kepala melihat Saras dan Ariana “Dasar benar-benar tokoh layar lebar. Sayang sekali kalau tidak mendapatkan penghargaan.”

Selesai bicara, Laras pun berjalan keluar.

Dalam sekejap, tidak ada pemandangan indah di pesta itu. Ariana pun segera pulang ke hotel diikuti manajernya.

Saras juga sudah tidak tertarik lagi di pesta begitu Decky pergi. Jadi dia pun hanya bisa ikut pergi dari sana.

Decky menghentikkan mobilnya di jalan, tidak tahu kenapa, di hatinya selalu saja memikirkan wanita itu.

Decky pun mengambil ponselnya dan menelepon Sifa. Sifa tercengang begitu mengambil ponsel dan melihat ada nama Decky di layar ponselnya.

Dia pun duduk di sisi lain, memandangi ponsel sambil menempelkan masker wajahnya. Sifa berbalik dan berjalan keluar dari kamar “Aku keluar dulu ya.”

Belum sempat Marsha menjawab, Sifa sudah duluan pergi keluar.

Sifa mengangkat teleponnya dengan jantung yang berdegup dengan kencang “Decky...”

Decky tidak menyembunyikan rasa rindunya pada Sifa, dengan suara yang sangat menggoda dia berkata “Apakah kamu merindukanku?”

Sifa langsung tidak enak sendiri. Tapi, dia masih saja dengan beraninya berkata “Iya, aku merindukanmu.”

Decky menaikkan alisnya, tersenyum puas dan berkata “Kalau begitu, tolong beritahu aku, apakah sekarang kamu ingin bertemu denganku?”

Sifa sedikit tidak mengerti dengan ucapannya “Em?”

Decky mengatakannya lagi “Kamu hanya perlu mengatakannya padaku, apakah kamu sekarang ingin bertemu denganku?”

“Iya ingin.” Jawab Sifa dengan simple namun penuh dengan rasa kerinduannya terhadap Decky.

“Baiklah.” Jawab Decky. Dia langsung menutup teleponnya.

Sifa melihat cuaca di luarnya yang sangat mendung. Seketika itu dia seperti tersesat.

Kabupaten Kansas sepanjang hari ini terus hujan. Berbeda dengan Marsha, Luis memilih toko kelontong yang ada di sebelah keluarga itu. Hanya ada sedikit rumah di sampingnya yang bisa dipakai untuk berteduh dari hujan.

Untungnya, Luis mengenakan jas hujan yang telah dia persiapkan sebelumnya agar tidak basah kuyup.

Pria itu berjalan pulang dengan tubuh yang hampir basah kuyup tepat jam enam sore.

Pria itu sedang memegang sesuatu di tangannya. Luis dengan hati-hati bersembunyi di balik dinding dan memperhatikan pria itu.

Tak ada ekspresi apapun di wajah pria itu. Dia hanya berjalan ke depan dengan berhati-hati. Tapi mungkin karena dia telah merasa seperti ada seseorang yang menatapnya sepanjang waktu, jadi dia berhenti untuk melihat ke sekelilingnya.

Luis terkejut dan ketakutan dalam sekejap. Dia pun dengan sangat cepat berjongkok. Pria itu pun kembali berjalan naik ke lantai atas setelah menemukan tidak ada siapapun.

Penjual di toko kelontong itu adalah seorang nenek nenek. Dia melihat Luis telah berdiri di sini dari tadi. Dia pun menghampiri Luis karena tidak tega “Hei nak, apakah kamu sedang berteduh dari hujan. Kalau iya, duduk di dalam saja sini. Aku sudah melihatmu berdiri dari tadi di sana.”

Nenek tua itu tampak baik hati, dia mengulurkan tangannya untuk mengajak Luis masuk.

Luis tidak tega untuk menolak. Kakinya juga terasa sedikit kesemutan karena terlalu lama berdiri.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu