Marriage Journey - Bab 43 Kami Akan Berusaha
Decky juga tidak tau apa yang salah pada dirinya, berjalan berjingkat mengikuti di belakang Laras dan Shifa.
Ingin mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi suara dua orang ini sungguh terlalu kecil, membuat Decky yang bagaimana pun mendengarnya, tapi tetap tidak kedengaran.
Tidak lama pun melihat Laras dan Shifa berpisah, dia akhirnya mendapatkan kesempatan, berjalan ke belakang Shifa, ingin mencarinya untuk membicarakan kejadian hari ini, untuk menghukumnya.
Tapi perkataan Shifa tadi, jelas sekali sedang merindukan seseorang, ada siapa yang akhir-akhir ini tidak bertemu dengan Shifa, tentunya pria yang bernama Hendri itu.
Decky berdiri di belakang Shifa, ekspresinya langsung menjadi suram, wanita ini sampai sekarang masih tetap berpikiran macam-macam.
Decky mengepalkan kepalan tangannya erat, dirinya jelas-jelas adalah orang yang tidak mudah menunjukkan emosinya, tapi setiap kali sampai di hadapan wanita ini, dirinya tidak bisa mengendalikan sendiri.
Decky bernafas tersenggal, berusaha menetralkan emosinya tadi.
Tapi perbuatan ini membuat Shifa yang selalu sensitif memperhatikannya, wajah Shifa langsung berubah menjadi waspada, memutarkan badan melihat Decky.
Melihat rupanya Decky, Shifa langsung berdiri, dengan berhati-hati berkata: "Kenapa kamu bisa datang, aku kira kamu tidak akan datang."
Decky melihat Shifa yang di hadapannya seperti berubah menjadi orang lain lagi, amarah yang barusan tadi dia redam langsung meledak.
Apakah wanita ini akan begitu takut kepadanya, selalu seperti ini dihadapannya selamanya?
Decky tersenyum dingin: "He, perubahanmu cepat sekali, tampaknya rentan, rupanya mempunyai dua topeng."
Perkataan Decky penuh sindiran, Shifa tau Decky pasti tidak senang karena masalah tadi datang mencari dirinya.
Dia tidak perlu menambah kemarahan Decky, menunduk dan menjelaskan: "Aku juga sedang melindungi diriku sendiri."
Decky menatap Shifa, tatapannya berubah serius, tidak tau apa yang sebenarnya dipikirkan wanita ini.
Saat ini tiba-tiba angin meniup kencang, Shifa di musim gugur begini hanya menggunakan jas tipis, rok berendanya juga sedikit berpasir/
Shifa langsung gemetaran dingin, lehernya sedikit menyusut.
Decky memperhatikan gerakan Shifa, lalu mengerutkan kening, apakah wanita ini bodoh, memakai baju setipis ini untuk diperlihatkan kepada siapa?
Decky membalikkan tubuhnya dengan tidak sabar: "Kakek tadi mencari kita, sampai di tempat kakek sana tau kamu harus mengatakan apa."
Setelah mengatakannya langsung memutar badannya pergi, kedua tangan bertengger di saku celana berjalan ke lobi sana.
Shifa mengangguk, mengikuti Decky berjalan masuk.
Decky membawa Shifa ke sebelah Braham, wajahnya masih tetap ekspresi sombong.
Hanya saja intonasinya sedikit membaik: "Kakek."
Shifa sedikit tersenyum, nada bicaranya ramah: "Kakek, malam ini senang tidak?"
Braham melihat Shifa dan Decky, tersenyum dan berkata: "Senang, malam ini kalian semua bisa datang melihatku, apa yang masih tidak aku senangkan?"
Shifa ikut Braham tersenyum, tatapan di sekitar tidak ada sedetikpun tidak melihat mereka.
Decky tidak mempunyai ekspresi apapun, mengangkat segelas anggur tidak mengatakan apapun.
Braham melihat Shifa dan Decky: "Decky, Shifa, kalian sudah menikah 3 tahun, sudah waktunya berusaha agar kakek bisa menggendong cucu."
Braham menatap Decky dengan tertarik, wajahnya juga tersenyum.
Shifa tidak mengangka Braham akan membicarakan topik seperti ini di acara seperti hari ini.
Wajah Shifa sedikit malu, dengan tidak tenang menggerakkan jari sendiri, sesekali melihat Decky, tidak tau harus bagaimana menjawab.
Decky masih tetap dingin, tidak berbicata, memiringkan wajahnya tidak mempedulikan.
Setelah beberapa saat Shifa baru berkata di bawah tatapan Braham: "Kakek...ehn...itu, Decky beberapa waktu ini terlalu sibuk, jadi....."
Masih belum menunggu Shifa selesai berbicara, Decky langsung memotong perkataan Shifa: "Kami akan berusaha akhir-akhir ini, tenang saja."
Setelah mengatakannya, menatap Shifa dan tersenyum dengan tertarik, Shifa melihat Decky berkata seperti ini, hanya bisa ikut setuju.
"Benar, kakek, kami akan berusaha, jangan khawatir." Wajah Shifa juga sedikit tersenyum.
Braham senang sekali mendengarnya, tertawa terbahak: "Kalau begitu aku menunggu kabar baik kalian."
Setelah acara malam berakhir, Decky langsung pergi ke basement parkiran mobil, Shifa terus mengikuti di belakang Decky.
Tanpa mengatakan apapun, sampai melihat Decky turun ke parkiran di basement mengambil mobil, Shifa baru pergi tanpa mengatakan apapun.
Decky duduk di dalam mobil, wajahnya suram, apakah wanita ini bodoh, sampai hari ini dia sedang melakukannya untuknya, satu kata terimakasih pun tidak ada.
Tidak membahas itu, melihat dirinya naik mobil, tidak ikut dirinya masuk, apa maksudnya?
Shifa tidak membawa baju dan sepatu, dengan sepatu hak tinggi berjalan turun ke vila Bhangsa .
Tapi waktu sekarang ini, takutnya tidak ada mobil lagi, tentunya Shifa sedikit panik, langsung mempercepat langkahnya.
Tiba-tiba lampu besar sebuah mobil kecil menyala, membuat Shifa sedikit tidak bisa membuka matanya, dia menggunakan tangan menghalang cahaya, memutar tubuhnya.
Shifa bisa mengenali langsung mobil Decky, Decky dengan wajah datar duduk di kursi supir, menatap Shifa tanpa mengatakan apapun.
Shifa sedikit tidak bisa berbuat apapun, melihat jalan yang tidak berujung, Shifa sedikit bingung.
Decky menurunkan jendela mobil, dengan tidak sabaran berkata kepada Shifa: "Kalau kamu tau aku sibuk sekali, maka jangan membuang waktuku disini, naik mobil, kalau tidak keluarga Leng tidak mempunyai mobil lagi."
Nada bicara Decky dingin, tidak membawa ekspresi lainnya.
Shifa berpikir sebentar, dengan berat menyeret roknya, berjalan ke arah mobil, saat berdiri di depan mobil.
Shifa ragu lagi, terakhirnya membuka pintu kursi penumpang belakang.
Dia tidak pernah berani duduk di kursi penumpang Decky, dia tau posisinya sendiri di dalam hati Decky, lebi baik jangan cari masalah lagi.
Decky mengantarkan Shifa ke vila, sepanjang jalan tidak berbicara, seperti orang yang tidak kenal, atmosfirnya rendah sekali.
Saat sampai di depan vila, Decky sepertinya tidak mempunyai maksud untuk tinggal.
Shifa tidak banyak bertanya, langsung turun dari mobil, berkata kepada Decky yang tetap duduk di kursi supir: "Terimakasih sudah mengantarku pulang."
Setelah mengatakannya, lalu mengangkat roknya dan berjalan masuk ke dalam vila.
Decky sedikit marah, semalam ini datang kemari, apakah wanita ini tidak tau dirinya mau tinggal disini, hanya menunggu perkataannya saja.
Wanita ini benar-benar bodoh, atau hanya pura-pura bodoh di hadapannya.
Shifa membuka pintu dengan berhati-hati, dengan berjingkrak berjalan masuk, jam segini Bibi Wu pasti sudah tidur, Shifa tidak ingin mengganggunya istirahat.
Novel Terkait
Step by Step
LeksGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraAwesome Guy
RobinMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniAsisten Bos Cantik
Boris DreyHarmless Lie
BaigeMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka