Marriage Journey - Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih

Setelah kembali dari Amerika, Hendi terus menjaga posisinya, dia ingin menghubungi Sifa akan tetapi ia takut malah akan mencelakainya.

Dengan tidak mudah Sifa mengambil cuti, dia bangun pagi dan naik taksi ke rumah sakit, saat melihat ponselnya waktu telah menunjukkan pukul sembilan lewat.

Saat ini Hendi seharusnya masih berada di rumah sakit walaupun dia mengambil shift malam, Sifa sudah sangat familiar dengan tempat tersebut, ia berjalan ke ruang konsultasi Hendi.

Hendi memegangi kepalanya dan memijati dengan lembut, tadi malam penyakit pasiennya kambuh lagi sehingga membuatnya cemas dan menjaganya semalaman.

Sifa perlahan berjalan mendekat: “Kenapa, apakah terlalu capek?”

Sifa tersenyum dan bertanya kepada Hendi.

Hendi mengangkat kepalanya dan merasa sedikit terkejut melihat Sifa, tidak disangka saat ini Sifa akan muncul di hadapannya.

Hendi segera berdiri, sambil tersenyum berkata kepada Sifa: “Bukan, aku sedikit mengantuk karena bertugas tadi malam, kamu kenapa bisa kesini?”

Sifa mengangguk-anggukan kepala dan tersenyum: “Aku datang mencarimu, aku ingin meminta bantuanmu, akhir-akhir ini kondisi badanku sepertinya tidak terlalu baik..”

Selesai berkata, wajah Sifa terlihat sedikit tidak nyaman, akan tetapi dalam sekejap sudah menghilang.

Hendi mengangguk-anggukkan kepala: “Oh begitu, sekarang kamu sudah tahu untuk memperhatikan badanmu, tidak seperti dulu…”

Hendi memutar badan dan melakukan pemeriksaan sederhana terhadap Sifa, setelah selesai raut wajah Hendi menjadi tidak enak dilihat.

Matanya dengan lekat menatap hasil pemeriksaan Sifa dan tidak berkata apa-apa.

Melihatnya begitu membuat Sifa tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya menatap Hendi dan tangannya tergenggam erat.

Dalam kurun waktu yang lama Hendi baru mengangkat kepalanya, sorot matanya terlihat rumit dan dengan sedikit ragu berkata kepada Sifa: “Sifa, kondisi kamu sekarang tidak terlalu menggembirakan, aku tidak boleh menyembunyikannya darimu, kamu…”

Sifa melihat ekspresi Hendi yang seperti itu, ia sudah tahu kalau Hendi ingin mengatakan apa kepadanya, dengan sambil tersenyum ia memotong pembicaraan Hendi: “Aku tahu kondisiku, tapi aku ingin berusaha melindungi anak ini….”

Hendi menundukkan kepala terlihat sedikit tidak berdaya, dirinya memohon kepadanya sangat sulit, terlebih lagi masalah anak.

Hendi menundukkan kepala dan terdiam, Sifa tahu bahwa masalah ini adalah masalah yang sulit bagi Hendi, akan tetapi sekarang ini adalah satu-satunya yang harus dia lindungi dengan baik.

Sifa berjalan ke samping Hendi dan berkata sambil tersenyum: “Hendi, aku tahu kamu sedih, tapi aku berharap kamu tetap menghormati keputusanku.”

Hendi masih menundukkan kepala, sorotan matanya terlihat ada perasaan yang tidak dapat di ungkapkan, tetapi akhirnya ia juga mengangguk-anggukkan kepalanya.

Kondisi Sifa tidak sesederhana yang ia pikirkan, ditambah lagi dengan hamil akan membuat badan Sifa yang memang sudah tidak baik menjadi semakin lelah.

Sebagai pasien kanker stadium akhir, kondisinya sudah sangat berbahaya, akan tetapi dia masih ingin memperjuangkan melahirkan anaknya.

Hendi menatap Sifa yang duduk dihadapannya dengan wajah tenang, dapat dilihat bahwa dia telah bersiap untuk hasil terburuk.

Hendi membukakan resep obat yang sederhana untuk Sifa, ia tidak dapat mengkonsumsi sembarang obat karena akan berpengaruh terhadap janin di perutnya.

Akan tetapi bagi Sifa, ini seperti sebuah penyiksaan, rasa sakit tersebut tidak dapat di sembuhkan dengan obat, dia hanya bisa memaksakan diri untuk bertahan melewatinya.

Hendi tidak sanggup membayangkan, bagaimana dia melewati rasa sakit itu di malam-malam tanpa orang yang menemaninya.

Hendi membawa Sifa untuk mengambil obat di farmasi, dia terlihat lebih kurus daripada sebelumnya dan wajahnya juga terlihat lebih pucat.

Dalam hati Hendi merasa sangat tersiksa, melihat wanita yang disukainya selangkah demi selangkah berjalan memasuki jurang yang dalam, tetapi dia tidak berdaya, ini adalah hal yang sangat menyedihkan.

Hendi meminta perawat untuk mengambil obat untuk Sifa, sehingga dia tidak perlu menunggu terlalu lama.

Saat ini kebetulan adalah jam pulang Hendi, setelah selesai memeriksa Sifa dan mengambil obat, ia bergegas ganti baju dan meminta Sifa untuk menunggunya di depan pintu kantor teknis.

Sejak awal hingga akhir Sifa tidak terlalu banyak bicara, dia hanya menundukkan kepala menatap ujung jari kakinya sambil melamun.

Hendi dengan segera telah mengganti pakaiannya dan berjalan ke arah Sifa, dia terbiasa langsung menarik lengan Sifa.

Sifa merasa kaget dan juga terbiasa menyembunyikannya, gerakan kecil ini mengejutkannya.

Wajah Sifa terlihat sedikit takut terhadap sentuhan yang intim seperti ini, dalam beberapa tahun ini, rasa takut ini sudah menjadi kebiasaan saat bersama Decky.

Hendi menundukkan kepala, ekspresinya terlihat sedikit sedih, akan tetapi dengan cepat berubah: “Ok, Sifa, kamu ingin pergi kemana aku bisa mengantarmu.”

Hendi menatap Sifa dengan tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, Sifa tersenyum: “Tidak apa-apa, bukankah tadi malam kamu ada shift malam, sekarang pasti ingin istirahat, cepatlah pulang untuk beristirahat.”

Sifa berbicara dengan hangat, ia mengangkat bahu sambil berkata kepada Hendi.

Dengan lembut Hendi berkata kepada Sifa: “Tidak apa-apa gadis bodoh, aku tahu saat ini kamu sangat membutuhkan orang untuk menemanimu, biarkan aku menemanimu di saat seperti ini.”

Dalam sekejap ekspresi Sifa sedikit berubah, bingkai matanya terlihat sedikit memerah, sudah beberapa tahun hanya Hendi yang sama seperti dulu, paling mengerti dirinya.

Sifa menundukkan kepalanya, dia tidak tahu harus menjawab apa, hatinya merasa sesak dan tidak nyaman.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu