Marriage Journey - Bab 69 Pegang Erat Tanganku
Marsha mengangguk, bersandar di punggung Sifa, Sifa memegang erat potongan mangkuk itu.
Pecahan itu tidak terlalu besar, tetapi tajam, Sifa memegang pecahan dengan erat, darah di telapak tangannya menetes keluar, tetapi Sifa masih memegang pecahan dengan erat seolah-olah tidak merasakan apa-apa.
Dia memotong tali yang mengikat Marsha dengan kuat, karena mereka saling membelakangi, jadi hanya ada sedikit energi yang bisa dia gunakan.
Tangan Marsha hanya terasa lengket dan bau darah perlahan datang, Marsha menoleh dengan cepat dan berkata kepada Sifa "Sifa, kamu berdarah ……"
Sifa mengertakkan gigi dan memotong tali dengan keras, tidak mempedulikannya "Tidak apa-apa, masalah kecil."
Sifa tidak memiliki terlalu banyak emosi, tidak tahu berapa lama kemudian tali itu akhirnya terputus, Marsha melepaskan diri dan tali itu jatuh.
Sifa akhirnya menghela nafas lega dan melepaskan pecahan yang telah memasuki telapak tangannya, dia hanya merasakan sakit di telapak tangannya yang begitu dahsyat sampai dia mati rasa.
Marsha memandang Sifa, dengan cepat melepaskan ikatan tali di kakinya dan segera bangkit dengan tidak stabil.
Berjalan ke belakang Sifa dan ingin melepaskan tali Sifa, baru kemudian dia melihat bahwa tangan putih ramping Sifa telah dipenuhi dengan berdarah.
Mata Marsha langsung memerah, dia tercekat dan berkata kepada Sifa "Kamu pikir kamu sangat kuat ya, sudah berdarah sampai begini masih diam saja."
Sifa menarik bibirnya dengan lemah dan tersenyum, Marsha dengan hati-hati melepaskan tali karena takut akan menyakiti telapak tangan Sifa.
Marsha tidak bisa menahan tangis di belakangnya, wanita ini benar-benar begitu kuat hingga membuat orang sakit hati.
Marsha dengan cepat melepaskan tali dan menarik Sifa yang sedang duduk di lantai, Sifa terhuyung-huyung untuk berdiri.
Saat berjalan ke pintu gubuk jerami itu, mendengar dengan seksama, tidak ada yang menjaga di sini, di luar tidak ada suara.
Sifa menoleh untuk menatap Marsha dan berkata "Seharusnya tidak ada orang, kebetulan saat ini adalah malam hari, kita harus memanfaatkan saat ini untuk melarikan diri."
Marsha mengangguk, berdiri dan melihat-lihat peralatan yang bisa digunakan di dalam pondok jerami ini.
Sifa mengguncang pintu dan menemukan bahwa pintu itu terkunci dari luar dan sangat kokoh.
Sifa hanya bisa melepaskan gagasan untuk keluar melalui pintu utama, dia tiba-tiba melihat tangga di satu sisi dan mengangkat kepalanya untuk melihat sekeliling gubuk ini, tidak ada seorang pun yang tinggal di sini sepanjang tahun dan banyak tempat telah rusak dan bobrok.
Mata Sifa memancarkan cahaya harapan, dia memanggil Marsha: "Marsha, bantu aku memindahkan tangga itu, biarkan aku melihat apakah kita bisa keluar dari sini."
Marsha mencari arah yang ditunjuk Sifa dan menemukan ada satu lubang besar bocor di sana.
Marsha dan Sifa menggunakan semua kekuatan mereka, memindahkan tangga untuk memanjat dan menemukan bahwa mereka bisa menembus dari sana, Sifa naik dan mencondongkan setengah tubuhnya dan melihat seberapa tingginya luar.
Dia menemukan bahwa ada rumput tinggi di luar dan jika mereka melompat ke bawah, mungkin hanya akan terluka kecil dan tidak akan mempengaruhi apapun.
Sifa sangat gembira, mengangguk ke arah Marsha dengan penuh semangat dan berkata "Marsha, kita bisa keluar!"
Marsha meraih tangan Sifa dan tersenyum bahagia.
Sifa memiliki keberanian, maju dan melihat sekeliling, meskipun dia tidak yakin apakah dia akan terluka jika dia melompat dari sini, tetapi itu lebih baik daripada menunggu mati di sini.
Sifa memejamkan matanya, tidak peduli begitu banyak lagi dan langsung melompat lurus ke bawah.
Seperti yang diharapkan Sifa, rumput tebal berfungsi sebagai bantalan, hanya lecet kecil di tangan dan kaki, tidak mempengaruhi apapun.
Sifa menekan tenggorokannya dan berkata pada Marsha yang mencondongkan tubuh untuk memeriksa situasinya: "Marsha turunlah, tidak apa-apa."
Saat itu sudah malam, tapi sinar bulan sangat terang malam ini, seolah-olah sedang membantu Sifa dan Marsha untuk melarikan diri.
Marsha mengangguk, menutup matanya dan melompat ke rumput, Sifa bergegas menghampirinya dan menarik Marsha dari tanah.
Marsha tersenyum, awalnya ingin mengatakan sesuatu kepada Sifa, tetapi tiba-tiba dia melihat darah Sifa mengalir keluar dari hidungnya, dengan sedikit darah di sudut mulutnya.
Marsha terkejut, menutupi hidung Sifa dengan tangannya dan bertanya dengan panik "Sifa, kamu kenapa? "
Sifa dengan tenang menutupi hidungnya dan berkata "Tidak apa-apa, ini hanya masalah kecil, ayok cepat pergi, kalau tidak nanti kita ketahuan dan tidak bisa pergi lagi."
Meskipun Marsha khawatir, tetapi dia hanya bisa menganggukkan kepalanya, sulit untuk memikirkan banyak hal pada situasi sekarang.
Tempat itu sepi, seperti berada di atas gunung, pada malam hari kabut sangat tebal, Sifa dan Marsha mengenakan pakaian yang sangat tipis.
Ditambah tempat ini penuh dengan bebatuan dan jalan pegunungan yang berkelok-kelok, Sifa dan Marsha tidak memiliki lampu, mereka berjalan sangat lambat dan terkadang mereka akan menendang batu.
Sifa dan Marsha bergandengan tangan berjalan tanpa tujuan, sekarang yang terpenting adalah menemukan tempat yang ada orang.
Sifa takut kegelapan, tetapi dalam keadaan seperti itu, dia hanya bisa bergerak maju dengan berani.
Marsha memimpin Sifa di depan "Hati-hati, kamu masih hamil."
Sifa menatap perutnya yang rata dan tidak berbicara, hanya menggenggam tangan Marsha dengan semakin erat.
Pada saat ini, tiba-tiba mendengar suara datang dari belakang dan suara gemetar lampu.
Sifa dan Marsha berhenti pada saat bersamaan, tatapan mereka penuh ketakutan dan panik.
“Orangnya hilang, cepat pergi cari kemana-mana, jangan biarkan mereka lari.” Suara seorang pria yang kasar terdengar.
Sifa berbisik dengan tertekan kepada Marsha “Marsha, apapun yang terjadi, pegang erat tanganku!” Sifa menatap Marsha dengan tegas.
Marsha mengangguk, mereka bergegas menuju hutan di depan, saat ini orang-orang yang keluar untuk mencari mereka telah menemukan mereka.
“Disana, cepat kejar!” Beberapa pria mengambil obor untuk mengejar Sifa dan Marsha.
Sifa dan Marsha sangat ketakutan, mereka berlari ke hutan dan berlari ke depan dengan putus asa, mereka tidak tahu berapa banyak luka yang tergores di kakinya dan mereka sudah tidak peduli dengan rasa sakitnya.
Saat ini, langkah kaki dan teriakan pria semakin dekat, bagaimana seorang wanita bisa dibandingkan dengan pria, Sifa hanya bisa memperlambat kecepatan.
Dia menemukan sebuah tempat di dalam hutan dan menarik Marsha untuk bersembunyi, berkata kepada Marsha dengan suara rendah "Tidak apa-apa, jangan takut, apa yang kita lakukan nanti adalah untuk melindungi diri kita sendiri, mengerti?"
Tangan Sifa yang memengan tangan Marsha mulai gemetar, suaranya tergagap-gagap dan tatapannya sedikit panik.
Dalam kepanikan, Marsha dengan erat menggenggam tangan Sifa dan bahunya bergetar hebat.
Saat ini langkah kaki pria itu berhenti: "Ada apa ini, mereka sudah hilang, mereka pasti tidak jauh dari sini, cepat cari orangnya." Suara seorang pria terdengar dan beberapa pria lain memegang senter di tangan mereka, setuju untuk menyebar dan mulai mencari.
Sifa dan Marsha berjongkok di rerumputan, menutupi mulut mereka dengan kuat, tidak membiarkan diri mereka mengeluarkan suara, tubuh mereka sedikit gemetar karena ketakutan.
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiHanya Kamu Hidupku
RenataPria Misteriusku
LylyLelaki Greget
Rudy GoldUnperfect Wedding
Agnes YuMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka