Marriage Journey - Bab 165 Sayang, Santai saja
Sifa seketika terkejut oleh perkataan Ariana, wanita seperti apa yang bisa mengatakan perkataan seperti itu?
Sifa berbalik badan dan melihat Ariana: “Terima kasih kamu telah mengingatkanku masalah yang terjadi pada saat itu, tapi hubunganku dengan Decky sangat baik sekarang, tidak perlu kamu mengkhawatirkan hubungan kamu, kamu juga tidak akan mempunyai kesempatan seperti itu lagi.”
Seketika wajah Ariana menjadi pucat, saat Sifa tidak menyadarinya, Ariana mengulurkan tangan dam memegang bahu Sifa, kemudian mengulurkan tangannya ke arah perut Sifa.
Saat menyentuh perut Sifa, Ariana seketika menjadi sedikit terkejut.
“Apakah kamu hamil?” Ariana membelalakkan matanya, menatap lurus ke arah Sifa, wajah penuh dengan ekspresi tidak percaya.
Wajah Sifa sedikit ketakutan, berjalan ke samping dengan panik, menatap Ariana dengan wasapada dan berkata: “Tidak ada hubungannya denganmu.”
Ariana seketika sedikit lepas kendali, melangkah maju dan memegang tangan Sifa, dia berteriak: “Siapa, anak milik siapa?”
Ariana tampak sedikit lepas kendali, ekspresi di wajahnya mengerikan.
Seketika Sita digenggam oleh Ariana, Sifa berteriak dengan keras ke arah Ariana: “Lepaskan aku!”
Sifa seketika menjadi sedikit cemas, menatap ekspresi yang mengerikan di wajah Ariana, takutnya Ariana akan melakukan sesuatu yang keterlaluan saat ini.
Ariana menggenggam Sifa dengan kuat, ekspresi yang tidak bermaksud ingin melepas: “Kamu bilang, apakah kamu terus menyeret Decky dengan menggunakan alasan ini? Cepat bilang, dasar pelacur!”
Saat Ariana tahu bahwa Sifa hamil, emosinya segera menjadi sedikit lepas kendali dam terus berteriak ke arah Sifa.
Sifa melindungi perutnya sendiri dengan hati-hati, dia takut Ariana melakukan sesuatu pada dirinya sendiri.
Begitu melihat Sifa tidak berbicara, Ariana seketika menjadi sedikit marah, berteriak sambil berlari ke arah Sifa dan ingin mendorong Sifa jatuh.
Sifa berteriak ketakutan, dia berlari ke sisi lain, pada saat ini, kemunculan Laras segera membuat Sifa mempunyai harapan.
Laras seketika menjadi sedikit terkejut saat melihat Sifa berlari ke arah dirinya sendiri dan Ariana ikut di belakangnya.
Laras seketika menghentikan Ariana yang terus ikut di belakang Sifa, wajah Ariana menjadi pucat, seluruh orangnya terlihat sedikit lepas kendali.
“Apa yang kalian lakukan, apakah membutuhkan waktu yang begitu lama untuk mengganti rok?”
Dalam waktu sesaat, ekspresi wajah Ariana tiba-tiba berubah, menatap Sifa dengan menyembunyikan pisau di balik senyuman dan berkata: “Bukan, roknya tidak cocok dengan Asisten Shen, Asisten Shen jauh lebih berisi.”
Sifa berdiri di belakang Laras, menatap Ariana dengan ekspresi waspada.
Setelah berkata, Ariana tersenyum ke arah Ariana, berbalik badan dan berjalan ke ruang pesta.
Sifa seketika menghela napas lega, Ariana yang baru saja sedikit lepas kendali benar-benar membuat Sifa ketakutan.
“Tidak apa-apa kan, aku melihat penampilanmu sangat panik.”
Laras menundukkan kepala dan berkata pada Sifa dengan prihatin.
Sifa menggelengkan kepala: “Ariana sudah tahu masalah tentang aku hamil.” Laras mengerutkan alis.
“Tidak apa-apa, dia tidak berani melakukan apapun padamu, kedepannya lebih baik tidak muncul di tempat dimana ada dia.” Laras menghibur Sifa dengan hati-hati.
Sifa mengangguk, gaunnya yang ternoda oleh anggur merah masih belum diganti olehnya.
Decky segera membawa sekelompok orang pulang, Sifa dibawa pulang oleh Decky dengan patuh.
Decky terus tidak berbicara, hanya saja pandangannya terus melirik ke arah Sifa.
Setelah Sifa mandi dengan sederhana, dia berjalan ke kamar tidur dan berencana untuk istirahat. Decky tiba-tiba duduk di tempat tidur, berbalik badan dan memeluk Sifa.
Sifa tiba-tiba sedikit terkejut dan tidak mengerti apa maksud dari gerakan Decky.
Decky memeluk Sifa, menghisap aroma khusus yang ada di tubuh Sifa.
Sifa mendorong Decky dengan sedikit tidak mengerti: “Aku ingin beristirahat.”
Decky mendongak dan menatap Sifa dengan erat: “Saat ini, kamu masih mempunyai suasana hati untuk tidur kah?”
Perkataan Decky seketika penuh dengam godaan, wajah Sifa langsung memerah, dia tahu Decky tidak berniat baik.
Decky perlahan-lahan mendekat, memegang pipi dan daun telinga Sifa dengan lembut.
“Aku sangat merindukanmu...” Setelah berkata, ciuman yang mendominasi dan kuat segera menyerang kemari seperti hujan, membuat Siga sedikit kewalahan.
Sofa sama sekali tidak melawan, tapi kedua tangan malah diulurkan dan merangkul pinggang Dekcy yang kuat, sepasang matanya sedikit kabur.
Decky sangat kelaparan seks, dia mengulurkan tangan untuk membuka kancing pakaian Sifa satu per satu dengan sedikit tidak sabar.
Perlahan-lahan meletakkan Sifa, membungkukkan badan dan menahan di atas tubuh Sifa, dengan hati-hati tidak membiarkan dirinya sendiri menahan perut Sifa.
Sepasang mata Sifa menjadi kabur dan menatap Decky dengan erat, Decky dengan cepat melepas pakaiannya sendiri, seketika kedua orang mempercayai satu sama lain.
Ciuman Decky perlahan-lahan mendekat, mencium seluruh tubuh Sifa, Sifa hanya merasa seluruh tubuhnya mati rasa seperti tersetrum.
Kedua mata Decky menatap Sifa dengan erat, sepasang matanya penuh dengan api, mengulurkan tangan dan memegang bibir Sifa.
Seluruh tubuh Sifa sedikit gematar, suasana hati yang gugup membuat Sifa tanpa sadar menjadi gemetar.
Decky menurunkan suaranya menjadi lembut, berbisik di sebelah telinga Sifa: “Santai saja sayang...”
Sifa perlahan-lahan jatuh ke dalam kelembutan Dekcy yang datang secara mendadak.
Perlahan-lahan membiarkan dirinya sendiri sepenuhnya menerima Sifa, cahaya redup di sampng tempat tidur, membuat kedua tubuh yang berhubungan seks di atas tempat tidur terlihat lebih membingungkan.
Setelah selesai melakukan seks, Decky sama sekali tidak tertidur pulas seperti sebelumnya, tapi malah memeluk Sifa dengan erat.
Melihat Sifa yang berpenampilan lelah dan melihat bekas yang ditinggal oleh dirinya sendiri di tubuhnya yang putih, hati Decky seketika muncul perasaan bangga.
Decky memeluk Sifa dengan erat, dia ingin waktu bisa berhenti sekarang dan berbisik di sebelah telinga Sifa: “Aku mencintaimu.”
Kesadaran Sifa yang perlahan-lahan kabur membuat perkataan ini seketika bergema di dalam pikirannya.
Setelah kejadian malam itu, hubugan antara Sifa dengan Decky tiba-tiba kembali ke hubungan sebelumnya.
Mereka pergi ke kantor bersama, untuk sementara waktu mereka pulang ke rumah, Decky juga tidak menyuruh Sifa pergi ke villa yang dingin lagi.
Hendi berkonsultasi dengan teman dan gurunya yang ada di Amerika dengan penuh perhatian, dia berharap bisa mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penyakit Sifa.
Saat ini, Gustian membawa kabar baik untuk Hendi, sebuah kabupaten kecil di California, ada seseorang yang mempunyai penyakit sama persis dengan Sifa, setelah menjalani fisioterapi, tubuh orang itu perlahan-lahan menjadi sembuh.
Hendi sangat senang, dia berkata kepada Gustian dengan senang: “Kalau begitu, kamu membantuku menyuruh orang untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi?”
Gustian mengangguk: “Aku pasti bukan orang bodoh, jika aku sudah menemukannya, aku pasti tahu bagaimana mengumpulkan informasi untukmu.”
Setelah Hendi senang, seketika hatinya menjadi sedikit sedih, jika sudah menemukan cara pengobatannya, tapi sekarang menyuruh Sifa meninggalkan Decky untuk menjalani perawaran di Amerika.
Itu pasti merupakan hal yang tidak mungkin, kemudian apakah cara pengobatan itu bisa sembuh atau tidak juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
Setelah Hendi jatuh ke dalam kondisi bimbang, Gustian melihat semuanya di dalam mata.
Gustian memberi tahu masalah ini kepada Laras, setelah Laras tahu, dia juga terkejut, jika sudah mempunyai cara pengobatan, kenapa tidak bisa pergi.
Tapi, Laras juga tahu kesulitan Sifa, Sifa merupakan orang yang berkarakter kuat, masalah yang sudah diputuskan di dalam hatinya tidak akan bisa diubah dengan mudah karena orang lain.
Gustian mengatur Hendi dan Laras bertemu, tapi masalah ini sama sekali tidak langsung memberi tahu kepada Decky dan Sifa.
Setelah Hendi dan Laras membahas masalah ini. Mereka memutuskan untuk memberi tahu masalah ini kepada Sifa, tidak boleh melewatkan kesempatan yang bagus seperti ini.
Saat ini, Hendi pasti tidak cocok untuk memberi tahu Laras secara langsung, masalah ini untuk sementara waktu hanya bisa diserahkan kepada Laras.
Laras menyetujuinya dengan senang hati, bagaimanapun juga Sifa merupakan wanita yang disukai olehnya, tidak peduli apa yang akan terjadi juga harus berusaha untuk menyelamatkannya.
Pekerjaan Sifa sangat santai, setelah hampir menyelesaikan pekerjaannya sendiri dalam sehari, dia sudah tidak ada pekerjaan yang lain.
Kemarin Decky juga membicarakan masalah pekerjaan dengannya, bagaimanapun juga sekarang dirinya sendiri yang hamil sudah sedikit terlihat, dia juga tidak bisa terus berada di perusahaan sambil menunggu perutnya menjadi besar, jika seperti ini akan menimbulkan gosipan di dalam perusahaan.
Demi tidak membiarkan orang lain memikirkannya ke arah Decky dan tidak membiarkan hubungannya sendiri dengan Decky terbongkar di depan pandangan semua orang, Sifa terus merasa sekarang sudah waktunya untuk mengundurkan diri, pulang ke rumah dan menunggu kelahiran dengan tenang.
Seketika Sifa merasa sedikit sedih, meski dirinya sendiri belum lama bekerja di PT.Leng.Tbk, tapi bagaimanapun juga dirinya sendiri mempunyai pekerjaan setiap hari, tidak sampai merasa sangat bosan.
Melihat tubuhnya yang semakin kurus, Sifa memegang perutnya dengan khawatir.
“Tidak tahu aku masih bisa bertahan berapa lama...” Wajah Sifa yang pucat mengeluarkan sedikit senyuman kuat.
Dirinya sendiri tahu kondisi tubuhnya sendiri, dirinya sendiri sepenuhnya bertahan dalam waktu dekat-dekat ini.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseBehind The Lie
Fiona LeeLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaSi Menantu Buta
DeddyMy Charming Wife
Diana AndrikaPredestined
CarlyMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka