Marriage Journey - Bab 52 Pria Munafik

Wanita itu sangat marah, sehingga dia berteriak keras dan melambaikan tangannya ke arah Marsha lagi, tetapi langsung dihentikan oleh Erick yang berdiri di depan Marsha.

Erick meraung, lalu berteriak keras: "Sudah cukup, kita pulang dan langsung bercerai saja, bertahun-tahun lamanya, apakah menurutmu aku bisa bersamamu karena aku mencintaimu?"

"Apa yang bisa kamu bandingkan dengan Marsha, aku bisa bersamamu itu hanya karena melihat dirimu yang bersedia berkorban untukku, kamu bersedia memberikan semua milikmu kepadaku."

Erick mendorong wanita itu dan wanita itu terhuyung-huyung jatuh ke lantai, dengan begitu menyedihkan.

Erick seperti sangat terpukul, lalu dia terus mengoceh: "Kamu sendiri tahu bahwa kamu tidak punya apa-apa yang bisa memuaskanku, tubuhmu gemuk, tidak bisa berdandan dan setiap hari terus mengoceh, kamu katakan apa yang bisa aku dapatkan lagi darimu, kita pulang dan langsung bercerai saja!"

Setelah berbicara, dia berbalik dan ingin meraih lengan wanita yang bernama Marsha itu.

Tapi Marsha dengan peka langsung mengelak ke sisi lain, dengan ejekan di matanya.

Wanita yang terdorong ke lantai itu terus meneteskan air matanya tanpa henti, suaranya sangat berat: "Apakah yang kamu katakan barusan itu adalah isi hatimu, aku pastikan sekali lagi padamu, aku tidak percaya."

Wanita itu menatap Erick dengan bodoh, dia masih tidak percaya bahwa pria yang telah tidur bersamanya selama lebih dari sepuluh tahun bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu hari ini.

Semua mata tertuju pada Erick dan wanita itu.

Sifa menatap wanita itu, hatinya merasakan kepedihan yang sangat dalam, inilah yang dinamakan perasaan, tidak tahan akan tiupan angin, terus melewati dan akhirnya berpisah.

Mata Erick sangat merah, tanpa memperdulikan pandangan orang, dia pun langsung berteriak ke arah wanita itu: "Kita bercerai, bercerai!"

Setelah berbicara, dia berjalan ke arah Marsha lagi, mencoba untuk menariknya.

Tetapi Marsha langsung mendorong jauh Erick, lalu melepaskan cincin itu dan melemparkannya ke wajah Erick.

Wajah yang selalu penuh dengan senyum kebahagiaan, seketika langsung berubah, wajahnya menjadi begitu ganas.

Menatap Erick dengan tatapan jijik dan berkata: "Aku juga bisa menjadi tua, bahkan jika aku bersamamu, dia yang hari ini, adalah aku di masa depan, kamu ini pria bajingan yang tidak tahu malu."

Begitu Marsha berbicara, dalam sekejap dia membuat semua orang terkejut, bukankah ini saatnya Marsha seharusnya merasa bahagia, kenapa dia tidak mengikuti metode seperti biasanya dan mengatakan hal seperti itu.

Wanita yang tergeletak di lantai itu juga sedikit terbengong, menatap Marsha dengan penuh keraguan.

Erick mengerutkan kening, menyebut nama Marsha dengan nada kecil: " Marsha kamu …."

Marsha tersenyum muram, lalu berjalan ke wanita yang terjatuh ke lantai itu dan berkata: "Apakah kamu sudah melihatnya, ini adalah pria yang telah bersamamu selama lebih dari sepuluh tahun, apakah kamu masih berpikir kamu mengenalnya dengan baik, kamu masih berpikir dia mencintaimu?"

Wanita itu menatap mata Marsha, air mata mengalir di pipinya dan tidak tahu harus bagaimana menjawab percakapan ini.

Haruskah dia membenci Marsha yang telah membuat pernikahannya hancur, atau haruskah dia berterima kasih kepada Marsha, yang telah membuat dirinya dapat melihat pria munafik ini dengan jelas.

Kepahitan yang tak terlihat melintas di wajah Marsha dan dia tersenyum: "Lihat, inilah pria, buka mata kalian semua."

Setelah berbicara, dia bangkit berdiri, keluar dari kerumunan, lalu berjalan menuju tempatnya bekerja, seperti orang yang tidak mengalami hal apapun dan mulai bekerja.

Pada saat ini, semua orang terkejut dan beberapa dari mereka yang memiliki hubungan baik dengan wanita itu langsung bergegas maju dan menarik wanita yang terjatuh di tanah itu.

Wajah wanita itu pucat dan matanya sedikit bengong, tapi dia masih dibantu untuk bangkit berdiri.

Dengan air mata di pipinya, dia terhuyung-huyung berjalan ke sisi pria yang bernama Erick itu: "Selama lebih dari sepuluh tahun ini, anggap saja aku telah salah menilaimu dan mencintai orang yang salah, mari kita pulang dan urus surat cerai."

Setelah berbicara, dia berbalik dan langsung berjalan menuju pintu tanpa berhenti sedikit pun, pria itu berdiri diam di tempat seolah-olah dia masih belum sadarkan diri.

Melihat tidak ada masalah lagi, orang-orang pun bubar secara otomatis, lalu kembali ke posisi masing-masing.

Sifa menatap pria yang berdiri di depannya dengan menggelengkan kepala, ada terlalu banyak pria pengkhianat seperti ini di dunia ini, tetapi apakah masalah ini harus bahagia atau sedih, Sifa tidak tahu.

Sifa menggelengkan kepala dan berjalan menuju pintu, Marsha di sisi meja terus menatap Sifa dengan erat.

Sifa berbalik dan saling berhadapan dengan Marsha yang terus menatapnya, dalam sekejap tatapan mereka berapi-api.

Marsha menatap Sifa dengan senyuman, tatapannya sembrono, tetapi Sifa tidak memiliki ekspresi apapun, menatap Marsha tak bergerak.

Pada saat ini, Laras berjalan ke sisi Sifa, menatap Sifa dengan lembut dan berkata: "Kamu pergi ke sana, Decky terus mencarimu."

Saat ini Sifa baru sadarkan diri, mengangkat tangan dan menatap arloji untuk melihat jam, tanpa sadar waktu hampir menunjukkan pukul sebelas.

Sifa dengan cepat berbalik pergi dan bahkan tidak sempat mengucapkan terima kasih kepada Laras, dia langsung naik lift dan berlari ke kantor Decky.

Decky duduk di kantor dengan wajah cemberut, Sifa mengatur langkah kaki lalu merapikan kemejanya, mengetuk pintu dan masuk ke dalam.

Langkah kakinya sangat pelan dan berjalan ke hadapan Decky dengan hati-hati, berkata dengan suara rendah: "Direktur Leng, anda mencariku?"

Tangan Decky yang sedang membolak-balik dokumen pun berhenti, kedua matanya menatap Sifa dengan erat, jelas sekali dengan ekspresi marah.

"Perusahaan bukanlah tempat untuk kamu berjalan-jalan, jika kamu tidak bisa menjadi asisten yang baik, kamu pergi saja dari sini."

Nada suara Decky dingin, tanpa ekspresi di wajahnya, setelah selesai berbicara, dia menundukkan kepala dan lanjut membolak-balik dokumen.

Sifa tahu bahwa dia salah, tadi dirinya sangat tertarik pada wanita yang bernama Marsha itu, sehingga dia lupa akan waktu.

Sifa menarik kepalannya dan menjawab dengan suara rendah.

Decky tidak lagi agresif, melihat ke komputer dan berkata: "Pergi dan tuangkan teh untukku."

Sifa langsung menjawab, membuat teh dengan cepat, menyajikannya kepada Decky, lalu berjalan keluar dengan tahu diri.

Decky melihat bayangan punggung Sifa, senyum menyeringai, akhirnya wanita ini bisa mengerti dan sekarang sudah tahu melihat ekspresi orang.

Sifa hanya bisa duduk di kantor dengan bosan dan bisa melihat kantor Decky melalui ambang jendelanya.

Tapi itu hanya celah kecil saja, Sifa menopang kepalanya dengan kedua tangan dan menatap kantor Decky dengan erat.

Dia sangat jarang bisa memiliki kesempatan untuk tinggal di tempat yang sama dengan Decky, ini pertama kalinya dia tinggal di tempat yang sama dengan Decky dalam waktu yang sedikit lama selama bertahun-tahun.

Memikirkan hal ini, Sifa tersenyum sadar dan mengulurkan tangan untuk membelai perutnya, akhir-akhir ini dia memiliki nafsu makan yang buruk dan dia tampak terlihat jauh lebih kurus dari sebelumnya, tapi yang paling mengerikan adalah kondisinya memburuk dengan sangat cepat.

Sifa melihat jadwal yang telah diatur Linda untuk dirinya, kebetulan dia besok bisa istirahat dan yang terbaik adalah pergi ke rumah sakit untuk mencari Hendi untuk melakukan pemeriksaan.

Hampir semua orang di seluruh gedung sangat sibuk dan hanya Sifa sendiri yang duduk si kantor, melamun menatap kantor Decky.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu